Apa itu mengompol?
Mengompol pada malam hari atau dalam istilah medis disebut enuresis nokturnal adalah kondisi anak mengompol pada malam hari atau saat tertidur tanpa bisa dapat dikontrol oleh anak. Kondisi ini perlu perhatian pada anak pada usia di atas 5 tahun, yang diketahui tanpa ada kelainan bawaan dan tidak adanya kelainan pada saraf.
Keluhan ini terjadi dengan prevalensi 5-10 persen pada usia 7 tahun dan 1 – 2 persen pada remaja. Kabar baiknya, perbaikan dari keluhan ini mencapai 15 persen pada usia berapapun di tiap tahunnya sehingga masyarakat umum menganggap kondisi ini relatif tidak berbahaya. Menurut Riset Kesehatan Dasar Anak pada tahun 2018, diperkirakan jumlah balita yang masih sulit mengontrol buang air kecil saat malam hari pada usia prasekolah (6 tahun) mencapai 57 persen anak dari jumlah balita yang ada di Indonesia.
Gejala dari mengompol ini perlu kita bedakan, apakah mengompol yang tidak disadari ini hanya terjadi pada malam hari, atau juga terjadi pada siang har. Selain itu, juga harus jeli apakah keluhan ini terus terjadi selama enam bulan berturut turut atau hilang pada periode enam bulan dan muncul lagi setelahnya.
Jika gejala ini terjadi hanya malam hari, maka disebut enuresis monosimptomatik, jika terjadi pada malam dan siang hari, maka disebut enuresis non-monosimtomatik. Sedangkan menurut waktu terjadinya, enuresis primer adalah keadaan mengompol yang terjadi selama enam bulan berturut-turut dengan tidak ada fase kering dan enuresis sekunder, yaitu keadaan mengompol yang berulang setelah enam bulan tidak mengalami gejala mengompol malam hari dengan terdapat fase kering.
Jika benar anak tersebut mengalami keluhan mengompol yang mengganggu, maka dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang untuk memastikan sumber gangguannya. Pemeriksaan fisik ini akan menilai apakah tumbuh kembang anak dalam kondisi optimal, tidak ada kelainan struktural pada saluran kemih anak, dan tidak ada kelainan terkait saraf yang mungkin terjadi pada anak. Jika perlu juga bisa dilakukan pemeriksaan khusus yang disebut urodinamik dan foto rontgen.
Â
Penyebab
Terjadinya gejala mengompol malam hari pada anak ini disebabkan oleh beberapa faktor.Mulai fungsi kandung kemih yang tidak stabil, kerja hormon yang berhubungan dengan berkemih yang kurang optimal, naiknya produksi air kemih pada malam hari, serta anak belum sensitif mengenai sensasi penuhnya kandung kemih yang menyebabkannya merasa tidak perlu bangun untuk buang air kecil atau disebut sebagai arousal disorder (gangguan bangun).
Pada anak yang normal, jumlah produksi urin pada malam hari hanya setengah dari produksi selama siang hari. Hal ini dipengaruhi oleh kontrol dari hormon vasopresin. Sayangnya anak-anak yang mengalami enuresis nokturnal, terjadi gangguan respons tubuh terhadap hormon ini. Dalam kondisi yang lain, enuresis nokturnal ini bisa disebabkan adanya cedera atau trauma sebelumnya, serta juga riwayat pelecehan seksual. Selain itu keadaan lain seperti adanya diabetes insipidus, konstipasi, gangguan pernapasan saat tidur, hingga Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Tatalaksana
Keluarga dengan anak yang memiliki gejala mengompol pada malam hari sebaiknya diberi pengertian bahwa kondisi ini dapat diobati dan keluarga tidak perlu malu untuk membawanya ke tenaga medis. Kondisi ini juga bisa mempengaruhi anggota keluarga yang lainnya, serta keluarga harus diyakinkan bahwa ada tatalaksana yang efektif untuk mengatasi keluhan ini. Keluarga perlu melakukan modifikasi gaya hidup dengan mengawasi kebiasaan makan dan minum, dengan menghindari minuman yang banyak kafein, memastikan minum cukup pada siang hari, dan anak dihindarkan dari makanan terlalu banyak garam yang berlebihan pada malam hari, serta untuk mengingatkan anak supaya berkemih dahulu sebelum tidur.
Setelah diberi edukasi, motivasi, dan modifikasi gaya hidup, anak kemudian bisa diberikan terapi alarm berupa penggunaan alat yang berbunyi ketika mendeteksi cairan pada pakaian dalam. Orang tua akan diedukasi untuk membangunkan anaknya dan meminta anaknya supaya berkemih di toilet. Alarm ini harus dipakai setiap malam selama dua sampai tiga bulan, hingga gejala mengompol hilang selama 14 hari berturut-turut. Terapi lain bisa diberikan pada anak dengan obat bernama desmopresin. Obat ini akan menurunkan produksi air kemih pada malam hari ke tingkat yang normal.
Pilihan terapi disesuaikan dengan faktor penyebab enuresis. Terapi bisa diberikan berupa monoterapi (satu terapi) atau terapi kombinasi. Karena, kondisi dari tiap-tiap pasien dan keluarga bervariasi, maka masih ada pilihan untuk wait and see dengan penggunaan popok pada malam hari, mengingat perbaikan secara spontan pada mengompol juga tinggi. Untuk penggunaan popok, disarankan untuk memilih popok yang nyaman, memiliki daya serap yang baik, memungkinkan anak untuk aktivitas dengan bebas, dan tidak menimbulkan alergi pada kulit. Anak yang masih mengompol akan berdampak pada tumbuh kembangnya, baik dari psikologis anak seperti penurunan kepercayaan diri maupun penurunan prestasi di sekolah.
Orang tua tidak perlu khawatir dan risau untuk pilihan pengobatan anak yang mengompol. Dokter urologi konsultan pediatri, yaitu dokter yang terspesialisasi pada bidang saluran kemih pada anak-anak yang telah berpengalaman dan memiliki kompetensi untuk mengatasi keluhan mengompol pada anak. Dokter urologi konsultan pediatri akan menentukan pilihan terapi yang sesuai dengan kondisi anak karena setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda terkait keluhannya, sehingga pemilihan terapi akan spesifik pada tiap-tiap anak.
Penulis: dr. Johan Renaldo, Sp.U(K) (Konsultan Urologi Pediatri FK UNAIR) & dr. Achmad Romy Syahrial Rozidi (Residen Urologi FK UNAIR)
Baca Juga: