Universitas Airlangga Official Website

Tuberkulosis Testis pada Pasien HIV/AIDS Menyerupai Massa Testis

Tuberkulosis (TB) terus menjadi permasalahan serius dalam dunia kesehatan global. TB, yang biasanya kita kenal sebagai penyakit yang mempengaruhi paru-paru, ternyata juga dapat mengenai bagian lain dari tubuh, termasuk organ genital. Salah satu kasus yang mungkin jarang terdengar adalah TB yang menyerang testis, yang pada awalnya dapat menyerupai benjolan atau massa yang menimbulkan kekhawatiran.

Kasus TB pada testis merupakan salah satu jenis TB urogenital yang sering terjadi, namun sayangnya sering kali luput dari perhatian karena metode diagnosis yang belum jelas dan panduan pengobatan yang belum begitu pasti. Di sisi lain, keluhan skrotum yang mendadak meradang merupakan kondisi darurat di bidang urologi, tidak ada pemeriksaan yang dapat dengan pasti menyingkirkan kemungkinan torsion (putaran) pada testis

Mari kita bahas satu kasus yang menarik mengenai kondisi ini : Seorang pria berusia 25 tahun yang datang ke unit gawat darurat dengan keluhan nyeri hebat pada testis kanannya dan ulserasi yang terjadi di sana. Keluhan ini telah dirasakannya selama seminggu terakhir, dan menjadi semakin parah di pagi hari sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mendapatkan pertolongan medis. Ukuran testis kanannya juga membesar selama enam bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat penggunaan antibiotik Ciprofloxacin sebelumnya, namun keluhannya semakin memburuk.

Pemeriksaan fisik menunjukkan beberapa temuan, tekanan darah pasien adalah 159/95 mmHg, denyut nadi 116 kali per menit, laju pernapasan 22 kali per menit, dan suhu tubuh 37,8 C. Satu-satunya hal yang tidak biasa adalah kelenjar inguinal di testis kanan yang lebih besar dari biasanya, dan pada palpasi terasa seperti ada beberapa benjolan. Terdapat ulserasi dan cairan ekstravasasi pada testis kanan, serta terdeteksi krepitasi pada testis kanan. Testis kiri tampak normal, sementara testis kanan membesar (3 cm × 2 cm), padat, dan berbentuk oval. terutama adanya peradangan serta ulserasi pada testis kanan.

Selain itu, temuan berupa benjolan-benjolan yang teraba di area pangkal paha kanan turut mengundang kekhawatiran. Tes darah menunjukkan adanya infeksi HIV, dengan kadar CD4 yang rendah dan viral load yang tinggi. Hasil pemeriksaan lainnya, termasuk tes ultrasonografi dan CT-scan abdomen, menunjukkan adanya massa padat pada testis kanan dengan tanda-tanda TB. Bahkan pada rontgen dada, terdapat tanda-tanda peradangan pada paru-paru sebelah kiri.

Meski pasien tidak memiliki riwayat TB sebelumnya, gejala seperti berkeringat pada malam hari dan penurunan berat badan selama enam bulan terakhir menjadi petunjuk penting pada kasus ini. Pasien ini juga memiliki riwayat aktivitas seksual dengan pasangan sesama jenis tanpa penggunaan kondom sejak 10 tahun yang lalu, yang menambah kompleksitas pada kasus ini.

Kondisi medis yang jarang terjadi ini kemudian membutuhkan tindakan operasi darurat untuk mengangkat testis yang terkena, . Pasien ini direncanakan untuk menjalani operasi darurat Orkiektomi Inguinal Kanan karena adanya tumor dan ulser. Hasil patologi anatomi menunjukkan adanya perubahan pada jaringan testis yang membesar dan sel granulomatosa, tanpa tanda-tanda keganasan, berdasarkan hasil patologi anatomi, pasien didiagnosis dengan tuberkulosis testis.

Dari kasus ini, kita dapat memahami bahwa kasus medis yang jarang terjadi seperti TB testis pada pasien HIV/AIDS memerlukan pendekatan yang cermat dan terperinci dalam diagnosis, perawatan, dan tindak lanjut. Kesadaran serta pengertian yang lebih dalam tentang kasus-kasus seperti ini akan membantu mengarahkan praktik medis untuk memberikan perawatan yang lebih baik bagi pasien.

Sebagai kesimpulan, meskipun merupakan kondisi yang jarang terjadi, tuberkulosis testis terisolasi harus dipertimbangkan saat mengevaluasi kelainan fokal pada testis, terutama di daerah dengan prevalensi tuberkulosis tinggi. Penting untuk melakukan pemeriksaan TB seperti Interferon Gamma Release Assay (IGRA) pada pasien dengan ulkus massa testis. Pada fasilitas yang tidak memiliki CT scan, eksplorasi testis karena skrotum akut dapat dilakukan, penting bagi kita untuk menggali lebih dalam tentang kondisi-kondisi medis seperti TB pada testis ini. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi lebih lanjut tentang kasus medis yang sering luput dari perhatian, serta pentingnya deteksi dini dan pengobatan yang tepat bagi kesembuhan pasien.

Penulis: Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat di:

Wirjopranoto, S. (2023). Testicular tuberculosis on HIV/AIDS patient Mimicking testicular mass: A rare case. In Asian Journal of Surgery. Elsevier (Singapore) Pte Ltd. https://doi.org/10.1016/j.asjsur.2023.06.019