UNAIR NEWS – Memperingati Dies natalis Perpustakaan Ke-67 Universitas Airlangga (UNAIR) dan Hari Buku Nasional, Perpustakaan UNAIR menyelenggarakan bedah buku “Aktivitas Menulis dan Profesi Pustakawan: Problematika dan Pengembangan Melalui Etika Islam” via Zoom Meeting dan Youtube. Penulis buku Aktivitas Menulis dan Profesi Pustakawan Dr Wiji Suwarno S PdI S IPI M Hum membeberkan alasannya menulis buku tersebut.
“Buku ini adalah bentuk kegelisahan dari saya, seorang pemerhati pustakawan. Karena, saat ini pustakawan dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menulis.Sebab, ada undang-undang penilaian dari akademisi adalah dibuktikan dengan tulisan,” ujarnya pada Rabu (15/6/2022).
Sementara itu, tuntutan tersebut muncul akibat perkembangan pelayanan pustakawan yang dibuktikan dengan jenis kompetensi non-teknis di bidang kepustakawanan. Selain itu, maraknya media sebagai penyaluran aspirasi publikasi terbuka lebar. Di sisi lain, produktivitas jurnal sering kekurangan naskah untuk tertib terbit.
“Akibatnya kuantitas karya ilmiah yang dihasilkan pustakawan masih minor (sedikit, Red),” Imbuhnya.
Persoalan Pustakawan
Wiji juga membuktikan asumsi tersebut dalam penelitiannya. Yakni, dengan melakukan riset terhadap pustakawan yang memiliki publikasi karya dengan pustakawan yang belum memiliki publikasi ilmiah. Dari data tersebut, ia menemukan hanya 18 pustakawan yang sudah menulis dan sudah melakukan publikasi. Itu dari lebih dari 100 pustakawan yang menjadi respondennya.
Sejalan dengan hal tersebut, dikutip dari konsorsium Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi tahun 2021, terdapat 49 jurnal bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi ber e-ISSn atau berbasis OJS. Sedangkan, terdapat data dari IPI dan lembaga lain menyebutkan bahwa jurnal dari asosiasi domina tidak tertib terbit.
Ada beberapa penyebab jurnal llmu perpustakaan tidak tertib. Salah satunya berasal dari kurangnya naskah yang masuk. Lalu, produktivitas pustakawan belum optimal. “Nah yang ketiga adalah pengelolaan jurnal ini masih dianggap sebagai pekerjaan sampingan. Terus kompetensi pengelola belum optimal dan penulis yang tidak paham OJS,” imbuhnya.
Menulis dan Etika Islam
Berbicara mengenai menulis, Wiji mengungkapkan bahwa kebiasaan dalam menulis tidak lepas dari kebiasaan membaca. Dalam proses tersebut, lanjutnya, akan ada tahap berpikir untuk melakukan sebuah proses yang nanti memunculkan kegiatan menulis.
Ia lalu mengungkapkan lima konsep dalam meningkatkan kemampuan menulis. Yang pertama adalah mengetahui masalah yang ditemui, mengetahui hal apa yang akan dicari, mencari tahu metodenya, menjawab permasalahan yang muncul dari rumusan masalah dan yang terakhir adalah menemukan konklusi.
Selain itu, dalam bukunya, Wiji menerangkan tentang bagaimana etika Islam digunakan sebagai cara pustakawan menulis. Menurutnya, terdapat empat implementasi dalam menjadikan tulisan pustakawan berkarakter, yakni tabligh, sidiq, amanah, dan fathonah.
“Tentu dengan mengimplementasikan 4 etika keislaman tersebut, kita (pustakawan) dapat menciptakan penulis yang berkarakter. Sebab, kebiasaan menulis perlu dijadikan budaya untuk mengembangkan kompetensi dan pengembangan karir pustakawan,” ujarnya.
Penulis: Affan Fauzan
Editor: Feri Fenoria