Universitas Airlangga Official Website

Perbedaan Profil Sistem Imun Orang Sehat dan Penderita Kusta di Daerah Endemis

Ilustrasi oleh paidiatreio.gr

Lepra atau kusta adalah penyakit infeksi kronis yang masih cukup sering terjadi terutama di negara berkembang. Tahun 2020, World Health Organization (WHO) melaporkan 177.175 kasus kusta di seluruh dunia. Prevalensinya 22,7 tiap satu juta penduduk. Kasus kusta terbanyak disumbang oleh India kemudian diikuti dengan Brazil dan Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri tahan asam yang dinamakan Mycobacterium leprae. Bakteri ini berkembang dengan perlahan sehingga masa inkubasi penyakit ini bisa bertahun-tahun. Kusta bisa menyerang beberapa organ, terutama saraf dan kulit. Selain itu penyakit kusta juga dikaitkan dengan beberapa morbiditas dan stigma yang berkembang di masyarakat.

Tahun 2020, di Indonesia terdapat 17.439 kasus. Sebanyak 6.698 (38,41%) merupakan wanita dan 2.009 (11,52%) merupakan kasus pada anak-anak. Provinsi yang memiliki kasus kusta tertinggi pada Pulau Jawa dan Sumatera adalah Provinsi Jawa Timur. Terdapat sembilan daerah yang endemis kusta di Jawa Timur, salah satunya yaitu Kabupaten Tuban.

Adanya kasus baru, terutama pada anak-anak, menunjukkan penularan penyakit kusta yang masih terus berkembang di masyarakat. Salah satu faktor dalam transmisi penyakit ini yaitu faktor imunologi. Adanya ‘gangguan’ sistem imun yang terjadi pada orang yang tinggal di daerah endemis kusta menyebabkan seseorang lebih rentan untuk sakit kusta. Selain itu, kasus lepra yang terjadi pada wanita juga memiliki dampak dalam transmisi penyakit kusta pada anak-anak. Peran wanita yang penting dalam rumah tangga, seperti melakukan pekerjaan rumah dan merawat anak-anak dan anggota keluarga lain dapat meningkatkan risiko wanita untuk menularkan kusta. Ditambah dengan wanita juga sering terlambat untuk mengakses pelayanan kesehatan di negara berkembang. Serta sistem imun anak-anak yang masih belum matang juga menambah risiko transmisi kusta pada anak-anak.

Sistem imun sangat berperan penting dalam penyakit kusta. Empat jenis sel T yang sudah diidentifikasi berperan melawan infeksi kusta yaitu sel Th1, Th2, Treg, dan Th17. Th1 dan Th2 dihubungkan dengan kemampuan tubuh untuk mengeliminasi bakteri kusta sehingga perbedaan manifestasi klinis setiap orang disebabkan karena adanya ketidakseimbangan dan kekurangan dari respon sel Th1 dan Th2. Sel Treg berperan untuk meyeimbangkan respon imun oleh Th1 dan Th2. Treg akan mengeluarkan faktor transkripsi FOXP3+ yang akan menurukan respon imun sehingga bila FOXP3+ terekspresi terlalu banyak menyebabkan kondisi klinis kusta yang lebih parah. Sedangkan Th17 merupakan salah satu sel proinflamasi sehingga memiliki faktor protektif untuk melawan infeksi kusta. Peningkatan ekspresi Th17 akan memberikan kondisi klinis yang lebih ringan.

Pentingnya profil sistem imun pada pasien kusta mendorong peneliti untuk meneliti hubungan antara sitokin ibu dan anak di daerah endemis lepra. Penelitian potong lintang diadakan di Kabupaten Tuban pada Maret 2020. Penelitian ini mengamil 66 (33 ibu dan 33 anak) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek anak-anak yang dipilih berusia 5-18 tahun karena berdasarkan studi pustaka dilaporkan masa inkubasi kusta 5 tahun bahkan hingga 20 tahun. Peneliti akan mengambil sampel darah subjek kemudian mengukur kadar IFN-γ untuk Th1, IL-4 untuk Th2, IL-17 untuk Th17, dan FOXP3+ untuk Treg menggunakan enzyme-linked immuno sorbent assay (ELISA).

Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan signifikan kadar IL-17 pada anak kusta dibandingkan dengan anak sehat yang keduanya tinggal di daerah endemis kusta (p = 0,031). Anak sehat memiliki kadar IL-17 yang lebih tinggi. Hal ini sesuai karena Th17 memiliki faktor protektif terhadap infeksi kusta. Th17 dapat memperbaiki fungsi barrier mukosa selama infeksi dan memproduksi peptida antimikroba serta kemokin untuk meningkatkan kerja neutrofil.

Perbedaan signifikan juga terdapat pada kadar FOXP3+ pada ibu yang sakit kusta dengan ibu sehat di daerah endemis (p = 0,043). Kelompok ibu yang menderita lepra memiliki FOXP3+ yang lebih rendah dibandingkan ibu sehat. Hubungan antara IL-17 dan Treg merupakan hubungan resiprokal/berkebalikan. IL-17 yang tinggi dan FOXP3+ yang rendah ada pada kelompok ibu yang menderita kusta. IL-17 akan merangsang sitokin proinflamasi untuk mengeliminasi bakteri M. leprae. Sedangkan pada ibu sehat, FOXP3+ lebih tinggi sehingga mengindikasikan adanya disregulasi sistem imun dan lebih rentan untuk terkena infeksi bakteri penyebab kusta karena adanya supresi sistem imun oleh sel Treg.

Sistem imun bayi, terutama pada 2 bulan pertama, dipengaruhi oleh sistem imun ibu. Sel Treg yang tidak sempurna pada ibu penderita kusta akan meningkatkan ekspresi IL-17 yang memilik faktor protektif pada kusta. Sedangkan pada kelompok ibu sehat, tingginya FOXP3+ dapatnya menyebabkan rendahnya IL-17 pada anaknya sehingga lebih rentan terhadap infeksi M. leprae. Oleh sebab itu dengan mengetahui profil imun ini dapat disimpulkan perlu adanya perbedaan intervensi pada kelompok ibu sehat serta dapat digunakan untuk menentukan intervensi pada populasi ibu dan anak.

Penulis : Dr.M.Yulianto Listiawan,dr.,Sp.KK(K)

Informasi lengkap dari artikel ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

https://medical.advancedresearchpublications.com/index.php/Journal-CommunicableDiseases/article/view/740

Immune Profile (Th1, Th2, Th17, T-reg) of Maternal-Paediatrics Population in Leprosy Endemic Areas in East Java, Indonesia: A Cross-Sectional Study

Flora Prakoeswa, Anisha Calista Prakoeswa, Camilla Amanda Prakoeswa, Muhammad Yulianto Listiawan, Anang Endaryanto, Cita Rosita Sigit Prakoeswa