UNAIR NEWS – Blockchain merupakan salah satu teknologi yang booming beberapa tahun terakhir. Namun, apakah yang disebut dengan blockchain itu sendiri dan bagaimana cara kerjanya?
Blockchain merupakan sebuah buku besar yang bersifat permanen serta dapat dibagikan yang memfasilitasi proses perekaman transaksi dan tracking aset dalam sebuah jaringan bisnis. Dalam blockchain, sebuah data pasti akan selalu dicatat baik itu perubahan maupun penambahannya. Data-data dalam blockchain pun tidak dapat dihapus sehingga historisnya akan selalu ada.
“Gunanya blockchain itu buat smart contract atau untuk sesuatu yang catatannya tidak boleh hilang,” jelas Muhammad Noor Fakhruzzaman SKom MSc pada webinar bertajuk“How Powerful Is The Combination of Blockchain Technologi and AI?” yang diselenggarakan oleh BEM FTMM UNAIR, Sabtu (4/6/2022).
Dosen program studi Teknologi Sains Data FTMM UNAIR ini menjelaskan bahwa data dalam blockchain bersifat terdesentralisasi karena datanya tidak ada dalam satu tempat tertentu. Ini memungkinkan pengguna untuk tidak perlu melakukan sinkronisasi data karena semua orang telah mempunyai data tersebut. Teknologi ini terinspirasi dari P2P Network di mana semua orang dalam satu jaringan dapat saling berbagi data yang sama.
“Ibaratnya, saya punya database tentang transaksi di warung kopi. Teman saya yang terkoneksi juga bisa punya datanya sehingga tidak ada yang disembunyikan dari situ,” jelas Ruzza, sapaan akrabnya.
Adanya blockchain, sambungnya, semua transaksi akan disimpan dalam sebuah rantai yang tidak bisa ditukar satu sama lain sehingga tidak dapat menyisipkan transaksi-transaksi palsu di tengah-tengahnya. Hal itu, karena setiap cloud dikunci dengan hence dan hence itu akan disamakan dengan hence berikutnya.
“Blockchain itu membandingkan hence blok pertama dan blok kedua. Hal ini dapat menguntungkan pengguna karena data tidak dapat dipalsukan dan tidak dapat diisikan oleh data di luar yang sudah tercatat dalam suatu blockchain,” jelasnya.
Pada akhir, ia menegaskan bahwa penggunaan blockchain pada praktiknya sekarang ini belum sepenuhnya terdesentralisasi. Infrastruktur blockchain masih dimiliki perusahaan-perusahaan besar seperti IBM, Amazon, Ethereum, dan lain-lain.
“Selain itu, verifikasi data dalam blockchain membutuhkan sumber daya yang besar dan dapat mengancam keselamatan lingkungan,” tutupnya.
Penulis: Agnes Ikandani
Editor: Nuri Hermawan