Universitas Airlangga Official Website

Tim PKM UNAIR Kembangkan Serum Alami untuk Penyembuhan Luka Kulit Stevens-Johnson Syndrome

UNAIR NEWS – Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Eksakta merupakan salah satu program unggulan yang memfokuskan diri pada pengembangan penelitian di tingkat mahasiswa. Baru-baru ini, sebuah tim PKM Riset Eksakta dari Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga berhasil meraih prestasi gemilang dengan lolos ke tahap pendanaan.

Tim yang terdiri dari lima mahasiswa berbakat, yaitu Dwi Nur Fauziah, Nur Laili Ramadani, Argita Agnesia Moniz, Wahyu Fauziah Iga Syafitri, dan Sandrina Humairah, akan menjalani proses penelitian di bawah bimbingan Rifky Octavia Pradipta, S.Kep Ns MKep dosen dari Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Keberhasilan itu tidak hanya membanggakan bagi tim dan fakultas, tetapi juga menjadi bukti nyata komitmen UNAIR dalam mendorong inovasi dan kreativitas di kalangan mahasiswanya.

Melalui PKM-RE, anggota tim dapat menyampaikan pikiran dan gagasan dari permasalahan kesehatan yang ada. Tim Alomori (Aloe-Moringa) ini mengangkat isu terkait Stevens Johnson-Syndrome dengan judul Efektivitas Ekstrak Daun Kelor dengan Ekstrak Lidah Buaya Terhadap Penyembuhan Luka Kulit Stevens-Johnson Syndrome pada Tikus Putih Berbentuk Serum.

Pengembangan serum inovatif yang menggabungkan khasiat daun kelor (Moringa oleifera Lam) dan lidah buaya (Aloe vera) dalam mempercepat penyembuhan luka kulit akibat Stevens-Johnson Syndrome (SJS). SJS merupakan kondisi medis serius yang ditandai dengan pelepasan lapisan kulit dan membran mukosa, sering kali sebagai reaksi alergi terhadap obat-obatan tertentu.

Tim peneliti yang diketuai oleh Dwi Nur Fauziah, mahasiswi Fakultas Keperawatan, berhasil meyakinkan para fasilitator PKM UNAIR dengan proposal yang mengedepankan potensi bahan alami dalam pengobatan modern. “Kami terinspirasi oleh kekayaan alam Indonesia dan ingin mengoptimalkan manfaatnya untuk kesehatan,” ujar Dwi selaku ketua tim pada wawancara Kamis (20/06/24).

Kombinasi ekstrak daun kelor dan lidah buaya dipilih karena kandungan nutrisi dan sifat penyembuhan yang dimiliki kedua tanaman tersebut. Daun kelor kaya akan antioksidan dan senyawa anti-inflamasi, sementara lidah buaya dikenal memiliki efek pelembab dan regeneratif pada kulit. Sehingga serum yang dikembangkan dapat menjadi alternatif pengobatan yang efektif dan minim efek samping bagi penderita SJS.

Lolosnya proposal ini ke tahap pendanaan membuka peluang bagi tim untuk melaksanakan penelitian selama 4 bulan ke depan. Dana yang diperoleh akan digunakan untuk pengadaan alat dan bahan, serta pelaksanaan penelitian pada tikus putih sebagai hewan uji. “Kami berkomitmen untuk melakukan penelitian ini dengan penuh tanggung jawab dan memperhatikan aspek etika penelitian,” Tegas Dwi.

Dosen pembimbing tim, Rifky Octavia Pradipta, SKep Ns MKep menyambut baik pencapaian ini. Ia mengatakan bahwa penelitian itu tidak hanya berpotensi memberikan solusi bagi penderita SJS, tetapi juga mendorong inovasi dalam pemanfaatan tanaman obat Indonesia. “Ini adalah langkah awal yang baik bagi mahasiswa untuk berkontribusi dalam dunia riset dan pengembangan obat,” tambahnya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi penderita SJS, mengoptimalkan potensi tanaman obat Indonesia, dan menginspirasi mahasiswa lain untuk berkontribusi dalam riset ilmiah. Dengan dukungan yang tepat, penelitian ini berpotensi menghasilkan produk farmasi baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas.