Universitas Airlangga Official Website

Variasi dalam Pedoman Pengelolaan Hiperbilirubinemia Neonatal di Indonesia

Foto oleh dictio.id

Hiperbilirubinemia neonatal, yang merupakan peningkatan kadar bilirubin pada bayi baru lahir, menjadi perhatian serius di Indonesia. Negara ini memiliki tiga pedoman utama untuk mengatasi kondisi ini, namun ternyata pedoman-pedoman tersebut memiliki perbedaan dan keterbatasan. Melalui artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai pedoman tersebut dan mengevaluasi rekomendasi-rekomendasi yang diberikan berdasarkan bukti terbaru.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2018 terhadap para praktisi kesehatan di Indonesia menunjukkan bahwa dokter anak umumnya mengikuti pedoman Indonesian Pediatric Society (IPS), sedangkan dokter umum dan bidan lebih condong mengikuti pedoman dari World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia. Dalam penelitian ini, para peneliti membandingkan rekomendasi yang terdapat dalam ketiga pedoman tersebut dan membuat tabel perbandingan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga pedoman tersebut memberikan rekomendasi terkait pemantauan ikterus neonatal dan deteksi hiperbilirubinemia. Namun, hanya pedoman IPS dan WHO yang secara spesifik menyebutkan faktor risiko yang dapat menyebabkan kerusakan otak pada tingkat kadar bilirubin yang dianggap masih aman bagi bayi yang lahir cukup bulan. Selain itu, kedua pedoman tersebut juga memberikan kriteria untuk memulai fototerapi dan mempertimbangkan transfusi darah. Pedoman IPS sebagian besar mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh American Academy of Pediatrics (AAP) untuk bayi yang cukup bulan dan hampir cukup bulan.

Dalam hal pencegahan dan pemantauan ikterus neonatal, pedoman IPS menyarankan untuk melakukan pengukuran kadar bilirubin saat bayi pulang dari rumah sakit dan beberapa hari setelahnya, serta memetakan hasilnya pada sebuah grafik khusus. Sedangkan pedoman Kemenkes Indonesia mengandalkan pemeriksaan visual untuk mengklasifikasikan tingkat keparahan ikterus pada bayi. Pedoman WHO, meskipun tidak memberikan metode langkah demi langkah yang jelas, merekomendasikan penggunaan penilaian visual untuk membedakan antara ikterus yang normal dan ikterus yang tidak normal.

Faktor risiko yang diakui dalam ketiga pedoman tersebut antara lain kebayian dan penyakit hemolitik. Namun, terdapat variasi dalam faktor risiko lain yang diakui. Pedoman IPS memberikan faktor risiko yang lebih terperinci, seperti penyakit, asfiksia, hipoalbuminemia, dan asidosis yang berkepanjangan, yang dapat menyebabkan kerusakan otak pada tingkat kadar bilirubin yang dianggap masih aman. Sementara itu, pedoman Kemenkes dan WHO tidak menyebutkan asfiksia saat lahir sebagai faktor risiko, dan pedoman Kemenkes juga tidak mencakup faktor risiko spesifik.

Diskusi mengenai temuan ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara ketiga pedoman tersebut dalam hal pemantauan, identifikasi faktor risiko, metode deteksi hiperbilirubinemia, dan rekomendasi untuk intervensi seperti fototerapi dan transfusi darah. Ketergantungan pedoman Kemenkes hanya pada pemeriksaan visual saja dapat mengakibatkan diagnosis yang terlambat dan pengobatan yang tidak tepat. Di sisi lain, penggunaan nomogram dalam pedoman IPS telah menunjukkan hasil yang positif dalam mengurangi kejadian hiperbilirubinemia.

Berdasarkan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa diperlukan pedoman nasional yang seragam untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pedoman-pedoman yang ada dalam pengelolaan hiperbilirubinemia neonatal di Indonesia. Prosedur yang jelas untuk pemantauan dan penilaian faktor risiko, serta akses terhadap metode pengukuran bilirubin yang dapat diandalkan, dapat membantu dalam pendeteksian dini dan pengobatan yang tepat.

Penulis : Mahendra Tri Arif Sampurna, Kian Djien Liem, Danny Chandra Pratama, Novita Oktaviana, Achmad Januar Er Putra, Rahmi Zakiyah, Visuddho Visuddho, Risa Etika, Kartika Dharma Handayani, Martono Tri Utomo, Dina Angelika, Wurry Ayuningtyas, Toto Wisnu Hendrarto, Rinawati Rohsiswatmo, Setya Wandita, Risma Karina Kaban, Jordy Maulana Ahmad

Link        : https://doi.org/10.12688/f1000research.110550.1

Judul     : A review of existing neonatal hyperbilirubinemia guidelines in Indonesia Refer     : Sampurna MTA, Liem KD, Pratama DC et al. A review of existing neonatal hyperbilirubinemia guidelines in Indonesia. F1000Research 2022, 11:1534 (https://doi.org/10.12688/f1000research.110550.1)