UU no. 6 Tahun 2014 merinci adanya bantuan keuangan pemerintah pusat kepada desa atau yang dikenal dengan dana desa. Akibatnya, ada alokasi dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dikelola langsung oleh desa. Akibatnya, perangkat desa harus menerapkan sistem pengelolaan dana sesuai dengan peraturan teknis Kemendagri no. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Aturan teknis tersebut dimaksudkan agar transparan, akuntabel, dan partisipatif secara tertib dan disiplin anggaran. Masyarakat di Pulau Timor, khususnya Suku Dawan, masih hidup secara tradisional dan memegang teguh budayanya. Hal ini akan menjadi tantangan bagi pemerintah dalam melaksanakan kebijakan terkait pengelolaan keuangan dana desa. Sebuah sistem berfungsi dalam suatu organisasi, sehingga harus dirancang untuk mencerminkan nilai-nilai budaya organisasi. Namun, penting juga bahwa suatu sistem harus mempengaruhi budaya organisasi dalam mengendalikan arus informasi dalam organisasi. Keberhasilan sistem tergantung pada perilaku manusia.
Faktanya adalah sistem akuntansi tidak mungkin diterapkan pada budaya yang berbeda dari yang dikembangkan oleh budaya sistem. Sistem akuntansi yang digunakan di negara berkembang mungkin tidak relevan dengan kebutuhan mereka karena berasal dari negara barat dengan nilai budaya yang berbeda (Perera, 1989; Baydoun dan It, 1995; Askary, 2006; Kwok dan Tadesse, 2006; Haurasi dan Davey, 2009). Penerapan IFRS juga menjadi topik dalam berbagai penelitian dalam hal penerapannya. Dalam studi yang ada ditemukan bahwa penerapan IFRS dihadapkan pada budaya lokal negara tersebut (Chand et al., 2012; Xu, 2013; Braun dan Rodriguez, 2014). Gray (1988) mengusulkan hubungan antara dimensi budaya populer Geert Hofstede (Hofstede, 1980) yang digunakan dalam analisis manajemen komparatif dan konsep komparatifnya sendiri untuk akuntansi. Jarak kekuasaan empat dimensi asli Hofstede, individualisme, maskulinitas, dan penghindaran ketidakpastian dan nilai akuntansi Gray tentang Profesionalisme versus kontrol hukum, keseragaman versus fleksibilitas, konservatisme versus optimisme, dan kerahasiaan versus transparansi. Dimensi akuntansi Gray dimaksudkan untuk menangkap nilai-nilai budaya mendasar yang kemungkinan akan mempengaruhi sistem akuntansi.
Studi ini menyajikan peran budaya lokal dan karakteristik masyarakat dalam menerapkan sistem pengelolaan dana desa untuk mendorong akuntabilitas, transparansi dan partisipasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana budaya tradisional dan karakteristiknya mempengaruhi penerapan sistem pengelolaan dana desa. Dengan menerapkan pendekatan etnografi, penelitian ini menyoroti keragaman budaya yang mempengaruhi kehidupan manusia. Observasi dan penelusuran dokumenter dilakukan untuk mendapatkan data penelitian ini. Observasi yang digunakan adalah metode observasi non partisipatif. Pengamatan ini bertujuan untuk mengamati perilaku suku ini. Penelusuran dokumenter dilakukan untuk mengetahui sejarah suku Dawan dan perkembangannya melalui penelitian-penelitian sebelumnya mengenai suku Dawan.
Penelitian ini menemukan adanya keterkaitan antara budaya masyarakat Dawan pada masyarakat Timor dengan pelaksanaan pengelolaan dana desa demi terciptanya good village governance. Budaya dawan memiliki jarak kekuasaan yang besar, penghindaran ketidakpastian yang lemah, kolektivisme dan rendahnya maskulinitas (feminitas) yang akan berujung pada kegagalan dalam pengelolaan dana desa. Kegagalan ini mungkin disebabkan karena sistem yang diterapkan mengandung nilai-nilai budaya barat yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya lokal masyarakat itu sendiri. Hal ini menjadi perhatian penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa sistem akuntansi yang digunakan di negara berkembang mungkin tidak relevan dengan kebutuhan mereka karena mereka berasal dari negara barat dengan nilai budaya yang berbeda. Studi ini menjembatani perdebatan tentang dimensi Hofstede yang digunakan dalam penelitian akuntansi. Perdebatan telah muncul selama beberapa dekade tetapi tidak ada yang bisa mengalahkan daya tarik Hofstede. Namun, cakupan penelitian ini hanya terbatas pada budaya Dawan. Bisa jadi fenomena yang ditemukan pada budaya Dawan juga ditemukan pada budaya Indonesia lainnya dengan nama yang berbeda. Sebuah studi cakupan tingkat nasional harus dilakukan, untuk membangun dimensi baru daripada bergantung pada dimensi Hofstede.
Penulis: Prof. Dr. Bambang Tjahjadi, S.E., M.BA, Ak.
Link Jurnal:
https://www.inderscienceonline.com/doi/abs/10.1504/IJPSPM.2022.124118