Universitas Airlangga Official Website

Mengenal Lupus, Penyakit Seribu Wajah yang Rentan Dialami Perempuan

Moderator Wulanda Izmi Riadinata (kiri) bersama dr Cahyo Wibisono Nugroho SpPD K-R FINASIM (kanan) dalam siaran program Dokter Edukasi (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Beberapa waktu lalu, penyakit lupus menjadi perbincangan hangat di media internasional maupun nasional. Penyakit lupus juga kerap dijuluki sebagai penyakit seribu wajah. Lantas, mengapa demikian? Perlu lebih dalam untuk mengenal lupus, penyakit seribu wajah?

Menurut dr Cahyo Wibisono Nugroho SpPD K-R FINASIM, dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) menjelaskan penyakit lupus atau lupus eritematosus sistemik merupakan salah satu penyakit autoimun. Lanjutnya, lupus bisa menyerang seluruh bagian tubuh manusia, bahkan organ vital sehingga berpotensi mengancam nyawa.

“Lupus termasuk salah satu penyakit autoimun saat sel-sel imun atau antibodi menyerang sel-sel normal pada tubuh akibat terjadi suatu kesalahan dalam pengenalan antigen tubuh,” terang dr Cahyo pada program Dokter Edukasi memperingati Hari Lupus Sedunia, Jumat (12/5/2023).

Penyebab

Istilah penyakit seribu wajah kata dr Cahyo karena sulitnya deteksi penyakit lupus yang kerap menyerupai penyakit lain. Ia menyebut penyebab penyakit lupus hingga saat ini belum diketahui. Namun, faktor genetik dan pengaruh lingkungan seperti makanan, aktivitas, dan radiasi bisa menjadi pemicu penyakit lupus.

Ia mengungkap penyakit lupus bukan merupakan penyakit keturunan dan tidak bersifat menular. “Memang patogenik memegang peranan penting, tetapi bukan terjadi begitu saja dari ibu ke anaknya jadi ada genetika tertentu yang mempengaruhi,” ujar dr Cahyo.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi itu menuturkan penyakit lupus dapat muncul pada usia 20 sampai 30 tahun. Penyakit tersebut juga rentan dialami oleh perempuan berkaitan dengan faktor hormonal yang lebih kompleks.

Gejala

Beberapa gejala penyakit lupus menurut dr Cahyo muncul dengan malares atau kemerahan di pipi yang bentuknya mirip kupu-kupu, rambut rontok berlebihan, dan sariawan di langit-langit mulut yang tidak menimbulkan nyeri. Gejala lain, sambungnya, yaitu nyeri sendi, bengkak pada wajah atau kaki, serta kulit memerah bila terkena sinar matahari.

Lanjut dr Cahyo, secara umum pemeriksaan lupus menggunakan tes skrining metode anti nuclear antibody (ANA) baik ANA-IF (indirect immunofluorescence) maupun ANA-ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). Akan tetapi, penegakan diagnosis masih memerlukan tes laboratorium.

Pengobatan dan Pencegahan

Kendati lupus tergolong penyakit kronis, namun dr Cahyo meyakinkan penderita lupus dapat menjalani kehidupan normal, termasuk kehamilan bagi perempuan. Sementara untuk pengobatan tergantung dari kondisi penderita lupus yang sudah menyerang organ vital perlu mendapatkan penanganan khusus.

Di sisi lain, ia membagikan tips agar terhindar dari penyakit lupus dengan menjaga pola hidup sehat, olahraga teratur, serta menghindari stres, polusi, dan radiasi. “Sinar ultraviolet pada matahari kalau mengenai molekul di dalam kulit bisa mengakibatkan radang atau inflamasi yang jadi faktor penyebab lupus,” imbuh dr Cahyo.

Pada akhir, ia juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap penderita lupus. Terakhir, pengobatan lupus kini telah ditanggung oleh pemerintah sehingga bagi penderita dapat melakukan pemeriksaan dini guna mencegah terjadinya komplikasi.

Penulis: Sela Septi Dwi Arista

Editor: Nuri Hermawan