Terciptanya suatu pemerintah daerah yang akuntabel dan terpercaya menjadi suatu harapan tersendiri bagi masyarakat, sehingga dibutuhkan upaya dari setiap aparatur pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan publik. Salah satu caranya, yaitu dengan meningkatkan kinerja organisasi. Kinerja organisasi merupakan salah satu acuan yang menandakan suatu organisasi telah mencapai keberhasilan yang menjadi tanggung jawab organisasi tersebut. Salah satu indikator kinerja organisasi telah tercapai ditunjukkan oleh pimpinan dalam organisasi tersebut. Seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok demi tercapainya tujuan organisas. Pentingnya peran seorang pemimpin dalam suatu organisasi dijelaskan dalam teori kontingensi yang dikemukakan Fiedler, bahwa kelompok dapat berjalan secara efektif apabila ada kecocokan antara gaya kepemimpinan dengan subordinatnya, sehingga situasi menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin. Tanpa adanya bimbingan dari pemimpin mungkin membuat hubungan antara tujuan perorangan dengan tujuan organisasi menjadi lemah, sehingga dapat mengakibatkan anggota bekerja untuk mencapai tujuan pribadinya dan tidak fokus dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan organisasi. Setiap organisasi pasti memiliki seorang pemimpin, namun tidak setiap organisasi memiliki pemimpin yang baik. Oleh karena itu, perilaku kepemimpinan menjadi unsur yang penting dan diperlukan bagi perusahaan bila perusahaan itu ingin sukses.
Perilaku kepemimpinan merupakan keseluruhan sikap seseorang yang ditunjukkan melalui ucapan dan perilakunya sebagai anggota dari sebuah organisasi. Pemimpin mempunyai peran penting dalam mengelola berbagai kebutuhan dan kepentingan anggota agar dapat menjalankan aktivitas organisasi sehingga memungkinkan tercapainya efektivitas pelaksanaan kerja. Oleh karena itu, penting bagi pemimpin tidak hanya sekedar hadir namun juga bagaimana seorang pemimpin tersebut menerapkan perilaku kepemimpinan. Setiap pemimpin dalam organisasi memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda, yang akan memberikan dampak pada kinerja anggota. Oleh sebab itu, pemimpin memiliki peran penting dalam bertindak dan berperilaku yang dapat memotivasi anggota untuk selalu meningkatkan kinerja.
Beberapa penelitian mengenai hubungan kepemimpinan dengan kinerja organisasi menunjukkan hubungan yang positif. Efektivitas kepemimpinan mempunyai hubungan yang besar terhadap peningkatan kinerja organisasi. Hal ini juga senada dengan penelitian-penelitian yang menemukan bahwa kepemimpinan memiliki hubungan positif terhadap kinerja organisasi. Dengan kata lain, semakin baik kinerja pemimpin dalam membimbing anggota dan menunjukkan sikap kepemimpinannya maka akan semakin baik juga kinerja dalam suatu organisasi. Namun beberapa penelitian lain menunjukkan hasil yang bertentangan, yang mana menunjukkan hubungan negatif antara kepemimpinan terhadap kinerja organisasi karena terdapat faktor diri dan lingkungan kerja yang akan mempengaruhi kinerja tersebut.
Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai hubungan kepemimpinan terhadap kinerja organisasi mengindikasikan bahwa perlu adanya variabel situasional yang dapat menghubungkan variabel tersebut. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Lee di tahun 2018 menunjukkan bahwa fungsi kepemimpinan merupakan variabel situasional yang dapat memediasi perilaku pemimpin sehingga dapat memiliki hubungan terhadap kinerja organisasi. Fungsi Kepemimpinan merupakan fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas atau pemecahan masalah, dan fungsi-fungsi pemeliharaan organisasi. Dari berbagai definisi fungsi kepemimpinan tersebut dapat dikatakan bahwa fungsi kepemimpinan merupakan pekerjaan yang dilakukan seorang pemimpin dalam rangka menggerakkan anggota guna mencapai tujuan organisasi melalui berbagai cara. Fungsi kepemimpinan merupakan realisasi kondisi ideal yang berkaitan dengan lingkungan kerja dan kondisi kerja, yang dicapai dengan adanya beberapa perilaku kepemimpinan, sehingga fungsi kepemimpinan memainkan peranan penting dalam peningkatan kinerja organisasi. Dengan adanya kerja sama yang baik antara fungsi kepemimpinan dalam organisasi maka kinerja organisasi yang baik pun dapat tercapai. Maka dari itu, fungsi kepemimpinan dapat menjadi variabel mediasi.
