Universitas Airlangga Official Website

Trend, Permasalahan dan Kebijakan Penduduk Lanjut Usia Di Jawa Timur

Foto by JurnalJabar ID

Dalam beberapa dasawarsa terakhir, Ilmu Kedokteran modern telah berhasil mencapai kemajuan yang luar biasa dalam mengatasi berbagai wabah penyakit yang sifatnya masal dan mematikan, seperti ; wabah pes, cacar, kolera, flu burung, HIV Aids , cikungunya dan yang terakhir rubella (Gunawan, 2007 : 1 dalam file://F:/lansia%20internet/Panjang% 20 Umurnya ; diakses pada tanggal 16 September 2007). Sudah semakin banyak gangguan penyakit yang berhasil ditemukan pencegahannya melalui kemajuan ilmu dan teknologi Kedokteran modern serta hasil-hasil riset farmakologi yang intensif.

Pada tahun 1971 (Sensus Penduduk), komposisi penduduk Indonesia yang masuk kategori lanjut usia masih sekitar 4,5% atau sebesar 5,3 juta orang dari total penduduk Indonesia saat itu, sedangkan penduduk kategori usia di bawah lima tahun (balita) tercatat sebesar 16,1%. Tetapi pada tahun 2000 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia sudah mencapai tiga kali lipat yaitu sebesar 14,4 juta orang. Itu pula sebabnya kebijakan Pemerintah mengenai penduduk lanjut usia di Indonesia selama dua decade yang lalu (1971 – 1991) belum dimasukkan sebagai prioritas utama dalam pembangunan sumber daya manusia (Arifianto,A., 2008 : 88 dalam Lee Hock Guan (ed) 2008) Sumber lain menyebutkan, bahwa komposisi penduduk Indonesia tahun 2005 terus berubah yang menyebabkan persentase penduduk lanjut usia mencapai 7,0% sementara penduduk balitanya turun menjadi 8,2% (Wirawan, 2009 : 3) Menurut prediksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bahwa pada tahun 2020, penduduk lanjut usia di Indonesia akan mencapai 11,34% atau sekitar 28,8 juta jiwa, sementara jumlah penduduk kategori bawah lima tahun (balita) tinggal 6,9% saja.

Kembali pada kondisi yang ada di Indonesia dan Surabaya khususnya, kenyataan menunjukkan, bahwa jumlah kelompok penduduk lanjut usia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sebagaimana disinggung di muka. Beberapa sumber lain juga melakukan prediksi tentang trend penduduk lanjut usia ini. Menurut prediksi United Nation, 2012 ; peningkatan jumlah penduduk  lanjut usia di Indonesia pada tahun 2050, diperkirakan akan mencapai 21,4% dan pada tahun 2100 angka ini naik hampir dua kali lipat menjadi 41,0%. Kondisi ini akan menyebabkan Indonesia  memiliki proporsi penduduk lanjut usia terbesar di dunia yang angkanya masih berada pada kisaran 35,1% (lihat : Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia., 2016 ; untuk selanjutnya disingkat menjadi Kemenkes R.I)

Melalui pendekatan studi kasus, dan dengan mempertimbangkan proporsi penduduk lansia di Jawa Timur, maka studi ini telah memilih Surabaya sebagai lokasi studi, dengan jumlah lansia terbesar. Metode penelitian kualitatif dipilih untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan focus studi ini, dan untuk itu telah ditentukan 9 orang informan berdasakan tiga strata lansia, yaitu ; 3 orang lansia dari strata atas (pensiunan Pejabat BKKBN), 3 orang lansia pensiunan non pejabat ( strata menengah ), dan 3 orang lansia tanpa pension (strata bawah). Disamping itu, metode content analysis juga digunakan untuk melengkapi dan mempertajam temuan studi ini, yang dipilih dari berbagai hasil penelitian dan sumber-sumber pustaka kelanjut usiaan yang relevan.

Hasil studi ini telah didukung pula oleh beberapa studi lainnya, bahwa kondisi semakin bertambahnya kelompok penduduk lanjut usia ini, menggambarkan sebuah dilemma, dimana meningkatnya usia harapan hidup (life expactency at birth) dapat dimaknai sebagai sebuah keberhasilan pembangunan, akan tetapi tidak serta merta berarti derajat kesehatan penduduk usia lanjut meningkat, karena secara alamiah masalah kesehatan akan bertambah banyak (secara kuantitas maupun kualitas) sebagai akibat bertambah panjangnya usia kelompok penduduk ini. Hasil penelitian McKenzie, et al, 2006 ; dan Nilson, et al, 2015, juga menunjukkan temuan serupa. Walaupun jumlah penduduk lanjut usia diseluruh dunia mengalami peningkatan relative cepat, akan tetapi sudah banyak bukti  yang menunjukkan , bahwa  bertambahnya usia harapan hidup penduduk tersebut, tidak dengan sendirinya diikuti oleh peningkatan drajat kesehatan yang semakin baik. Temuan ini didukung oleh hasil kajian Beart, et al, 2015. Dalam kondisi usia bertambah panjang, yang terjadi kemudian adalah menurunnya kemampuan tubuh untuk memperbaiki dan mempertahankan struktur jaringan dan sel-sel yang rusak dalam organ tubuh, sehingga secara perlahan-lahan tidak dapat berfungsi dengan sempurna (lihat: Constantinides, 1994 dalam Darmojo, 2014)  Dalam banyak hal kenyataan ini berbeda dengan bayi dan anak-anak yang terus bertumbuh menjadi individu dewasa dan mandiri, sementara pada kelompok lanjut usia justru terjadi sebaliknya, bahwa secara faali kelompok lanjut  usia cenderung tergantung kepada berbagai bentuk bantun pihak lain (baca juga : Trihandini, 2007)

Penulis: Prof. Dr. Ida Bagus Wirawan, Drs., SU

Jurnal: https://techniumscience.com/index.php/socialsciences/article/view/7726