Universitas Airlangga Official Website

Tinjauan Sistematis dan Meta-Analisis Kemoterapi Intraarterial untuk Non Muscle Invasive Bladder Cancer

Tinjauan Sistematis dan Meta-Analisis Kemoterapi Intraarterial untuk Non Muscle Invasive Bladder Cancer
Sumber: LovePik

Kanker kandung kemih adalah salah satu kanker paling umum pada pria dan wanita di seluruh dunia, dengan insidensi yang lebih tinggi pada pria. Sebagian besar kanker ini dikelompokkan sebagai Non-Muscle Invasive Bladder Cancer (NMIBC), yang menunjukkan kanker tersebut belum menyebar ke bagian muscular atau otot kandung kemih. NMIBC mencakup sekitar 75% dari semua kasus kanker kandung kemih, dengan tingkat kekambuhan lima tahun mencapai 40-50% pada pasien dengan risiko tinggi

Selama beberapa dekade, standar emas dalam pengobatan NMIBC adalah Transurethral Resection of Bladder Tumor (TURBT) diikuti dengan terapi intravesikal Bacillus Calmette-Guerin (BCG) atau Intravesical Chemotherapy (IVC). Namun, di negara-negara dengan beban tuberkulosis (TB) tinggi, penggunaan BCG menghadapi tantangan yang besar. Tantangan ini meliputi risiko kesalahan diagnosis akibat hasil false positif pada tes Tuberkulosis (TB), serta berkurangnya efektivitas BCG karena adanya “trained immunity” yang diinduksi oleh vaksin TB. Selain itu, pemberian BCG dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat TB aktif atau laten.

Intraarterial chemotherapy (IAC) muncul sebagai alternatif yang menjanjikan dalam menangani NMIBC, terutama pada negara-negara dengan beban TB tinggi. Prosedur ini melibatkan injeksi obat kemoterapi langsung ke arteri yang menuju tumor. Teknik ini memungkinkan konsentrasi obat yang lebih tinggi pada area tumor dengan toksisitas sistemik yang lebih rendah dibandingkan kemoterapi sistemik. Selain itu, IAC dapat digunakan baik sebagai terapi tunggal maupun dikombinasikan dengan IVC untuk hasil yang lebih optimal.

Penelitian ini meliputi empat studi Randomized Controlled Trial (RCT) dan empat studi cohort observasional, dengan lima studi yang dianalisis pada meta-analisis, dan tiga studi dimasukan dalam kajian systematic review. Penelitian menunjukkan bahwa IAC memiliki efektivitas yang signifikan. Penggunaan IAC dikaitkan dengan pengurangan risiko kekambuhan tumor sebesar 35% dan peningkatan Reccurent Free Survival (RFS) hingga 45%. Selain itu, risiko progresi tumor menurun sebesar 45%, dengan peningkatan Progression-Free Survival (PFS) hingga 53%. Hasil ini sangat berguna bagi pasien dengan NMIBC risiko tinggi, yang mana terapi konvensional seperti IVC atau BCG kemungkinan tidak.

Injeksi agen kemoterapi ke dalam arteri yang mengarah ke tumor, dapat meningkatkan kemanjuran dan mengurangi efek toksisitas sistemik. IAC telah terbukti menjadi pengobatan yang efektif untuk pasien NMIBC dan bahkan MIBC. Keuntungan ini menjadikan IAC sebagai pilihan yang lebih aman dibandingkan dengan kemoterapi sistemik.

Meskipun memiliki hasil yang menjanjikan, terdapat beberapa tantangan dalam pemberian IAC. Protokol standar untuk durasi dan frekuensi IAC belum ditentukan secara pasti melalui konsensus, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Variasi dalam dosis dan interval pemberian obat di berbagai studi juga menunjukkan perlunya konsensus global. Selain itu, biaya dan aksesibilitas IAC masih menjadi hambatan di beberapa negara berkembang. Namun, dengan pengembangan teknologi medis dan dukungan kebijakan kesehatan, tantangan ini dapat diatasi.

Sebagai kesimpulan, IAC menawarkan harapan baru bagi pasien NMIBC di negara-negara dengan beban TB yang tinggi. Dengan efektivitas yang menjanjikan dan toksisitas minimal, IAC memiliki potensi untuk menjadi bagian dari strategi pengobatan NMIBC di masa depan. IAC tidak hanya meningkatkan hasil klinis tetapi juga memberikan dampak positif pada kualitas hidup pasien.

Penulis: Lukman Hakim, dr., M.Kes., Ph.D

Link: https://doi.org/10.4081/aiua.2024.12154

Baca juga: Hubungan Antara Pendapatan, Asuransi Kesehatan, dan Status Pekerjaan sebagai Indikator Prognostik pada Kanker Kandung Kemih