UNAIR NEWS – Dimas Prasetianto Wicaksono, mahasiswa Program Spesialis-1 Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (UNAIR), kembali menorehkan prestasi membanggakan. Ia berhasil meraih Juara 2 kategori Original Research dalam ajang Temu Ilmiah Nasional Internasional (TIMNASS) X Scientific Award yang diselenggarakan oleh FKG UNAIR pada Jumat-Sabtu (1-2/8/2025).
Mendapatkan bimbingan Prof Udijanto Tedjosasongko drg PhD Subsp PKOA(K), Dimas membawakan penelitian berjudul Combination of Nitrite-Fluoride Enhances Its Antibacterial Power to Inhibit Oral Pathogenical Bacteria as an Innovation to Prevent the Oral Disease. Penelitian tersebut merupakan pengembangan dari riset sebelumnya yang berangkat dari keprihatinan atas tingginya angka karies gigi.
“Topik ini berawal dari kesedihan saya melihat angka karies yang tetap tinggi. Tujuan akhirnya adalah membuat produk kedokteran gigi berbahan kombinasi nitrit dan fluoride,” ujar Dimas.
Kombinasi Unik Nitrit dan Fluoride
Dimas menjelaskan bahwa riset ini bertujuan untuk mengetahui potensi kombinasi senyawa nitrit dan fluoride sebagai bahan antibakteri yang lebih efektif daripada senyawa tunggal yang selama ini digunakan. Menurutnya, masing-masing senyawa memiliki keunikan tersendiri, dan ketika dikombinasikan justru memberikan efek positif yang lebih besar.
Penelitian yang masih berada pada tahap in vitro ini menggunakan metode uji laboratorium eksperimental terhadap dua jenis bakteri patogen mulut. Yaitu Streptococcus mutans yang dominan dalam kasus karies, serta Porphyromonas gingivalis yang dominan dalam periodontitis.
“Hasilnya signifikan. Kombinasi nitrit dan fluoride menunjukkan daya antibakteri yang luar biasa terhadap kedua jenis bakteri tersebut,” jelasnya.
Potensi Pengembangan Lebih Lanjut
Meski penelitian masih dalam tahap awal, Dimas optimistis riset ini berpotensi besar untuk berkembang menjadi produk nyata di masa depan. Ia menyebutkan bahwa bahan kombinasi ini belum pernah ada sebelumnya, sehingga membuka peluang untuk inovasi baru dalam pencegahan penyakit mulut.
“Bahan ini belum ada, jadi harus diteliti lebih lanjut. Tapi potensinya luar biasa, tidak hanya untuk gigi anak, tapi juga untuk dunia kedokteran gigi secara umum, terutama di Indonesia,” imbuhnya.
Dimas juga mengakui bahwa waktu menjadi kendala utama dalam pelaksanaan penelitian ini. Namun, hal itu tak mengurangi semangatnya untuk terus mengembangkan riset ke arah yang lebih aplikatif.
Penulis: Ameyliarti Bunga Lestari
Editor: Yulia Rohmawati