Universitas Airlangga Official Website

Suplementasi Kalsium Ionofor Dapat Meningkatkan Tingkat Fertilisasi Kambing

Foto by BBPKH

Dalam bidang reproduksi, infertilitas merupakan masalah yang masih banyak dijumpai baik pada manusia maupun hewan. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, terdapat sekitar 50-80 juta pasangan yang mengalami infertilitas di dunia. Upaya yang dapat dilakukan dalam menanggulangi infertilitas adalah teknologi reproduksi berbantu yang kini semakin berkembang. Salah satu teknologi reproduksi berbantuan yang kini populer untuk mengatasi masalah infertilitas adalah In vitro Fertilization (IVF). Bayi tabung merupakan metode yang sangat menguntungkan, karena selain dapat mengatasi masalah infertilitas, metode ini dapat menghasilkan embrio dengan kualitas tinggi dalam jumlah yang banyak. Kambing kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang keberadaannya mulai terpinggirkan karena bentuknya yang kecil berbeda dengan kambing luar seperti kambing Boer. Meskipun kambing kacang merupakan plasma nutfah Indonesia, masyarakat kurang tertarik karena bentuk tubuh kambing yang kecil sehingga jumlah karkasnya lebih sedikit. Keberhasilan metode bayi tabung pada kambing konvensional masih tergolong rendah. Dengan teknologi bayi tabung diharapkan mampu meningkatkan populasi kambing kacang Indonesia.

Tingkat keberhasilan metode bayi tabung pada kambing konvensional masih tergolong rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Boediono dkk. (2000) menyatakan bahwa tingkat keberhasilan fertilisasi in vitro yang dilakukan pada kambing hanya mencapai 40,91%. Selain itu, kegagalan oosit setelah pembuahan untuk mencapai fase blastokista dalam fertilisasi in vitro cukup tinggi, sekitar 60%. Salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan program bayi tabung adalah kualitas spermatozoa dan oosit yang digunakan. Kualitas oosit dapat dilihat dari ada tidaknya sel-sel kumulus yang mengelilingi oosit, yang berperan sebagai chemoattractant (penarik) spermatozoa untuk mencapai oosit sehingga terjadi pembuahan.

Oosit dengan sel kumulus utuh memberikan faktor penting selama proses pematangan, berperan seperti dalam mempertahankan oosit, selama tahap pembelahan meiosis dan berpotensi untuk dibuahi. Selain itu spermatozoa juga memiliki peran penting dalam keberhasilan fertilisasi in vitro. Selama proses pembuahan, spermatozoa memberikan kontribusi yang sangat penting dalam proses pembelahan dan perkembangan embrio dengan menyediakan faktor aktivasi oosit, komponen sentrosom, dan kromosom paternal. Aktivasi oosit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan fertilisasi. Aktivasi oosit dapat terjadi dengan interaksi kompleks yang dipicu oleh masuknya spermatozoa ke dalam oosit. Indikator awal aktivasi oosit ditandai dengan peningkatan berulang konsentrasi kalsium intraseluler.

Kalsium ionofor (CaI) A23187 adalah senyawa yang biasa digunakan untuk meningkatkan kalsium intraseluler (Ca2+). CaI A23187 merupakan senyawa kimia yang berperan sebagai kation divalen ionofor, yang memungkinkan ion-ion tersebut melewati membran sel yang umumnya tidak dapat diakses. Hal ini memungkinkan pemberian CaI A23187 untuk meningkatkan kadar Ca2+ intraseluler dalam oosit. Peningkatan kalsium intraseluler merupakan mekanisme inisiator aktivasi oosit yang dapat diamati setelah terjadi interaksi kompleks yang dipicu oleh masuknya sel sperma ke dalam oosit selama proses fertilisasi. Selama pembuahan, retikulum endoplasma dalam oosit melepaskan ion Ca2+ yang dikenal sebagai pemicu penting bagi perkembangan oosit menjadi embrio. Peningkatan kadar Ca2+ dalam sitoplasma oosit akan mengawali pembentukan pronukleus, yang merupakan tanda bahwa oosit telah dibuahi.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kalsium ionofor dapat meningkatkan laju fertilisasi pada oosit kambing secara in vitro. Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol yang dibuahi oosit menggunakan media tanpa suplementasi kalsium ionofor, kelompok perlakuan dibuahi oosit menggunakan media yang dilengkapi kalsium ionofor dengan dosis 5,2 l/ml. Tingkat pembuahan diamati berdasarkan pembentukan zigot atau dua pronuklear (2PN) dalam sitoplasma oosit dan diamati di bawah mikroskop inverted. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji T. Hasil penelitian setelah dianalisis secara statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (P<0,05). Angka fertilisasi pada kelompok perlakuan (93,12±13,7) menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (65,96±28,36). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa suplementasi kalsium ionofor dosis 5,2 l/ml pada media pemupukan dapat meningkatkan aktivasi oosit sehingga meningkatkan laju fertilisasi oosit kacang kambing.

Penulis: Epy Muhammad Luqman

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di

http://www.envirobiotechjournals.com/EEC/vol28issue2/EEC-10.pdf