Hospital malnutrition merupakan kondisi malnutrisi yang terjadi ketika pasien menerima pengobatan medis di rumah sakit. Hal ini umum ditemukan pada pasien kanker, sehingga berdampak pada lamanya rawat inap dan meningkatkan biaya perawatan. Karenanya kejadian hospital malnutrition perlu dicegah agar penanganan medis pada pasien menjadi efektif. Pasien anak yang menjalani pembedahan gastrointestinal sangat rawan mengalami malnutrisi, karena restriksi diet, stres selama pembedahan dan puasa yang lama, dan juga peningkatan metabolisme. Dampak terjadinya hospital malnutrition pada pasien dengan pembedahan gastrointestinal antara lain: peningkatan komplikasi, infeksi lokal maupun sistemik, dan memperpanjang durasi rawat inap. Dalam mencegah terjadinya hospital malnutrisi, diperlukan identifikasi resiko malnutrisi pada pasien-pasien tersebut menggunakan STRONGKids sebagai assessment tools, atau kepanjangan dari Screening Tool for Risk on Nutritional Status and Growth. Selain STRONGKids, total lymphocyte count (TLC) dan serum albumin juga harus dipertimbangkan untuk digunakan dalam deteksi dini hospital malnutrition.
Pada sebuah penelitian di RSUD Dr. Soetomo yang melibatkan pasien anak yang sedang menjalani tindakan pembedahan gastrointestinal, diketahui bahwa anak yang mengalami hospital malnutrition, yaitu deteksi pada penurunan berat badan, memiliki nilai STRONGKids yang lebih tinggi daripada anak yang tidak mengalami hospital malnutrition. Sekain itu ditemukan bahwa skor STRONGKids negatif dengan berat badan saat pasien dipulangkan, kadar albumin dan TLC saat pasien menjalani perawatan. Kondisi hospital malnutrition menyebabkan peningkatan resiko penurunan TLC sebesar 5.549-kali dan rentan mengalami hipoadiponektinemia sebesar 2.951-kali pada saat pasien dipulangkan. Skor STRONGKids yang tinggi juga meningkatkan resiko hypoalbuminemia pada saat pasien dipulangkan sebesar 6.5-kali. Penelitian ini menunjukkan pentingnya dukungan nutrisi perioperatif selama pasien menjalani perawatan di rumah sakit, untuk mencegah terjadinya hospital malnutrition. Karena hospital malnutrition tidak hanya meningkatkan waktu perawatan, namun juga meningkatkan resiko kematian. Di penelitian ini digunakan STRONGKids sebagai screening tools karena merupakan kuisioner yang valid, yang bisa digunakan oleh siapa saja, dan dibuktikan bahwa pasien dengan nilai STRONGKids tinggi, memiliki kecenderungan memiliki penurunan nilai weight-for-height, dan dapat menjadi detektor malnutrisi daripada pengukuran anthropometri yang biasa digunakan (wight-for age z-score, length-for-age z-score dan weight-for-length z-score). STRONGKids juga menunjukkan spesifisitas paling tinggi (100%) dibandingkan assessment tools lain seperti Screening Tool for the Assessment of Malnutrition in Paediatrics (STAMP), Pediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYM), dan Finnish national growth charts. Namun STRONGKids belum pernah digunakan dalam mendeteksi TLC yang rendah ataupun kadar albumin pada pasien dengan pembedahan.
Penulis: Roedi Irawan
Jurnal: https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/40015/24280