Universitas Airlangga Official Website

Faktor Resiko Terjadinya Kista Endometriosis

IL by Halodoc

Endometrium merupakan mukosa/ selaput lendir yang melapisi rongga rahim (uterus). Endometrium mengalami perubahan sesuai dengan siklus menstruasi. Pada saat menstruasi, endometrium akan terlepas disertai perdarahan yang merupakan tanda terjadinya menstruasi. Setelah menstruasi selesai, mukosa endometrium akan kembali mengalami proliferasi (bertambah tebal) yang diikuti oleh fase sekresi pada saat terjadinya ovulasi. Adanya mukosa endometrium di luar rongga uterus disebut sebagai endometriosis. Mukosa endometrium di luar rongga uterus juga dapat mengikuti perjalanan siklus menstruasi.

Endometriosis sering terjadi pada ovarium (indung telur) yang ditandai oleh adanya mukosa endomertrium pada jaringan ovarium. Endometriosis pada ovarium juga dapat mengikuti siklus menstruasi dan terjadi perdarahan. Akan tetapi karena tidak berada pada rongga uterus, maka darah tidak dapat keluar melalui vagina seperti menstruasi biasa, sebaliknya darah akan menumpuk pada ovarium sehingga membentuk kista (rongga) yang berisi darah. Kista ini dikenal dengan nama kista endometriosis. Penderita kista endometriosis dapat tidak merasakan gejala apapun, akan tetapi ketika kita menjadi besar dapat terjadi gejala seperti nyeri saat menstruasi, perdarahan menstruasi yang berlebihan, serta nyeri pada daerah panggul. Masalah serius lain yang disebabkan oleh kista endometriosis adalah terjadinya infertilitas (sulit hamil) akibat dari adanya kista endometriosis. Jumlah anak, usia pada saat melahirkan anak pertama serta panjang siklus menstruasi terbukti memiliki korelasi dengan angka kejadian kista endometriosis.   

Penyebab terjadinya kista endometriosis belum diketahui secara pasti, akan tetapi hormon seksual dipastikan memiliki peran dalam terjadinya kista endometriosis. Nabilah Mukti, Willy Sandhika dan Gadis Meinar Sari telah melakukan penelitian tentang faktor – faktor klinis yang berhubungan dengan terjadinya kista endometriosis. Penelitian ini membandingkan faktor klinis pada kelompok wanita dengan kista endometriosis dibandingkan dengan kelompok wanita tanpa kista endometriosis. Pada wanita dengan kista endometriosis 55,7% tidak memiliki anak dan hanya 2,1% wanita tanpa kista endometriosis yang tidak memiliki anak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak memiliki anak dapat meningkatkan angka kejadian kista endometriosis. Pada saat wanita mengalami kehamilan akan terbentuk korpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron yang menyebabkan mukosa endometrium tidak terlepas sehingga pada saat kehamilan tidak terjadi menstruasi. Dengan berhentinya menstruasi maka jaringan endometrium yang berada di luar endometrium (yang disebut endometriosis) juga tidak akan mengalami perdarahan dan tidak akan berkembang bahkan bisa mengecil. Hal inilah yang membuat terjadinya kehamilan dapat mengurangi kejadian kista endometriosis.

Usia pada saat melahirkan anak pertama juga terbukti memiliki peran terhadap angka kejadian kista endometriosis. Pada wanita dengan kista endometriosis terdapat 23,7% yang melahirkan anak pertama pada usia di atas 30 tahun sedangkan pada wanita tanpa kista endometriosis 83,5% melahirkan anak pertama pada usia kurang dari 30 tahun. Usia saat kehamilan pertama akan berpengaruh pada berapa lama jaringan endometriosis terpapar oleh hormon seksual. Seperti dijelaskan di atas, pada saat terjadinya kehamilan siklus menstruasi akan terhenti. Oleh karena itu, kehamilan pertama pada usia yang lebih tua akan menyebabkan jaringan endometriosis lebih banyak terpapar oleh siklus menstruasi yang berulang dibandingkan dengan wanita yang mengalami kehamilan pertama pada usia yang lebih muda. Contohnya: jika seseorang mulai mendapatkan menstruasi pertama pada usia 13 tahun dan mengalami kehamilan pertama pada usia 23 tahun maka wanita tersebut akan mengalami siklus menstruasi selama 10 tahun yang kemudian akan berhenti sementara pada saat kehamilan. Sebaliknua jika wanita tersebut mengalami kehamilan pertama saat usia 33 tahun maka siklus menstruasi akan berlangsung selama 20 tahun sebelum berhenti sementara saat kehamilan. Paparan siklus menstruasi yang lebih lama akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kista endometriosis.     

Selain itu, panjang siklus menstruasi juga memiliki hubungan dengan terjadinya kista endometriosis. Sebanyak 64,9% wanita dengan kista endometriosis memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur atau lebih pendek sedangkan pada wanita tanpa kista endometriosis 72,2% memiliki siklus menstruasi yang teratur. Siklus menstruasi yang teratur menunjukkan pola siklus hormon seksual yang teratur yang akan mengurangi terjadinya kista endometriosis. Sebaliknya pada siklus yang tidak teratur atau lebih pendek, akan meningkatkan kemungkinan adanya mukosa endometrium yang berada di luar rongga uterus.

Dengan memahami keterkaitan faktor klinis dengan terjadfinya kista endometriosis, seorang wanita dapat lebih waspada terhadap adanya kista endometriosis sehingga adanya komplikasi dari kista endometriosis seperti infertilitas dan nyeri saat menstruasi dapat diatasi secara dini.            

Penulis: Willy Sandhika

Artikel ilmiah populer ini diambil dari artikel jurnal dengan judul: Correlation between Clinical Parameters with Ovarian Endometriosis Cyst dengan penulis Nabilah Mukti Rifahmi, Willy Sandhika, Gadis Meinar Sari dan Shaun Ashley Chin yang telah diterbitkan pada Biomolecular and Health Science Journal, volume 6, issue 1, bulan Juni 2023, halaman 36 – 40. 

Link artikel jurnal: 

https://journals.lww.com/bhsj/Fulltext/2023/06010/Correlation_between_Clinical_Parameters_with.7.aspx