Universitas Airlangga Official Website

Vesikel Ekstraseluler dari Sel Punca dan Progenitor untuk Terapi Regeneratif Bebas Sel

IL-by-iStock

Terapi regeneratif berbasis sel yang melibatkan sel punca atau progenitor dianggap sebagai modalitas terapi yang memungkinkan untuk mengobati penyakit tidak menular dan penyakit degeneratif. Baru-baru ini, hasil regeneratif dari terapi berbasis sel telah dikaitkan dengan faktor parakrin dan vesikel ekstraseluler [EV] yang dilepaskan oleh sel yang ditransplantasikan. EV berisi microRNA [miRNA], mRNA, serta protein. Peran EV dalam memediasi komunikasi antar sel telah teliti dalam beberapa penelitian. Namun, potensi regeneratif miRNA, mRNA, dan protein yang ada dalam EV masih menjadi bahan perdebatan ilmiah. Dalam artikel ini, membahas EV sebagai alternatif terapi berbasis sel punca untuk mengobati beberapa penyakit tidak menular dan penyakit degeneratif. Pra-perawatan sel dapat membantu menghasilkan EV yang diperkaya dengan miRNA, mRNA, dan/atau protein tertentu yang dapat mendukung keberhasilan regenerasi organ yang ditargetkan.

Dalam empat dekade terakhir, rata-rata harapan hidup manusia saat lahir telah meningkat sekitar 10 tahun. Namun, secara bersamaan, terdapat kesenjangan 9 tahun antara total harapan hidup dan harapan hidup sehat. Kesenjangan antara harapan hidup dan harapan hidup sehat ini menunjukkan bahwa sejumlah besar orang di seluruh dunia hidup dengan kondisi medis. Penyakit degeneratif yang tidak menular dan terkait usia dianggap sebagai kontributor utama kondisi tidak wajar ini. Ada beberapa pengobatan simtomatik untuk mengobati penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif. Namun hingga saat ini, belum ada modalitas terapi yang efektif yang dapat membantu regenerasi organ. Seringkali, transplantasi organ adalah satu-satunya pilihan, Tetapi ditemui masalah baru sebagai kelemahan trnasplantasi organ seperti kelangkaan organ donor dan hambatan imunologi setelah transplantasi.

Beberapa penelitian in vitro, in vivo, dan klinis telah dilakukan dengan berbagai jenis sel punca, termasuk sel punca pluripoten terinduksi [iPSC], sel punca mesenkimal [MSC], sel punca hematopoietik [HSC], sel blast, dan sel progenitor. Hasil regeneratif berbagai jenis sel punca diharapkan mampu menyelesaikan masalah kelangkaan donor organ dalam waktu dekat. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa hasil regeneratif dari terapi sel, terutama terapi regeneratif berbasis MSC, sebagian besar dimediasi oleh faktor parakrin oleh engraftment dan diferensiasi sel yang ditransplantasikan. Hal ini membuktikan adanya peran regeneratif dari faktor parakrin turunan sel punca dan vesikel ekstraseluler [EVs]. Potensi ini membuka peluang baru di bidang kedokteran regeneratif melalui penelitian yang mengeksplorasi potensi sekresi sel punca dan EV sebagai terapi regeneratif bebas sel. Pelepasan EVs oleh retikulosit ke ruang ekstraseluler diamati dan dilaporkan pada 1980-an. Sampai tahun 1996, sebelum mengeksplorasi peran EV dalam merangsang respon imun adaptif, EV dianggap sebagai sisa sel tanpa relevansi biologis. Saat ini penelitian tentang EV menjadi perhatian yang cukup besar karena kemampuan mereka untuk memediasi komunikasi antar sel. Berdasarkan biogenesisnya, EV dapat dibagi menjadi eksosom, mikrovesikel, dan badan apoptosis. Eksosom dilepaskan oleh sel setelah fusi endosom multivesikuler dengan membran plasma dan ukuran diameter berkisar antara 30-120 nm. Mikrovesikel berasal dari permukaan sel, secara langsung muncul bud yang berhubungan dengan membran plasma. Dalam beberapa tahun terakhir, potensi regeneratif EV terutama eksosom dan mikrovesikel mendapat banyak perhatian. Dalam artikel ini, potensi regeneratif dan prospek masa depan EV sebagai terapi bebas sel dibahas lebih dalam.

Penulis: Dr. Pratiwi Soesilowati, drg., M.Kes.

Link Jurnal: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33550972/