Oleh karenanya Nugroho dan Narsa (2023) termotivasi untuk melakukan penelitian ini dalam lingkup organisasi sektor publik di Surabaya. Dalam penelitian yang terkait dengan perilaku kepemimpinan, fungsi kepemimpinan, dan kinerja organisasi ini menguraikan tentang bagaimana perilaku kepemimpinan mengarah pada fungsi kepemimpinan yang berperan penting untuk kinerja organisasi dan penelitian ini akan dilakukan di Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Kota Surabaya. Hal ini berkaitan dengan diharapkan penelitian ini dapat berkontribusi kepada pemerintah daerah agar dapat menambah wawasan tentang bagaimana meningkatkan kinerja organisasi sehingga dapat mengembalikan kepercayaan publik. Urgensi penelitian ini dilakukan juga karena adanya pendapat yang menyatakan bahwa dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat menciptakan lingkungan yang kondusif agar karyawan dapat meningkatkan keefektifan dalam bekerja. Selanjutnya pada penelitian ini, akan meneliti bagaimana kinerja organisasi dapat meningkatkan kepercayaan publik. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengisi kesenjangan dalam literatur dengan mengeksplorasi dan menguji hubungan mediasi antara praktik kepemimpinan dan kinerja organisasi. Mengingat bahwa studi tentang kepemimpinan dalam organisasi publik relatif langka, studi ini akan berkontribusi pada literatur manajemen dan kepemimpinan sektor publik.
Penelitian Nugroho dan Narsa (2023) mengambil langkah pertama dalam menentukan dimensi-dimensi untuk mengidentifikasi secara langsung adanya hubungan perilaku kepemimpinan terhadap kinerja organisasi dengan peran fungsi kepemimpinan sebagai mediasi yang dilakukan di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Surabaya. Penelitian ini, mengklasifikasikan perilaku kepemimpinan yang terdiri dari enam dimensi yaitu, inter-unit collaboration, managing diversity, performance feedback, goal directedness, employee development, dan resource provision serta fungsi kepemimpinan yang terdiri dari tiga dimensi yaitu, cooperation, role clarity, dan skill and knowledge. Penelitian ini menanyakan apakah fungsi kepemimpinan sebagai variabel mediasi memiliki peran dalam hubungan antara perilaku kepemimpinan terhadap kinerja organisasi organisasi sektor publik di Kota Surabaya.
Temuan utama dalam penelitian ini adalah setelah dilakukan survei menggunakan kuisioner terhadap staf aparatur sipil negara di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Surabaya membuktikan bahwa kinerja organisasi mengalami peningkatan secara positif apabila adanya peningkatan upaya pemimpin dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya secara benar akibat perilaku kepemimpinan yang baik. Hasil penelitian tersebut juga telah mempertimbangkan kemungkinan adanya pengaruh dari karakteristik demografi partisipan, yang mana setelah diuji hasilnya dengan menggunakan ANOVA dan Chi-square ditemukan tidak adanya hubungan jenis kelamin, usia, dan pendidikan akhir dengan variabel dependen yang diteliti. Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan pemahaman yang baik dan spesifik mengenai kesadaran pemimpin untuk memahami pentingnya fungsi kepemimpinan dalam memimpin organisasi, sehingga dapat tercapainya kinerja organisasi yang lebih baik pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kota Surabaya.
Penulis: Niluh Putu Dian Rosalina Handayani Narsa, S.A., M.Sc.