UNAIR NEWS – Badan Semi Otonom Puisi Kamar (PUSKA) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menunjukkan komitmen sosialnya melalui kegiatan Cerita Karya Kita 2025 di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surabaya pada Jumat, (23/05/2025).
Mengusung semangat inklusivitas dan kesetaraan, kegiatan tersebut menjadi ruang ekspresi dan perjumpaan antara anak-anak YPAC dan para relawan melalui pendekatan seni yang penuh makna. Rangkaian kegiatan bermula dengan pembukaan dan sambutan dari Ketua Pelaksana, Ketua Umum BSO PUSKA, serta perwakilan dari pihak YPAC.
Implementasi SDG’s
Dalam sambutannya, Ketua Umum PUSKA 2025, Salwa Nur Azizah atau Sasa mengatakan “Kegiatan ini tidak sekadar menghadirkan hiburan semata, melainkan juga mencerminkan pendekatan sosial yang kuat dalam mendukung nilai-nilai keberlanjutan.”
Menurut penuturannya, kegiatan ini sejalan dengan semangat Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Terlebih SDG 4 yang menekankan pentingnya pendidikan inklusif dan bermutu, SDG 10 yang berfokus pada pengurangan kesenjangan sosial, serta SDG 17 yang mengedepankan kemitraan dalam pembangunan.
“Kegiatan ini tidak hanya memperkaya pengalaman peserta secara kultural dan sosial, tetapi juga berkontribusi nyata dalam upaya mewujudkan masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan”, tambah Sasa.

Perkuat Keberanian
Penampilan dongeng oleh Saskia membuka suasana penuh imajinasi dan kehangatan. Disusul pertunjukan tari bersama yang diiringi lagu “Jagoan” karya Sherina sebagai simbol inklusivitas, solidaritas sosial serta keberanian membela yang lemah. Nilai-nilai tersebut relevan dalam konteks mendukung teman-teman disabilitas, yang sering menghadapi berbagai tantangan dan kesenjangan sosial.
Anak-anak YPAC tampak antusias menari bersama relawan, menikmati setiap momen kebersamaan yang sarat nilai empati dan kerja sama. Salah satu peserta, Daffa, bahkan menyumbangkan lagu Laskar Pelangi dan menyampaikan harapannya untuk bisa menjadi mahasiswa Sastra Indonesia.
“Aku sangat senang jika ada kegiatan seperti ini, apalagi setelah ujian kemarin di tanggal lima. Aku jadi bisa bertemu dengan kakak-kakak baru, dan itu membuatku bahagia”, tutup Daffa.
Acara berlanjut dengan sesi ice breaking dan mewarnai yang menjadi ruang bagi anak-anak menuangkan imajinasi secara visual. Pemilihan pendekatan seni sebab menjadi bahasa universal yang melampaui batasan fisik dan verbal. Kegiatan berakhir dengan sesi foto bersama, pembagian cinderamata, dan aksi bersih-bersih sebagai bentuk tanggung jawab bersama.
Cerita Karya Kita membuktikan bahwa setiap anak, apapun kondisinya, memiliki hak yang sama untuk tumbuh, berkarya, dan didengar. PUSKA berharap kegiatan ini terus menjadi ruang aman yang menginspirasi, mempererat solidaritas sosial, dan membuka lebih banyak peluang untuk menciptakan masyarakat yang inklusif, adil, dan penuh empati melalui seni dan aksi nyata
Penulis : Panca Ezza Aisal Saputra
Editor : Ragil Kukuh Imanto