UNAIR NEWS – Dosen Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menorehkan prestasi yang membanggakan. Kali ini tiga dosen UNAIR berhasil masuk jajaran World’s Top 2 Percent Scientist 2023 yang dirilis oleh Stanford University dan Elsevier. Mereka adalah Ferry Efendi SKep Ns MSc PhD, Prof Dr Ratna Dwi Wulandari SKM MKes, dan Prof Dr Moh Yasin MSi.
Ketiga dosen tersebut berasal dari disiplin ilmu berbeda. Ferry berasal dari Fakultas Keperawatan (FKp), Prof Ratna dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), sementara Prof Yasin berasal dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST).
Kembali masuk dalam jajaran top 2 persen peneliti dunia, Ferry mengungkapkan rasa syukurnya terhadap pencapaian ini. “Suatu pencapaian yang harus saya syukuri sekaligus mengingatkan bahwa banyak pekerjaan rumah yang menanti,” katanya.
Sementara Prof Ratna mengatakan bahwa ia sempat tidak mempercayai bahwa dirinya masuk dalam jajaran top 2 persen peneliti dunia. Baginya, prestasi ini menjadi sebuah tantangan baru. “Pastinya bersyukur bisa sampai pada pencapaian ini. Saya pribadi merasa ini justru menjadi tantangan tersendiri,” ujarnya.
Perjuangan yang ketiga dosen ini lalui tidaklah mudah. Namun perjuangan yang mereka lalui berbuah manis. Kuncinya adalah terus berproses, jalin kolaborasi, tekun, komitmen, dan kerja keras.
Proses Seleksi
Prestasi ini merupakan peringkat paling prestisius secara global bagi dosen sekaligus peneliti. Mereka harus melewati proses seleksi dan mengalahkan lebih dari 180.000 peneliti dunia. Prestasi ilmiah akademisi yang terukur dengan indeks bibliometrik data Scopus, menjadi salah satu indikator proses seleksi.
“Kriterianya peneliti yang memiliki H-Indeks Scopus yang tinggi, faktor dampak yang tinggi, total kutipan yang signifikan dan indikator bibliometrik lain yang kuat,” terang Ferry.
Tips Menulis Jurnal Ilmiah
Menulis jurnal ilmiah merupakan tantangan bagi para dosen. Tapi mereka memiliki berbagai tips menulis jurnal ilmiah. Menurut Ferry, tips untuk tetap produktif menulis adalah menetapkan jadwal dan mencari mentor. Salah satu wadah yang memberi manfaat bagi produktivitas Ferry adalah UNAIR Menulis.
“Tips untuk tetap produktif menulis adalah menetapkan jadwal rutin dan mencari dukungan dari jaringan akademik atau mentor. Selain itu kegiatan UNAIR Menulis bagi saya merupakan salah satu contoh praktik baik untuk membangun budaya menulis bagi akademisi,” jelasnya.
Sementara tips menulis jurnal ilmiah yang Prof Ratna sampaikan adalah jangan putus asa. Selain itu menerima kritikan dengan tangan terbuka menjadi hal yang tak kalah penting. “Tidak boleh melibatkan perasaan dalam urusan jurnal ilmiah. Jangan menjadi tidak percaya diri jika tulisan mendapat kritik. Semakin banyak kritik maka peluang untuk menjadikan jurnal ilmiah lebih baik makin terbuka lebar,” terangnya.
Dukungan UNAIR
UNAIR senantiasa memberi dukungan kepada seluruh civitas akademika untuk berkembang. Ekosistem yang berjalan membuat mereka terpacu untuk senantiasa memberikan dampak. “Dukungan UNAIR sangat holistik, dari hulu ke hilir. Ekosistemnya tertata dan mendukung semua civitas akademika level manapun untuk berdampak tidak hanya nasional tapi juga international,” terang Ferry.
Setali tiga uang dengan Ferry, Prof Ratna merasakan bahwa dukungan UNAIR terhadap para civitas akademika terlaksana dengan baik. “UNAIR sangat baik dalam memfasilitasi para penelitinya. Tidak hanya dari segi dukungan tapi pendanaan,” tuturnya. (*)
Penulis: Icha Nur Imami Puspita
Editor: Binti Q. Masruroh