Universitas Airlangga Official Website

Tinjauan Rinci tentang Brucellosis Sapi

Ilustrasi Sapi di Peternakan (Sumber: jatengprov.go.id)
Ilustrasi Sapi di Peternakan (Sumber: jatengprov.go.id)

Bovine Brucellosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di beberapa negara, dengan berbagai implikasi ekonomi dan zoonosis. Penyakit zoonosis ini menyebabkan gangguan reproduksi yang serius dan hilangnya produksi ternak. Banyak negara mengatur pengawasan dan pengendalian di bawah kondisi tertentu untuk memperoleh dan mempertahankan status bebas secara resmi, yang memudahkan akses ke pasar ekspor. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), dan Kantor Epizootik Internasional (OIE) menganggap Brucellosis sebagai salah satu zoonosis yang paling luas penyebarannya. Hampir setiap hewan peliharaan rentan terhadap infeksi Brucella, kecuali kucing, yang telah mengembangkan kekebalan alami. Selain itu, penyakit ini berpotensi menginfeksi manusia, ruminansia lain, dan hewan akuatik.

Brucellosis diklasifikasikan sebagai penyakit akibat kerja bagi individu yang bekerja di bidang pertanian, peternakan, rumah pemotongan hewan, kedokteran hewan, inspeksi daging,
dan personel laboratorium. Individu yang mengonsumsi produk susu dan bersentuhan dengan hewan dan bangkai hewan di daerah dengan prevalensi infeksi tinggi beresiko lebih tinggi terkena brucellosis. Brucella spp. memanfaatkan pertahanan imunologis inang untuk membentuk infeksi jangka panjang, yang mengakibatkan berbagai gejala klinis yang bervariasi mulai dari demam, kelelahan, dan nyeri sendi hingga gejala yang lebih serius seperti endokarditis dan masalah neurologis. Diagnosis brucellosis memerlukan penilaian klinis dan pemeriksaan laboratorium, seperti kultur darah, pengujian serologis, dan teknik molekuler. Namun, mendiagnosis kondisi tersebut sulit karena gejalanya tidak spesifik, dan sulit untuk mendapatkan sampel yang tepat untuk pengujian. Teknik utama yang digunakan untuk mengidentifikasi infeksi Brucella adalah uji serologis, seperti Rose Bengal plate test, milk ring test, serum agglutination test, dan enzyme-linked immunosorbent assay. Prevalensi Brucellosis menunjukkan variasi yang signifikan sebagai akibat dari perbedaan dalam ketepatan dan kemanjuran uji serologis.

Pengobatan biasanya terdiri dari kombinasi beberapa obat. Namun, pengembangan strain Brucella yang resistan terhadap antibiotik menimbulkan tantangan yang cukup besar. Pemberian vaksin kepada hewan yang berpotensi membawa kuman, terutama pada kawanan sapi, menunjukkan harapan dalam membatasi penularan brucellosis. Meskipun ada upaya ekstensif untuk mengendalikan dan mengurangi penyebaran brucellosis, brucellosis tetap menjadi kendala besar bagi kesehatan masyarakat.

Brucella abortus dapat ditemukan dalam berbagai cairan dan jaringan fisiologis, seperti susu, urin, feses, sekresi vagina, air mani, tulang, sendi, organ reproduksi pria, plasenta, dan janin wanita hamil. Kondisi ini umumnya menurunkan produktivitas sapi dan dapat berdampak negatif pada kinerja keuangan bisnis peternakan, khususnya sektor susu. Pengobatan awal yang paling efektif untuk brucellosis adalah isoniazid, doksisiklin, dan streptomisin. Strain vaksin yang paling sering digunakan untuk melindungi sapi terhadap infeksi Brucella dan aborsi terkait adalah strain 19 dan RB51. Penelitian telah menunjukkan bahwa lisat bakteriofag efektif untuk mengobati brucellosis sapi. Penerapan pasteurisasi susu, pengujian diagnostik, dan eliminasi ternak yang terkontaminasi telah menghasilkan penurunan signifikan prevalensi brucellosis sapi di negara-negara industri. Mengadopsi strategi One Health dapat membantu mengobati penyakit ini secara efektif dengan mempertimbangkan kesehatan hewan dan manusia.

Penulis:  Teguh Hari Sucipto, Saifur Rehman, dkk.

Judul Artikel: A detailed review of bovine brucellosis

Informasi detail tentang artikel ilmiah ini dapat dilihat di: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC12124783/