Universitas Airlangga Official Website

Faktor Pendorong Ekspor Makanan Laut Indonesia dan Potensi Pasar Halal di Negara-Negara OKI (Organisasi Kerjasama Islam)

Faktor Pendorong Ekspor Makanan Laut Indonesia dan Potensi Pasar Halal di Negara-Negara OKI (Organisasi Kerjasama Islam)
Foto by Sahih.co

Tingkat keterbukaan ekonomi dan politik sesungguhnya sangat berdampak pada perekonomian suatu negara. Semakin terbuka suatu perekonomian negara diharapkan semakin mampu mencapai peningkatan kesejahteraannya. Indonesia dan negara-negara anggota OKI  yang juga merupakan negara terbuka memiliki potensi mendapatkan pendapatan dari keterbukaan ekonomi yang dianutnya. Saat ini potensi utama yang dimiliki oleh negara indonesia dan beberapa negara OKI adalah  peluang mendapatkan pendapatan dari ekspor komoditi halal. Salah satu potensi yang dimiliki oleh produk  halal yang dimiliki oleh ekspor halal adalah ekspor komoditi perikanan dengan berbagai jenisnya. Beberapa komoditi jenis ikan memiliki pasar yang tinggi di pasar internaisonal.

Saat ini dengan keterbukaaan informasi, terdapat peluang tinggi untuk mendapatkan permintaan dari konsumen non muslim. Jaminan kesehatan yang dapat diinfo dari produk makanan halal, menjadikan konsumen non muslim mulai melirik pada produk-produk halal, termasuk ikan. Dengan nilai gizi yang tinggi pada ikan dan relatif aman bagi beberapa orang yang memiliki  penyakit dalam, maka terdapat permintaan yang tinggi pada ekspor ikan. Indonesia dengan karakteristik sebagai negara kepulaaan yang memiliki laut, selat, sungai, memiliki potensi yang besar untuk mendapat peluang ekspor halal. Berdasarkan data bps dan kementerian perdagangan, potensi pasar yang dimiliki produk ikan mencapai 349,51 ribu ton, tumbuh sebesar 14,81 persen dibandingkan triwulan III-2022 (q to q) dan tumbuh sebesar 1,34 persen dibandingkan triwulan IV-2021 (y on y) ton per tahun. Menanggapi data ini, hal yang penting diupayakan untuk disiapkan kepada para pelaku bisnis perikanan termasuk petani perikanan adalah kemampuan untuk merespon pasar.

Permasalahan yang umum yang terjadi pada bidang ekspor impor komodiit utamanya posisi Indonesia sebagai penyedia komodoiti adalah kurang responsifnya terhadap pasar. Para pelaku menyampaikan salah satu masalahnya adalah biayanya ekspor yang tinggi. Sesuai dengan penelitian ini adalah terkait jarak tempuh  antara eksportir dengan importir berdampak pada biaya pengiriman yang tinggi. Dalam faktanya menrut pendapat para pelaku atau eksportir hal ini bisa dikurangi dengan terpenuhinya atau dimaksimalkannya kuantitats ekspor yang bisa dilakukan, artinya semakin banyak kuantitas produk yang diekspor maka semakin rendah biaya per unit komoditi yang dieskpor. Selain itu permaslaahan yang sering timbul adalah informasi yang sulit didapatkan kapan pesanan itu diorder, juga kuantitas komoditi khususnya jenis ikan yang diminta oleh improtir. Seringkali para eksportir ikan di Indonesia, maupun dibeberapa negara OKI belum mampu mencapai kuantitas yang diminta oleh importir.

Permasalahan lainnya adalah pada karakteristik produk yang diminta memiliki standar kualitas yang tinggi, antara lain terkait dnegan berat ikan yang harus dieskpor. Untuk itu perlu didapatkan para importir dengan militansi yang tinggi untuk memenuhi kriteria permintaan importir ikan. Dukungan lainnya yang perlu diperhatikan pemerintah adalah perlu diwujudkannaya asosiasi pengusaha ikan yang kuat, dimana kinerja asosiasi ini diarahkan utnuk mendapatkan pengusaha perikanan yang tangguh yang mampu merespon pasar global perikanan secara cepat dan profesional.

Penulis: Prof. Dr. Sri Herianingrum, S.E., M.Si.

Link: https://scholar.unair.ac.id/en/publications/gravity-model-of-trade-approach-what-drives-indonesias-seafood-ex

Baca juga: Kolam Renang Syariah: Sektor Rekreasi dengan Nilai Islam