Universitas Airlangga Official Website

Kesenjangan Geografis dan Sosial Ekonomi Sebagai Penyebab Keterlambatan Vaksinasi COVID-19

Jumlah terkonfirmasi kasus COVID-19 telah mencapai lebih dari 507 juta kasus dengan jumlah kematian lebih dari 6,2 juta secara global pada 25 April 2022. Untuk mencegah peningkatan jumlah kasus terkonfirmasi dan jumlah kematian akibat pandemi COVID-19, banyak negara menerapkan upaya untuk membatasi pergerakan masyarakat, salah satunya adalah lockdown. Upaya tersebut secara langsung berdampak pada bidang ekonomi dan mobilitas masyarakat baik perjalanan domestik maupun internasional.

Fasilitas pelayanan kesehatan juga mendapatkan tekanan cukup besar dimana banyak rumah sakit yang kelebihan kapasitas pasien COVID-19. Sistem kesehatan masyarakat juga melakukan gerakan besar-besaran untuk melakukan tracing kontak pasien COVID-19 dan berbagai tindakan pencegahan lainnya. Berbagai negara di dunia juga telah melakukan upaya besar-besaran untuk segera menemukan vaksin COVID-19 yang efektif melindungi individu dari kematian dan dampak yang parah akibat infeksi COVID-19.

Inggris menjadi salah satu negara yang mulai mengkampanyekan penggunaan vaksin Pfizer dan AstraZaneca untuk melindungi masyarakatnya. Tindakan tersebut segera diikuti oleh negara-negara lain untuk segera memvaksinasi penduduk mereka secara lengkap dengan menggunakan vaksin Pfizer dan AstraZaneca dosis satu dan dosis dua. Upaya vaksinasi dimulai dari kelompok populasi dengan risiko infeksi tertinggi seperti para pekerja, dan risiko kematian tertinggi seperti lansia dan penduduk dengan sistem imun yang lemah.

Namun adanya kesenjangan vaksinasi baik secara geografis maupun sosial ekonomi yang terjadi di beberapa negara di dunia dapat mengurangi efektivitas vaksin secara global. Sebagai contoh kesenjangan geografis adalah, masyarakat penerima vaksin minimal dosis 1 di Negara yang berkecukupan seperti Eropa berjumlah setidaknya 3,2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan Negara yang masih berkekurangan seperti Afrika. Kesenjangan secara sosial ekonomi terlihat pada proporsi orang yang telah divaksinasi lengkap di negara berpenghasilan tinggi adalah 5,2 kali lebih tinggi dibanding negara berpenghasilan rendah. Ketimpangan sosial ekonomi dan geografis tersebut tidak hanya terjadi antar negara, namun juga di dalam sebuah negara itu sendiri.

Studi terkait ketimpangan geografis dan sosial ekonomi pada keterlambatan vaksinasi COVID-19 di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat keterlambatan vaksinasi COVID-19 yang cukup besar dalam mendapatkan dosis pertama di antara masyarakat. Rata-rata masyarakat tertunda mendapatkan vaksinasi dosis pertama selama 160 hari atau 5,4 bulan sejak peluncuran vaksinasi COVID-19 secara nasional pada 13 Januari 2021. Adapun periode penerimaan vaksinasi dosis kedua di masyarakat adalah 41,4 hari sejak mendapat dosis pertama.

Penelitian tersebut juga memperlihatkan adanya ketimpangan atau ketidaksetaraan sosial ekonomi dan geografis yang signifikan dalam hal keterlambatan masyarakat untuk mendapatkan vaksin dosis pertama. Ketimpangan sosial ekonomi tersebut antara lain adalah dalam hal pendidikan, pendapatan, pekerjaan formal, pekerjaan di fasilitas kesehatan, dan petugas kesehatan. Adapun ketimpangan geografis adalah terkait keterlambatan penerimaan vaksin dosis pertama di luar dan di dalam pulau Jawa.

Masyarakat yang tinggal di pulau Jawa mendapatkan vaksin lebih cepat dibanding masyarakat  yang tinggal di luar pulau Jawa. Berdasarkan tingkat pendidikan, kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan tertinggi (pascasarjana) mendapatkan dosis pertama lebih cepat dibanding masyarakat dengan pendidikan terakhir sekolah menengah atas (SMA). Begitu pula dengan kelompok masyarakat berpenghasilan tertinggi (lebih dari sepuluh juta dalam sebulan) mendapatkan dosis pertama lebih awal dibanding yang memiliki pendapatan terendah (kurang dari dua juta per bulan). Berdasarkan jenis pekerjaan, masyarakat yang bekerja di fasilitas kesehatan dan atau petugas kesehatan mendapatkan dosis pertama lebih cepat dibanding yang bekerja di luar sektor kesehatan. Hal tersebut berkaitan dengan kebijakan nasional yang memprioritaskan pekerja di fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan agar dapat segera mendapatkan vaksin karena merupakan kelompok dengan risiko pajanan tertinggi.

Adapun periode penerimaan vaksin kedua berdasarkan kondisi sosial ekonomi dan geografis tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Tidak ditemukan ketimpangan antara masyarakat dengan sosial ekonomi rendah dan masyarakat dengan sosial ekonomi tinggi. Tidak ditemukan ketimpangan diantara masyarakat yang tinggal di pulau Jawa atau di luar pulau Jawa. Waktu tunggu dosis kedua relatif sama untuk semua orang begitu data mereka masuk di sistem.

Faktor Penyebab Ketimpangan dan Keterlambatan Penerimaan Vaksinasi Dosis Pertama

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan adanya keterlambatan penerimaan vaksinasi dosis pertama pada kelompok sosial ekonomi dan geografis yang berbeda. Faktor tersebut antara lain adalah tidak tersedianya vaksin; kurangnya informasi; keraguan masyarakat untuk melakukan vaksinasi.

Pada Agustus 2021 pemerintah Indonesia melaporkan bahwa ketersediaan vaksin paling sedikit berada di wilayah di luar pulau Jawa/Bali yaitu meliputi Sumatera, Kalimantan, Maluku, dan Papua. Adapun faktor kurangnya informasi dan keraguan terhadap vaksin dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, dan jenis pekerjaan.

Pemerintah Indonesia (dan juga pemerintah dari negara berkembang yang lain) telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 khususnya diantara kelompok masyarakat yang rentan seperti orang tua; masyarakat dengan kondisi medis yang memungkinkan mereka berisiko tinggi untuk mengalami COVID-19 yang parah; dan para pekerja. Pemerintah juga berusaha untuk memastikan bahwa distribusi yang merata disemua kelompok masyarakat baik yang kondisi sosial ekonomi tinggi maupun rendah.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan cakupan vaksinasi didukung oleh lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan berbagai kelompok masyarakat lainnya. Bentuk dukungan berupa kampanye kesehatan; program promosi kesehatan; pemanfaatan sosial media; serta penjangkauan kepada masyarakat melalui pesan-pesan dari tokoh agama yang memiliki pengaruh cukup tinggi diantara kelompok-kelompok masyarakat.

Penulis : Hario Megatsari, S.KM., M.Kes

Sumber :

https://www.mdpi.com/2076-393X/10/11/1857#cite

Megatsari H, Kusuma D, Ernawaty E, Putri NK. Geographic and Socioeconomic Inequalities in Delays in COVID-19 Vaccinations: A Cross-Sectional Study in Indonesia. Vaccines. 2022; 10(11):1857. https://doi.org/10.3390/vaccines10111857