Universitas Airlangga Official Website

Tips Penanganan Pertama pada Korban Kekerasan Seksual

Potret Role Play saat Workshop Penanganan Pertama Korban Psikologi UNAIR (Foto: Istimewa)
Potret Role Play saat Workshop Penanganan Pertama Korban Psikologi UNAIR (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi mahasiswa. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga menggelar workshop pendampingan korban kekerasan seksual bersama Politeknik Negeri Ketapang dan Politeknik Negeri. Kegiatan itu berlangsung di Ruang Sidang II, Fakultas Psikologi, Kampus Dharmahusada Universitas Airlangga pada (24/06/2023). 

“Perlu adanya peningkatan kesadaran atas kekerasan seksual dan berkolaborasi dengan kedua kampus ini harapannya dapat memberikan edukasi dan pengetahuan mengenai penanganan pertama pada kasus kekerasan seksual di lingkup kampus,” ujar dr. Ike Herdiana.

Dampak Korban Kekerasan Seksual 

Dr Ike Herdiana mengatakan, seseorang yang mengalami kekerasan seksual mengalami perubahan psikologis. Mereka cenderung mengalami kecemasan dan menurunnya konsep diri hingga berakhir dengan depresi yang berkepanjangan. 

“Perubahan psikologis pada korban karena mereka merasa takut pada stigma-stigma negatif masyarakat. Umumnya, masyarakat menyalahkan korban daripada pelaku. Hal ini memicu korban untuk self-blaming dan dapat menimbulkan stress,” tambah dosen Psikologi UNAIR itu.

Perlu adanya pendampingan bagi para korban kekerasan seksual untuk dapat speak up dan memiliki ruang nyaman dan aman untuk bangkit pada trauma yang telah terjadi. Dengan demikian perlu adanya penanganan pertama pada korban. 

Tips Menangani Korban Kekerasan Seksual

Dalam menangani korban kekerasan seksual, penanganannya tidak harus profesional namun dengan pengetahuan dan wawasan yang kita miliki. Namun, itu tidaklah mudah tidaklah mudah.

Pertama yang harus dilakukan yaitu mengamati. Melalui pengamatan, kita dapat mengetahui apa yang telah terjadi dan perasaan yang dirasakan oleh korban. Dengan mengamati, kita dapat mengetahui tindakan apa yang harus kita lakukan dalam menangani korban. 

“Selain itu, kita harus pay attention pada korban agar ia merasa memiliki seseorang sebagai pendengar yang baik. Lalu kita dapat mengetahui kebutuhan dari sang korban apakah membutuhkan penghubung pada profesional atau tidak,” tambahnya.

Tidak Hanya Edukasi, Namun juga Aksi

Dalam workshop kali ini, tak hanya memberikan edukasi namun juga aksi. Aksi yang diberikan selama workshop yakni role play. Dalam role play memberikan gambaran nyata bagaimana menangani korban kekerasan seksual dengan baik dan benar. 

Tenaga professional juga ikut andil dalam role play tersebut, agar edukasi yang telah disampaikan dapat menjadi bekal dalam mengatasi kekerasan seksual untuk Satgas PPKS maupun masyarakat awam. 

“Dengan ini, penuh harapan kami dapat menciptakan ruang nyaman dan aman bagi kampus dan para Satgas PPKS dapat menjadi garda utama dalam memberantas kekerasan seksual di kampus,” pungkasnya. 

Penulis: Satrio Dwi Naryo

Editor: Khefti Al Mawalia