Universitas Airlangga Official Website

UNAIR Turut Dukung Pemulihan Hijau dan Komitmen Iklim Indonesia

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga turut mendukung sektor akademis dalam pemulihan Hijau dan Komitmen Iklim Indonesia melalui Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dalam Indonesia Universities Climate Conference (IUCC) pada Rabu (30/3/2022) melalui Zoom dan Youtube. Dihadiri dosen dan mahasiswa di seluruh Indonesia.

Dalam acara itu, turut hadir Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) H E Suharso Monoarfa; Ketua dan Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia Dr Dino Patti Djalal; dan Penasehat FPCI Indonesia Univercities Climate ConferenceDayu Nirma Amurwanti.

Dalam sambutannya, John Nickell mewakili Dino Patti Dajjal menyampaikan bahwa setiap orang bertanggung jawab dalam setiap perubahan pada 2050. Komitmen berpengaruh pada tindakan. Dan, tindakan berpengaruh terhadap dampak.

Sementara itu, Dayu menyampaikan bahwa krisis iklim merupakan permasalahan yang nyata. Jadi, kebijakan transisi hijau juga perlu diwujudkan secara nyata yang dilakukan dengan seluruh partisipasi tiap orang. 

“Dengan adanya partisipasi ini diharapkan terbentuknya sense of belonging, rasa taggung jawab setiap orang,” ujarnya. 

Selain itu, kolaboratif Governance diperlukan untuk perbaikan tata kelola yang menyoroti sektor penting. Di antaranya, kehutanan, pertanian, lahan, energI, kelautan, dan pengolahan limbah, infrastruktur, penataan perkotaan, pendidikan, penelitian, dan pengembangan inovasi.

“Kontribusi perguruan tinggi mendukung transmisi hijau ini tercermin dalam tri dharma perguruan tinggi. Perguruan tinggi menjadi bagian dari leading by example kegiatan pencapaian target. Sehingga aspek nilai lingkungan perlu masuk dalam kurikulum pengajaran,” sambung Dayu.

Dalam diskusi terdapat beberapa dokumen yang dihasilkan. Di antaranya, dokumen kertas kebijakan, kertas posisi Peserta IUCC Inovasi kiprah Perguruan Tinggi, dan risalah diskusi.

“Kami siap mendukung Indonesia Emas dan Net Zero Emission,” tutup Dayu.

Lebih lanjut, menanggapi pemaparan hasil diskusi, Suharso menjelaskan bahwa dalam hal perbaikan iklim, selain membuat masterplan, Bappenas mulai masuk ke beberapa daerah. Misalnya show case (Bali sebagai contoh) sebagai penyelesaian urusan sampah. 

“Setiap orang itu digugat untuk berbagi. Karena, pemahaman itu perlu perluasan. Hal-hal kecil perbaikan iklim harus mulai diceritakan,” katanya.

“Selesaikan sampah di piring dahulu,” imbuhnya.

Menurut Suharso, emisi dimulai dari lingkup terkecil, tumpukan sampah dipiring. Jadi, hal itu harus menjadi fokus terpenting. Selain itu, transisi energi mulai diperbaiki dengan inovasi. Misalnya, mobil listrik.

Diskusi dilanjutkan dengan pemberian masukan terhadap pengembangan wisata, dana desa,  perbaikan tata kelola, serta langkah aktual Bappenas. Khususnya dalam upaya mendukung perbaikan iklim di Indonesia.

Penulis: Rosita

Editor: Feri Fenoria