Universitas Airlangga Official Website

Vitamin D sebagai Terobosan Baru Pencegahan dan Pengobatan Akne Vulgaris 

Foto by Hello Sehat

Vitamin D (juga disebut sebagai “kalsiferol”) adalah vitamin yang larut dalam lemak yang secara alami ada dalam beberapa makanan, ditambahkan ke makanan lain, atau tersedia sebagai suplemen makanan. Fungsi klasik vitamin D yang paling terkenal adalah untuk keseimbangan mineral dan pemeliharaan tulang. Dengan berkembangnya penelitian, saat ini telah ditemukan reseptor vitamin D di berbagai jaringan. Beberapa fungsi biologis lain dari vitamin D menjadi semakin dikenal dan perannya dalam banyak penyakit, termasuk penyakit autoimun dan dermatologis sedang dieksplorasi secara ekstensif. 

Kekurangan vitamin D adalah masalah yang umum di seluruh dunia dan mempengaruhi negara maju serta berkembang, daerah subtropis dan beriklim sedang, dan populasi dari segala usia. Defisiensi vitamin D mungkin diabaikan di negara-negara Asia, dengan asumsi bahwa kekurangan vitamin D tidak mungkin terjadi di daerah dengan banyak sinar matahari. Namun, ternyata kekurangan vitamin D lebih sering terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara daripada yang diperkirakan. Sebagian besar penelitian mendefinisikan kadar 25-hidroksi vitamin D [25(OH)D] kurang dari 50 nmol/L (20 ng/mL) sebagai defisiensi vitamin D. Dengan tingkat batas ini, prevalensi defisiensi vitamin D sekitar 70% atau lebih tinggi di Asia Selatan dan bervariasi dari 6-70% di Asia Tenggara. 

Defisiensi vitamin D telah diduga berhubungan dengan perkembangan penyakit akne vulgaris. Akne vulgaris atau dikenal masyarakat awam sebagai “jerawat” adalah gangguan kulit yang paling umum yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, menjadikannya penyakit ke-8 yang paling umum di seluruh dunia. Akne vulgaris mempengaruhi sekitar 9,4% dari populasi dunia dengan prevalensi tertinggi pada remaja. Akne mempengaruhi lebih dari 90% pria dan 80% wanita di semua kelompok etnis. Beberapa penelitian telah menyelidiki kadar serum vitamin D pasien dengan akne dan hubungan antara kadar serum vitamin D dan keparahan jerawat. Namun, hasilnya terbilang masih kontradiktif. 

Telah banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kadar serum vitamin D cenderung rendah dan signifikan secara statistik pada pasien akne vulgaris. Lebih lanjut, kadar dari serum vitamin D tersebut juga ditemukan lebih rendah secara signifikan pada pasien dengan derajat keparahan akne vulgaris yang lebih berat dibandingkan dengan yang ringan-sedang. 

Kemudian, dilakukan kajian sistematik terhadap 10 studi dengan total 1.262 subjek dan 695 pasien akne vulgaris. Hampir semua penelitian (8 dari 10) mengungkapkan kadar serum 25(OH)D yang lebih rendah seiring dengan keparahan akne vulgaris yang semakin berat. Tiga di antara penelitian tersebut bahkan memberikan intervensi suplementasi vitamin D selama 2-3 bulan dibandingkan dengan plasebo. Didapatkan hasil yang sama, yaitu peningkatan kadar serum vitamin D seiring dengan perbaikan tanda-tanda klinis/derajat keparahan akne vulgaris. Perbaikan yang signifikan terutama ditunjukkan dengan pengurangan lesi inflamasi pada kelompok dengan suplementasi vitamin D.

Ada beberapa kemungkinan terkait mengapa hal ini dapat terjadi. Pertama, akibat efek anti-inflamasi dari vitamin D. Secara luas diperkirakan bahwa vitamin D memainkan peran penting dalam modulasi sistem peradangan dengan mengatur produksi sitokin inflamasi dan sel imun, dimana kehadiran bakteri penyebab jerawat, Propionibacterium acnes pada lesi akne vulgaris mendorong sekresi berbagai sitokin inflamasi, seperti IL-8, IL-12, yang mengaktifkan limfosit Th1 dan Th17 di lokasi lesi akne vulgaris. Vitamin D juga menghambat proliferasi sel T dan menekan produksi antibodi sel B, serta mengurangi Th17.

Penjelasan kedua berkaitan dengan pengaruh vitamin D terhadap proliferasi dan diferensiasi sebosit dan keratinosit. Sel-sel sebosit diidentifikasi sebagai sel target responsif 1,25(OH)2D, menunjukkan bahwa analog vitamin D mungkin efektif dalam pengobatan jerawat. 

Terakhir, vitamin D juga dianggap memiliki sifat antioksidan dan anti komedogenik. Hal ini menunjukkan bahwa vitamin D mungkin memainkan peran potensial dalam pencegahan dan pengobatan akne vulgaris. Atau sebaliknya, akne vulgaris mempengaruhi sintesis vitamin D di kulit secara negatif. 

Penelitian lebih lanjut tentunya diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan antara vitamin D dan akne vulgaris. Namun, terlepas dari itu, studi ini menyarankan pentingnya skrining kadar vitamin D pada pasien akne vulgaris dan menawarkan prospek baru di bidang pencegahan dan pengobatan akne.

Penulis: Shinta Dewi Rasti, Nena Ristra Dewinta, Ronik Harsono Kamal, Avina Fimas Adissadah, Afhama El Madanny, Linda Dewanti

Detail artikel dapat di lihat di: Rasti SD, Dewinta NR, Kamal RH, Adissadah AF, Madanny AE, Dewanti L. Correlation between Serum 25-Hydroxy Vitamin D levels and the severity of acne vulgaris: A systematic review. Indian J Dermatol [serial online] 2022;67:31-6. 

Available from: https://www.e-ijd.org/text.asp?2022/67/1/31/343283