Universitas Airlangga Official Website

Terapi Rehabilitasi Vestibular dan Kortikosteroid untuk Vestibular Neuritis

Foto oleh Betterteam

Vestibular neuritis (VN) merupakan penyakit akut yang ditandai dengan vertigo dalam jangka waktu tertentu. VN juga merupakan salah satu dari tiga penyebab paling umum dari vestibulopati dengan insiden 15,5 per 100.000. VN biasanya hadir dengan pusing akut, vertigo, mual, muntah, dan oscillopsia. VN menyumbang 3,2% hingga 9% dari pasien yang datang ke klinik dengan keluhan pusing dalam hal jumlah.

Patofisiologi VN masih belum jelas, Bronstein dan Lempert menambahkan bahwa aktivitas neuron asimetris di nukleus vestibular mengakibatkan kompensasi gerakan mata dan penyesuaian postur sehingga kepala terasa seperti berputar. Dengan demikian, pilihan terapi untuk VN bervariasi mulai dari (1) kortikosteroid, (2) terapi antivirus (asiklovir atau valasiklovir hidroklorida), (3) kombinasi kortikosteroid, obat antivirus, dan (4) latihan vestibular. Pengobatan VN terdiri dari mengelola gejala neuritis vestibular, terapi antivirus, dan melengkapi program rehabilitasi keseimbangan.

Dari 988 referensi terkait Vestibular Neuritis, dihasilkan 28 artikel yang berpotensi memenuhi syarat. Dengan melibatkan total 40 pasien, parameter subjektif (skor DHI) dan objektif (paresis kanal) pada pasien dengan VN, baik yang menerima terapi VRT atau CT, dapat dibandingkan secara kuantitatif. DHI yang secara signifikan lebih rendah diamati pada kelompok VRT (−3,95; 95% CI: 7.69, 0.21; p = 0,04; efek tetap) dibandingkan dengan kelompok CT pada 1 bulan pasca tindak lanjut, meskipun skor DHI menunjukkan serupa perbaikan setelah ditindak lanjuti pada 6 dan 12 bulan.

Kelompok VRT dan CT menunjukkan penurunan paresis kanal yang sama pada 6 dan 12 bulan setelah tindak lanjut, sedangkan kelompok CT menunjukkan paresis kanal yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan kelompok VRT pada pemantauan 1 bulan (8,31; 95% CI: 0,29, 16,32; p = 0,04; efek tetap). Selain itu, ditemukan juga risiko pemulihan disfungsi otolith yang sama (VEMP) antara kedua kelompok setelah 1 bulan dan 6 bulan pasca tindak lanjut.

VRT telah menjadi salah satu dari beberapa pilihan untuk manajemen VN dikarenakan tujuannya yaitu dalam mengurangi pusing dan meningkatkan keseimbangan, serta fungsi fisik secara keseluruhan. VRT juga menunjukkan hasil yang baik dalam pengobatan VN dalam banyak penelitian. Tinjauan ini mengamati perbandingan hasil antara tiga parameter: paresis kanal, disfungsi otolith, pemulihan, dan DHI. Tampaknya, parameter subjektif seperti DHI, mungkin menjadi pertimbangan penting untuk perbaikan parameter dikarenakan parameter tersebut mewakili status fungsional pasien yang mungkin memiliki keterbatasan aktivitas dan pembatasan partisipasi karena VN, dibandingkan dengan tes vestibular.

Paresis kanal yang diamati dengan tes kalori adalah salah satu kriteria diagnostik untuk VN, dan peningkatannya dianalisis secara ekstensif sebagai parameter objektif pemulihan VN. VRT memiliki peran dalam mempercepat kompensasi pusat melalui mekanisme pelatihan kebiasaan, serta meningkatkan substitusi. Di masa mendatang, pemilihan VRT terikat dengan kondisi fisik pasien, seperti sensorimotor, profil kognitif, emosional, dan psikososial.

Terapi rehabilitasi vestibular diperkenalkan dan sedang dipelajari sebagai terapi tambahan dan substitusi untuk VN. Ini menunjukkan kemanjuran yang sama dengan kortikosteroid, dan bahkan lebih baik di beberapa titik. Sementara itu, penggunaan kortikosteroid pada neuritis vestibular masih kontroversial, meskipun penggunaannya umum pada VN. Penggunaan kortikosteroid pada VN biasanya digunakan hanya pada fase akut dalam jangka pendek. Namun kortikosteroid memiliki efek samping seperti penghambatan perbaikan luka, efek imunosupresi, hipertensi, hiperglikemia, perdarahan saluran cerna, dispepsia, osteoporosis, glaukoma, gangguan metabolisme, dan katarak. Tinjauan komprehensif yang merangkum data terbaru diperlukan untuk mengatasi masalah ini.

VRT memiliki hasil sebagus dengan CT dimana VRT mendukung perbaikan DHI lebih awal, sedangkan CT meningkatkan perbaikan parensis kanal. Kombinasi terapi CT dengan penambahan VRT secara signifikan meningkatkan DHI sebagai hasil subjektif, namun kemanjuran jangka panjang CT dan VRT tampaknya tidak berbeda. Pemilihan VRT, CT, maupun kombinasinya harus disesuaikan dengan kondisi dan status kesehatan pasien.

Penulis: Hanik Badriyah Hidayati, Hana Aqilah Nur Imania, Dinda Sella Octaviana, Roy Bagus Kurniawan, Citrawati Dyah Kencono Wungu, Ni Nengah Rida Ariarini, Cempaka Thursina Srisetyaningrum, Delvac Oceandy.

Link Lengkap: https://www.mdpi.com/1648-9144/58/9/1221