Universitas Airlangga Official Website

Potensi Ektrak Tumbuhan Serai Wangi Dalam Mengatasi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah seseorang yang lebih tinggi dari normal dan dapat mengakibatkan morbiditas dan kematian. Hipertensi telah menjadi masalah serius hingga saat ini. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menyatakan bahwa hipertensi mempengaruhi 22% populasi dunia, dan encapai 36% kejadian di Asia Tenggara. Hipertensi juga merupakan penyebab kematian dengan 23,7% dari total dari total 1,7 juta kematian di Indonesia pada tahun 2016.

Mekanisme hipertensi adalah melalui pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II oleh Angiotensin I Converting Enzyme (ACE) yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Obat penghambat ACE adalah kelas pertama pengobatan hipertensi pengobatan hipertensi termasuk Captopril, Lisinopril, Enalapril, dan Ramipril. Penggunaan obat ini dalam waktu lama dapat menyebabkan efek samping efek seperti pusing, batuk dan angioneurotik edema. Penggunaan obat-obatan ini dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek samping efek samping seperti pusing, batuk dan angioneurotik Selain itu, penggunaan obat hipertensi dalam jangka waktu lama juga akan menyebabkan komplikasi hipertensi yang menyebabkan 30% dari dari kematian manusia hal ini memicu sebagian besar penelitian untuk menargetkan senyawa bioaktif dari alam. Beberapa contohnya adalah peptida, antosianin, flavanol, dan triterpen.

Sejumlah ekstrak dan senyawa yang berasal dari tanaman telah terbukti secara in vitro sebagai penghambat ACE. Efek menguntungkan ini umumnya berasal dari keberadaan molekul flavonoid yang turunan kimia kompleksnya dapat menjangkau pusat aktif ACE5. Flavonoid adalah salah satu metabolit sekunder yang ditemukan pada tanaman yang dapat menghambat banyak reaksi oksidasi Flavonoid memiliki kemampuan sebagai antioksidan karena mampu mentransfer senyawa radikal bebas . Senyawa-senyawa tersebut Senyawa ini menghasilkan kemampuan untuk mereduksi oksidatif oksidatif, menghambat aktivitas angiotensin converting angiotensin converting enzyme (ACE), meningkatkan relaksasi endotel pembuluh darah, dan mengatur pensinyalan sel dan ekspresi gen.

Rumput sereh (Cymbopogon nardus) mengandung senyawa fenolik aktif yang bertindak sebagai antioksidan. Ekstrak etanolik daun serai (C. citratus) mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, fenol, dan steroid. Senyawa-senyawa yang ditemukan dalam serai dapat menghambat protein HSP-70 melalui pemodelan protein penghambatan oleh senyawa yang ditemukan dalam serai wangi menggunakan pendekatan bioinformatika. Metode in silico adalah sangat menarik karena mereka dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam tahap awal penemuan obat proses hanya menggunakan struktur “virtual” dari senyawa. Selain itu, metode ini tidak terlalu memakan waktu dan lebih murah daripada eksperimen basah sehingga sejumlah besar jumlah besar senyawa dapat dievaluasi. Ada beberapa jenis model in silico yang berfokus pada target pada tingkat yang berbeda tingkat termasuk menangani seluruh tubuh, atau spesifik organ, atau proses biologis tertentu, atau terfokus mekanisme biokimia seperti pengikatan pada reseptor.

Dibandingkan dengan model yang disajikan di atas, secara in silico model untuk efek spesifik organ umumnya difokuskan pada obat-obatan karena ketersediaan data paling banyak berlimpah untuk senyawa mirip obat. Di antara mereka, hepatotoksisitas telah sering diselidiki, dan saat ini minat yang meningkat juga ditempatkan pada kardiotoksisitas dan nefrotoksisitas. Dalam penelitian sebelumnya, in silico dan in vitro digunakan untuk aktivitas anti-kanker 4H-kromen dengan gugus metin aktif C4.

Ada beberapa penelitian yang meneliti potensi rimpang sebagai obat penurun tekanan darah alami, namun belum ada penelitian yang secara khusus membahas genus Cymbopogon seperti sereh (Cymbopogon nardus L.). Tekanan darah responden setelah 2 minggu diberikan diberikan jahe pada kelompok intervensi menunjukkan rata-rata sistolik sebesar 152,55 mmHg yang mengalami penurunan. Dalam penelitian ini, pengamatan in silico dan in vitro dilakukan untuk memvalidasi dan memberikan efektivitas serai wangi dalam mengurangi hipertensi. Salah satu parameternya, secara in silico, adalah adanya senyawa yang terikat pada protein HSP-70 sebagai ligan pengikat dan reseptor pada antihipertensi.

Hasil enelitian Rofiatun et al (2023) menyatakan bahwa pemodelan dengan metode in silico digunakan untuk mengamati penghambatan senyawa dari batang serai wangi terhadap heat shock protein 70 (HSP-70). Dimana dalam kesimpulannya, HSP-70 dapat digunakan sebagai indikator penghambatan hipertensi secara in silico dan efektif dalam mengurangi hipertensi in vitro. Dari hasil ini, dapat dianalisis bahwa semakin tinggi aktivitas inhibitor ACE, semakin tinggi dosis efektif dalam mengobati hipertensi. Flavonoid26, flavanol, flavanol, antosianin, isoflavon, flavon 27 dan senyawa fenolik lainnya telah terbukti efektif dalam menurunkan aktivitas ACE.

Di bidang makanan, perlu dilanjutkan penelitian terutama difokuskan pada identifikasi komponen makanan, terutama peptida, yang mampu menghambat aktivitas ACE dengan tujuan untuk mengendalikan hipertensi dan kemudian mencegah penyakit kardiovaskular melalui diet. Faktanya, nutrisi telah dilaporkan sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah.

Temuan ini memberikan kabar positif untuk ditindaklanjuti sebagai pengembangan bahan obat untuk penyakit hipertensi. Semoga bisa dikembangkan lebih lanjut dan memberikan kontribusi nyata dalam bidang kesehatan secara nasional maupun internasional.

Penulis: Hery Purnobasuki

Sumber: https://www.rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2023-16-10-1