Universitas Airlangga Official Website

Adaptasi Lintas Budaya Instrumen Rawan Skizofrenia

Psikosis adalah kondisi gangguan mental yang merupakan fase awal dari proses terjadinya gangguan mental yang lebih berat, yang umumnya adalah skizofrenia. Simton yang umum terjadi pada fase psikosis di antaranya adalah adanya stres, gangguan persepsi, gangguan emosional dan perilaku mencari bantuan (help-seeking behavior). Individu yang memiliki simton psikosis umumnya melakukan upaya mencari bantuan karena individu yang mengalami simton psikosis awal umumnya berusaha ingin memahami apa yang mereka alami.

Mereka yang mengalami simtom psikosis awak dan mengalami gangguan kesehatan mental adalah kelompok yang secara klinis berisiko tinggi (clinical high risk for psychosis/CHR-P). CHR-P adalah konsep yang menggambarkan kondisi pra psikosis dan menunjukkan simton risiko terjadinya psikosis. Individu yang termasuk CHR-P umumnya menunjukkan penurunan fungsi psikologis dan kognitif. Simton-simton tersebut sebagian besar memenuhi kreteria gangguan mental DSM-IV.

Intervensi bagi mereka yang mengalami psikosis di Indonesia umumnya terjadi kepada pasien pada fase psikosis akhir. Hal ini karena di Indonesia belum ada instrumen pengukuran yang valid dan reliabel untuk mendeteksi simton psikosis pada individu CHR-P. Oleh karena itu upaya untuk mengembangkan instrumen deteksi dini yang valid dan reliabel sangat penting.

Salah satu instrument deteksi dini yang memiliki kekuatan prediktif yang tinggi adalah Skizofrenia (SPI-A) atau the Schizophrenia Proneness Instrument Adult Version (SPI-A). SPI-A sudah berkembang untuk orang dewasa (adult version) serta anak dan remaja (child and adolescent version). SPI-A mendeteksi simton dasar psikosis, yang terbagi dalam enam pengukuran. Keenamnya antara lain adalah gangguan afektif-dinamik, penurunan kognitif-atensi, gangguan kognitif, gangguan mempersepsi diri dan lingkungan, gangguan persepsi tubuh, dan gangguan persepsi.

Penelitian untuk memvalidasi SPI-A berlangsung dengan tahapan sebagai berikut. Pertama dengan translasi langsung, sintesis hasil translasi langsung, translasi balik, sintesis translasi balik, interview kognitif, studi asal, review ahli, validasi ahli dan reliabilitas antar rater. Pengambilan data untuk keperluan uji validitas dan reliabilitas SPI-A ini bertempat di Surabaya.

Hasil penelitian ini menghasilkan SPI-A versi Indonesia. SPI-A versi Indonesia ini adalah hasil adaptasi ini sesuai dengan konteks budaya Indonesia secara konseptual dan secara semantik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa validitas isi dari adaptasi skala ini adalah 0,99 berdasarkan kreteria validitas Aiken V. Hal ini berarti SPI-A hasil adaptasi dalam kategori sangat valid. Analisis uji reliabilitas atas skala SPI-A hasil adaptasi menggunakan teknik inter-rater reliability. Hasilnya menunjukkan angka 0,984 yang menunjukkan reliabilitas yang sangat tinggi.

Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan skala SPI-A hasil adaptasi memiliki validitas dan reliabilitas yang signifikan. Hasil ini juga dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan data dari responden yang lebih banyak dan mewakili berbagai variasi kemungkinan variasi responden.

Penulis: Tri Kurniati Ambarini, SPsi MPsi

Sumber: Cross-Cultural Adaptation and Inter-Rater Reliability of the Schizophrenia Proneness Instrument Adult Version (SPI-A) in the Indonesian Context. doi:https://doi.org/10.1016/j.ajp.2024.103944