Universitas Airlangga Official Website

Ekstrak Jahe Sebagai Pengobatan Anti Jamur Candida Albicans

Ekstrak Jahe Sebagai Pengobatan Anti Jamur Candida albicans
Ilustrasi Ekstrak Jahe (sumber: bumninc)

Candida species (Candida spp.) ditemukan dalam rongga mulut pada 75% orang sehat. Kandidiasis oral dapat berkembang ketika jumlah Candida spp. dalam air liur melebihi 400 unit pembentuk koloni per mL. Berdasarkan pemeriksaan klinis, beberapa fenotipe Candida spp. meliputi pseudomembran, eritematous, hiperplastik, cheilitis, median rhomboid glossitis, denture stomatitis, dan linear gingival erythema. Semua kondisi ini dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk ketidaknyamanan saat mengunyah dan pembatasan makanan.

Perubahan signifikan dalam flora mikroba mulut dapat terjadi akibat pemberian antibiotik spektrum luas, penggunaan obat kumur antibakteri yang berlebihan, xerostomia yang disebabkan oleh agen antikolinergik atau penyakit kelenjar ludah. Perubahan ini akan menghambat bakteri kompetitif dan menyebabkan kandidiasis. Faktor-faktor penyebab lainnya meliputi iritasi lokal kronis, pemberian obat-obatan, penyakit akut dan kronis, malnutrisi vitamin A, usia, endokrinopati, serta imunitas yang rendah.

Penggunaan flukonazol yang berlebihan dapat menyebabkan organisme penyebab infeksi berada di bawah tekanan seleksi, memungkinkan mereka untuk mengembangkan mekanisme resistensi obat. Isolat ragi yang resisten terhadap azole terus berkembang biak karena penggunaan obat azole yang meluas dan terapi antijamur jangka panjang. Sebagai contoh, isolat oral C. albicans yang resisten terhadap azole, termasuk flukonazol, sering muncul dalam pengobatan stomatitis terkait gigi palsu. Isolasi C. albicans yang dapat membentuk biofilm juga merupakan masalah serius karena merupakan salah satu penyebab utama kegagalan pengobatan antijamur.

Potensi Jahe

Jahe (Zingiber officinale) berpotensi sebagai agen antijamur alami karena kandungan bahan aktifnya, terutama senyawa fenolik seperti gingerol, shogaol, dan paradol, serta terpena seperti zingiberene. Gingerol, yang banyak terdapat dalam jahe segar, dapat menghambat pertumbuhan berbagai jenis jamur. Minyak esensial yang berasal dari ekstrak dari jahe mengandung komponen seperti zingiberene, β-bisabolene, dan α-farnesene, yang memiliki sifat antijamur. Minyak esensial ini dapat berguna sebagai pengobatan topikal untuk infeksi jamur.

Jahe juga mengandung senyawa fenolik seperti quercetin dan zingerone yang berkontribusi pada aktivitas antijamur. Senyawa-senyawa ini dapat mengganggu membran sel jamur, menghambat pertumbuhan dan penyebaran jamur. Beberapa studi menunjukkan bahwa ekstrak jahe dapat menghambat pembentukan biofilm oleh Candida albicans, salah satu penyebab umum infeksi jamur. Ini penting karena biofilm membuat jamur lebih tahan terhadap pengobatan antijamur konvensional.

Dengan demikian, jahe menawarkan berbagai senyawa aktif yang dapat berfungsi sebagai agen antijamur alami, baik dalam bentuk segar, ekstrak, maupun minyak esensial. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan penggunaannya dalam praktik klinis dan untuk mengatasi tantangan yang terkait dengan resistensi jamur terhadap pengobatan konvensional.

Penulis: Prawati Nuraini, drg., M.Kes., Sp.KGA.

Baca juga: Status Gizi Prediktor Lama Tinggal di RS Pada Pasien Covid-19