Universitas Airlangga Official Website

Waspada terhadap Keluhan Penyakit Kulit setelah Berenang di Pemandian Umum

Foto oleh The Mirror

Indonesia kaya dengan lokasi rekreasi air, diantaranya adalah pemandian umum. Pemandian umum merupakan salah satu sarana rekreasi air yang menggunakan air alami, tanpa pengolahan ataupun penambahan zat kimia tertentu. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan di pemandian umum seperti mandi, berenang, relaksasi, rekreasi, bahkan berolahraga. Masyarakat perlu waspada, karena pemandian umum berpotensi menimbulkan penyakit bagi penggunanya, diantaranya adalah timbulnya keluhan penyakit kulit setelah berenang, yang merupakan salah satu dari Recreational Water Illness (RWI).

Menurut penelitian yang dilakukan Shafwah, dkk (2020) terhadap pengguna pemandian umum, mereka mengalami kulit terasa bersisik (40%), gatal (34%), timbul benjolan jerawat (27%), timbul ruam kemerahan (23%), timbul bintik kecil berair (14%) dan timbul kutil (12%). Timbulnya keluhan kulit yang dialami oleh pengguna tersebut merupakan beberapa tanda iritasi ataupun infeksi kulit setelah berenang. Paparan kontaminan bahan kimia atau mikroorganisme yang terkandung dalam air pemandian umum dapat menyebabkan iritasi kulit. Iritasi kulit setelah berenang di pemandian umum dapat juga disebabkan oleh racun yang diproduksi oleh alga biru-hijau (cyanobacteria), yang hidup di air pemandian umum secara alami. Racun cyanobacteria
dapat menyebabkan iritasi kulit ringan, gastroenteritis, pneumonia akut, dan hepatoenteritis. Berendam di pemandian alami berisiko terpapar sinar matahari yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan kulit terbakar sinar matahari yang mengakibatkan kulit menjadi gatal dan atau timbul ruam kemerahan. Cercarial dermatitis (swimmer’s itch) dapat terjadi karena infeksi cacing parasit yang melibatkan siput air dalam rantai kehidupannya. Gejala yang muncul antara lain adalah sensasi gatal pada kulit, muncul ruam kemerahan, dan sensasi terbakar pada ruam. Setelah keluar melalui feses unggas air yang terinfeksi, cacing parasit akan mencari siput sebagai rumah selanjutnya. Setelah itu, barulah terjadi kemungkinan kontak langsung dengan kulit manusia dan menimbulkan reaksi alergi pada kulit.

Kontak antara kulit dengan paparan mikroorganisme, bahan kimia, ataupun sinar matahari dapat dicegah. Namun berdasarkan penelitian Shafwah, dkk (2020), menyatakan bahwa sebagian masyarakat masih belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai adanya risiko timbulnya penyakit kulit setelah berenang di pemandian umum. Terdapat kecenderungan bahwa pengguna pemandian umum yang kurang melakukan tindakan pencegahan, akan mengalami keluhan penyakit kulit.

Tindakan pencegahan timbulnya penyakit kulit setelah berenang di pemandian umum antara lain adalah menggunakan pakaian renang yang tertutup, mandi dengan air bersih dan sabun setelah berenang, dan menjaga kebersihan lingkungan pemandian. Pengelola dapat memberikan petunjuk dan himbauan pada pengguna untuk menjaga kebersihan air pemandian dan lingkungan sekitarnya. Pengelola pemandian umum juga harus menyediakan sarana sanitasi, melakukan monitoring kualitas air pemandian, melakukan pemeliharaan terhadap fasilitas yang ada, dan memastikan keselamatan penggunanya.       

Berenang di pemandian umum berisiko untuk mengalami keluhan penyakit kulit, namun hal ini dapat dicegah dengan melakukan upaya higiene sanitasi, yang dilakukan pengguna dan pengelola pemandian umum.  

Oleh: Retno Adriyani

Judul dan link artikel nasional terindeks Sinta 2 yang dituliskan menjadi opini

Judul   : Hubungan Perilaku dan Keluhan Penyakit Kulit pada Pengguna Pemandian Umum

Bektiharjo, Tuban, Jawa Timur

DOI     : https://doi.org/10.14710/jkli.21.3.245-252

Link     : https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/view/45937