Universitas Airlangga Official Website

Upaya Pelestarian Sungai Citarum Yang Intensif

Sungai Citarum (sumber: bisnis.com)

Sungai Citarum, yang terletak di jantung Jawa Barat, Indonesia, terkenal akan keindahan pemandangannya dan peran pentingnya dalam mendukung mata pencaharian dan penghidupan masyarakat setempat. Namun, di bawah permukaannya yang tenang, terdapat masalah lingkungan yang mendesak yang menuntut perhatian kita semua. Yakni kontaminasi polutan berbahaya yang salah satunya adalah logam berat beracun atau yang sekarang lebih dikenal dalam istilah Potentially Toxic Elements (PTEs) atau elemen yang berpotensi beracun.

Dalam penelitian terbaru kami, kami memulai perjalanan untuk mengungkap bahaya tersembunyi yang mengintai di perairan hulu DAS Citarum, dengan menggunakan pendekatan penilaian risiko terpadu untuk menjelaskan masalah kritis ini. Kami melakukan penelitian untuk mengetahui konsentrasi PTEs seperti Cd, Pb, Mn, Fe, Cu, Cr, dan Hg pada air sungai, sedimen sungai, tanah, dan air tanah yang berada di sekitar aliran sungai Citarum hulu. Selain mengidentifikasi konsentrasi PTEs pada media lingkungan, kami juga melakukan penilaian risiko ekologis dan risiko kesehatan pada masyarakat yang tinggal di kawasan hulu sungai Citarum.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah kami lakukan ditemukan bahwa rata-rata konsentrasi PTEs pada air sungai sebagai berikut: 0.002 mg/L (Cd), 0.05 mg/L (Pb), 0.092 mg/L (Mn), 0.649 mg/L (Fe), 0.022 mg/L (Cu), 0.001 mg/L (Cr), dan 0.421 mg/L (Hg). Konsentrasi Cd, Pb, dan Hg pada air sungai masing-masing 3 kali, 20 kali, dan 547 kali melebihi konsentrasi yang dianjurkan pada air permukaan. Sedangkan konsentrasi Fe dan Cr pada air sungai masih dibawah konsentrasi yang dianjurkan untuk air permukaan. Berdasarkan hasil ini dinyatakan bahwa air sungai tidak cocok digunakan sebagai sumber air minum maupun kegiatan rekreasi, irigasi, dan perikanan.

Hasil identifikasi konsentrasi PTEs pada air tanah juga ditemukan bahwa konsentrasi Pb, Cd, Mn, dan Hg yang melebihi nilai standar untuk air minum. Penilaian dengan indeks polusi logam berat atau heavy metals pollution index pada air sungai juga menunjukkan bahwa nilai HPI air sungai dan air tanah lebih dari 100 yang berarti air sungai tidak cocok digunakan sebagai air minum dan berpotensi menimbulkan dampak kesehatan manusia. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa lingkungan di kawasan hulu tercemar berat oleh PTEs yang berpotensi untuk menyebabkan dampak berbahaya pada manusia dan makhluk hidup lainnya. Selain ditemukan pada media air, PTEs juga ditemukan pada sedimen dan tanah.

Kontaminasi PTEs pada lingkungan di Kawasan hulu DAS Citarum dipengaruhi oleh dua sumber utama yaitu sumber geogenic dan sumber antropogenik. Kawasan hulu DAS Citarum diketahui sebagai pegunungan vulkanik dan memiliki Kawasan geothermal yang aktif di Provinsi Jawa Barat. Sumber mata air panas atau thermal springs merupakan fitur geologi yang terjadi secara alamiah dimana ia memiliki tingkat konsentrasi PTEs yang tinggi seperti As, Hg, Ba, Mn, Zn, Cu, dan Fe. Selain bersumber dari area vulkanik dan geothermal, PTEs ini juga dapat berasal dari berbagai sumber antropogenik seperti pertanian, industri dan perdagangan.

Kawasan hulu DAS Citarum ini juga diramaikan dengan berbagai macam industri seperti 442 industri tekstil, 40 industri electroplating, 25 industri makanan dan minuman, 16 industri plastic dan karet, 14 industri kimia, 11 industri penyamakan kulit, 8 industri kertas dan pulp, dan industri logam. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa industri tekstil menjadi “biang kerok” terjadinya pencemaran di sungai Citarum. Industri tekstil dapat mengeluarkan emisi atau sisa dari penggunaan bahan pewarna dan bahan aditif lainnya seperti sodium karbonat dan soda api. PTEs biasanya terdapat pada pewarna yang digunakan pada industri tekstil.

PTEs merupakan salah satu kontaminan di lingkungan yang sulit untuk terdegradasi di lingkungan dimana ia juga mampu terakumulasi dan terbiomagnifikasi pada makhluk hidup. Pada dosis tertentu ia dapat menimbulkan dampak kesehatan yang merugikan bahkan sampai kematian. Keberadaan PTEs pada ekosistem sungai Citarum tentu berpotensi menimbulkan dampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Beberapa dekade terakhir program untuk menciptakan Citarum yang bersih dari polutan sudah banyak dilakukan seperti Citarum Bestari dan Citarum Harum.

Namun, ternyata belum mampu secara kontinyu meningkatkan kualitas air sungai karena mungkin program hanya berfokus pada wilayah tengah atau hilir sungai. Bagian hulu yang menjadi salah satu sumber polutan belum banyak menjadi perhatian. Berbekal wawasan yang diperoleh dari penelitian kami, kami mengadvokasi tindakan segera dan terpadu untuk mengatasi pencemaran PTE di daerah aliran sungai Citarum bagian hulu. Upaya mitigasi harus mencakup pendekatan multi-sektoral, yang meliputi pencegahan pencemaran, remediasi, dan pemberdayaan masyarakat. Memperkuat kerangka kerja peraturan daerah, meningkatkan kemampuan pemantauan lingkungan, dan mempromosikan praktik-praktik penggunaan lahan yang berkelanjutan merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan dan integritas DAS. Melalui upaya kolaboratif dan tindakan kolektif diharapkan mampu memulihkan kesehatan ekosistem sungai Citarum dan memastikan bahwa generasi yang akan datang terlindungi dari dampak yang merugikan akibat adanya pencemaran PTEs di kawasan sungai Citarum.

Penulis: Dr. Ratna Dwi Puji Astuti, S.K.M.