Bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial atau yang selanjutnya disebut PMKS kehidupan sehari-sehari mereka sudah sangat sulit. Para PMKS ini hidup dibawah tekanan kemiksinan seringkali tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar sandang, pangan dan papan, Bahkan, beberapa kategori PMKS ini semakin menderita manakala mereka ditimpa suatu musibah yang membuat mereka tidak bisa mencari nafkah. PMKS sendiri merupakan kelompok sosial yang secara ekonomi tidak hanya masuk kedalam kategori miskin dan fakir miskin namun diantara mereka juga acapkali menjadi korban dari sistem yang kurang berpihak dan menguntungkan mereka seperti anak terlantar, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), perempuan pekerja seks komersial, hingga para penyandang disabilitas maupun penyakit degeneratif yang menyebabkan seseorang tidak mampu menjalankan fungsi ekonomi. Tekanan kemiskinan yang dialami oleh para PMKS semakin bertambah parah ketika terjadi pendemi Covid-19 yang memporak-porandakan perekonomian global.
Tekanan Kemiskinan Ganda
Dalam situasi normal, kehidupan PMKS sudah dalam situasi tertekan akibat kemiskinan yang dialami. Pandemi Covid-19 yang melanda tidak hanya berdampak bagi kesehatan tetapi juga kelangsungan pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh PMKS. Jika pada situasi normal mereka masih bisa menghasilkan pendapatan meskipun dalam jumlah kecil, pada situasi pandemi, kehidupan semakin terpuruk akibat hilangnya pendapatan. Dari studi yang telah dilakukan terhadap 400 PMKS di Kabupaten Gresik dimenemukan bahwa tekanan kemiskinan yang paling dirasakan dampaknya adalah kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari keluarga (31,2%). Ketika pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari mengalami kesulitan maka dampaknya juga pada tertanggunya statu s gizi keluarga (23,2%). Sebanyak 23% PMKS mengaku kehilangan pekerjaan dan 23% responden sehingga jumlah hutang responden juga mengalami peningkatan (23%). Pandemi covid-19 juga mengakibatkan usaha yang dijalankan oleh sebagian PMKS mengalami kemunduran (29,5%). Penurunan usaha maupun hilangnya pekerjaan menyebabkan tidak adanya pemasukan sehingga sebagian responden yang memiliki tabungan juga terpaksa harus merasakan jumlah tabungan mereka berkurang (32,2%).
Sedangkan diketahui pada masa pandemi covid-19 sebagian besar orang mengalami kesulitan sehingga dampaknya (53,8%) responden mengatakan sangat sulit untuk emminta bantuan kerabat. Kondisi tersebut tentunya tidak menguntungkan PMKS karena selama ini kehidupan mereka juga sebagian bergantung dari kerabat maupun orang lain.
Strategi Bertahan Hidup dalam Pandemi
Bagi PMKS menghadapi situasi kesulitan ekonomi di masa pandemi bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Meskipun salah satu factor penyebab mereka menjadi PMKS bukanlah pandemi, akan tetapi efek domino dari pandemi sangat terasa semakin menekan kehidupan mereka. Sehingga mau tidak mau, para PMKS ini harus mengembangkan strategi bertahan hidup ditengah situasi yang serba sulit. Scott dalam bukunya moral ekonomi petani mengatakan ada beberapa mekanisme survival yang bisa dilakukan oleh masyarakat miskin untuk bertahan hidup. Strategi tersebut diantaranya mengembangkan etika subsistensi, mengencangkan ikat pinggang, mendahulukan selamat (safety first) dan bekerja lebih keras.
Dari hasil studi yang telah dilakukan di lapangan, ditemukan bahwa untuk mensiasati kebutuhan hidup selama pandemi hal yang relative mudah dilakukan oleh PMKS adalah mengembangkan perilaku subsistensi (23,5%). Selanjutnya pengetatan konsumsi atau mengencangkan ikat pinggang menurut 59,2% responden relative lebih mudah dilakukan. Bentuk pengetatan konsumsi disini bisa dengan menyederhanakan menu ataupun mengurangi frekuensi makan. Sebanyak 60,5% responden juga mengatakan penambahan jam kerja lebih mudah dilakukan serta sebanyak 55,5% mengatakan lebih mudah mendayagunakan tenaga kerja keluarga.
Terlihat bahwa PMKS memiliki sumber daya yang sangat terbatas untuk menghadapi tekanan kemiskinan di masa pandemi. Berkurangnya pendapatan serta berkurangnya bantuan kerabat membuat mereka kesulitan untuk bangkit kembali. Untuk itu, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk penanganan PMKS adalah adanya program yang sifatnya memberdayakan kemandirian PMKS terutama yang masih produktif seperti korban PHK, perempuan miskin, pedagang, buruh, PKL dan sebagainya. Program ini penting dilakukan agar PMKS tidak terjebak pada usaha penyelamatan hidup yang pada akhirnya bisa mengancam kelangsungan hidup mereka.
Penulis: Ratna Azis Prasetyo, S.Sosio., M.Sosio.
Link: http://journal2.um.ac.id/index.php/jsph/article/view/26284