Universitas Airlangga Official Website

Viabilitas Sel Punca dan Osteoblast Pasca Pemberian Perancah Polymethylmethacrylate dan Hidroksiapatit

Foto by Prodia OHI

Penyakit periodontal, kehilangan gigi, trauma, dan infeksi adalah beberapa faktor yang mungkin menyebabkan defek tulang alveolar. Selain itu, kelainan bawaan pada anak seperti celah lelangit juga sering disertai dengan celah tulang alveolar.  Defek tulang alveolar yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan resorpsi tulang alveolar. Hal ini dapat dicegah dengan mengisinya dengan bahan graft. Bahan cangkok tulang autogenous merupakan metode standar karena memiliki semua karakteristik yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang. Namun, tulang autogen memiliki beberapa keterbatasan, khususnya ketersediaan dan komplikasi tulang. Bahan cangkok tulang lainnya, termasuk xenograft, juga memiliki beberapa kelemahan, seperti potensi blok tulang xenogeneik dapat retak selama fiksasi sehingga dapat menghambat operasi dan proses penyembuhan tulang.

Saat terjadi kerusakan tulang alveolar akibat infeksi gigi, osteoblasts merupakan sel yang paling bertanggung jawab untuk membentuk tulang baru. Regenerasi tulang alveolar yang baru menggunakan prinsip osteogenesis, yaitu transfer sel vital pembentuk tulang ke area yang akan meregenerasi tulang baru. Dengan pemberian kombinasi perancah, substrat selular, dan bahan biologis yang mendukung berlangsungnya pembentukan tulang diharapkan proses osteokonduksi dapat berlangsung.

Teknik penambahan tulang melalui penambahan perancah kombinasi polymethylmethacrylate dan hidroksiapatit merupakan metode baru yang diharapkan memiliki tingkat keberhasilan yang baik untuk perbaikan tulang akibat infeksi periodontal agresif. Keuntungan terbesar dari metode ini tergantung pada keadaan tubuh pasien dan pemeliharaan pasca operasi. Sifat perancah kombinasi yang tidak toksik juga menjadi penentu apakah perancah tersebut efektif digunakan sebagai bahan graft.

Sel punca yang berasal dari pulpa gigi sulung memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi kearah osteogenesis. Sel punca tersebut dapat berproliferasi lebih cepat dibandingkan sel punca yang berasal dari bone marrow. Bila dikombinasikan dengan perancah kombinasi polymethylmethacrylate dan hidroksiapatit, sel punca yang berasal dari pulpa gigi sulung diharapkan dapat melengkapi peran perancah sebagai bahan graft sintetik.

Sebelum diujicobakan pada hewan coba, kombinasi baru perancah polymethylmethacrylate dan hidroksiapatit bersama dengan sel punca dari pulpa gigi sulung terbukti tidak bersifat toksik saat diinteraksikan dengan osteoblast sebagai sel pembentuk tulang yang terdapat pada tulang alveolar.

Karakteristik tersebut merupakan syarat awal untuk diajukan sebagai suatu bahan alternatif untuk penyembuhan cacat tulang alveolar. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari tingkat proliferasi sel punca asal pulpa gigi sulung dan osteoblas setelah ditanamkan pada kombinasi polymethylmethacrylate dan hidroksiapatit pada hewan secara in vivo untuk mengkonfirmasi manfaat dari penggunaan kombinasi perancah polymethylmethacrylate dan hidroksiapatit bersama dengan sel punca dari pulpa gigi sulung pada model defek tulang alveolar.

Penulis: Tania Saskianti, drg., Ph.D., Sp.KGA, K-AIBK

Jurnal: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37336482/#:~:text=The%20percentage%20of%20osteoblast%20cell’s,for%20the%20SHED%20and%20osteoblast.