Perubahan komunitas fitoplankton di perairan dapat terjadi ketika sejumlah spesies mikroalga berbahaya tumbuh dan mendominasi kolom air, kemudian menimbulkan masalah di lingkungan sekitarnya. Peristiwa ini dikenal dengan Harmful Algal Bloom (HAB). Mengikuti konsep Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC-UNESCO), menyatakan bahwa HAB didefinisikan sebagai fenomena pertumbuhan ganggang berbahaya di air yang menyebabkan masalah lingkungan, yang dampaknya dapat merugikan pada sektor perikanan dan bahkan menyebabkan kematian pada manusia. Kerusakan yang disebabkan oleh peristiwa HAB mencakup skala spasial dan dibeberapa tempat bersifat temporal. Kerugian skala besar yang pernah terjadi di sector perikanan meliputi kematian massal ikan budidaya, keracunan sumber makanan laut, gatal-gatal pada pengunjung pantai, dan lain-lain. Kejadian HAB umumnya karena pengayaan nutrisi, suhu tinggi, kadar oksigen rendah dan intensitas cahaya berkurang, sehingga dinoflagellata dapat tumbuh dengan cepat. Kejadian ini sangat umum terjadi di daerah muara sungai. Sebagian besar alga penyebab HABs termasuk dalam kelompok dinoflagellata.
Dinoflagellata termasuk dalam kelompok mikroalga yang terdapat di perairan laut dan sungai. Dinoflagelata berperan penting di perairan yaitu sebagai produsen primer. Sebagai mikroalga, dinoflagellata memiliki kemampuan unik untuk bertahan hidup dalam kompetisi seleksi alam. Di bawah kondisi air yang baik, dinoflagellata dapat bereproduksi secara masif di kolom air dalam bentuk sel-sel yang akan berenang dan membelah secara aktif. Ketika kondisi lingkungan pengayaan nutrisi buruk, suhu tinggi di atas 30oC, kadar oksigen rendah dan intensitas cahaya berkurang), mereka berhenti membelah dan kawin membentuk kista yang berhibernasi dan mampu bertahan hidup di sedimen selama bertahun-tahun. Zigot juga diproduksi oleh dinoflagellata melalui perkawinan atau fusi gamet yang dihasilkan oleh sel dinoflagellata vegetatif, terlindungi dengan aman di dalam dinding tebal kista dan sangat tahan terhadap kondisi buruk. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukan kajian keanekaragaman hayati kista dinoflagella di muara Sungai Bengawan Solo dan Brantas di Jawa Timur dengan pendekatan identifikasi morfologi. Riset lanjutan dari kegiatan ini menegaskan identifikasi ulang melalui pendekatan molekuler untuk menganalisis keragaman berdasarkan karakteristik DNA yang dimiliki.
Identifikasi morfologi kista dinoflagellata cukup bervariasi di muara sungai Berantas dan Bengawan Solo. Muara Bengawan Solo memiliki keragaman empat spesies kista dinoflagella yang lebih tinggi dibandingkan dengan muara sungai Brantas yang hanya memiliki 12 spesies. Jenis Protoperidinium obtusum ditemukan mendominasi di muara Bengawan Solo, sedangkan jenis Scrippsiella lachrymose mendominasi di muara sungai Brantas.
Penelitian tentang kista dinoflagellata mengungkap keragaman dinoflagellata di muara Sungai Bengawan Solo dan muara sungai Brantas. Analisis keragaman kista di kedua daerah tersebut menunjukkan bahwa muara Bengawan Solo memiliki indeks Shannon-Wiener yang lebih tinggi dibandingkan dengan muara sungai Brantas. Jenis kista dinoflagella yang mendominasi di muara Bengawan Solo adalah Protoperidinium obtusum, sedangkan di muara sungai Brantas adalah Polykrikos schwartzii. Analisis diversitas dengan grafik menunjukkan beberapa spesies yang hanya ditemukan di muara Sungai Bengawan Solo, yaitu Zygabicodinium lenticulatum, Polykrikos kofoidii, Protoperidinium pentagonum, Gymnodinium catenatum, dan Votadinium sp. Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu dilakukan uji karakteristik DNA spesies yang diisolasi dan dikultur untuk mendokumentasikan informasi genetik. Selain itu, informasi ini sangat penting dalam pengelolaan kawasan pesisir di sekitar muara sungai Bengawan Solo dan Brantas untuk mencegah terjadinya ledakan populasi dinogellata yang dapat berdampak negatif pada berbagai sektor.
Penulis: Dr. Eng. Sapto Andriyono
Tulisan lengkap pada link : https://smujo.id/biodiv/article/view/13170
Sitasi : Andriyono, S., Rukminasari, N., Hidayani, A. A., Zakaria, I. J., Alam, M. J., & KIM, H. W. K. (2023). Diversity of dinoflagellate cysts isolated from estuarine sediments of the Bengawan Solo and Brantas rivers, Indonesia. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 24(2).