Universitas Airlangga Official Website

Aktivitas Terbang dan Sumber Serbuk Sari Lebah Spesies Apis nigrocincta dan Apis cerana di Sulawesi

Foto by Detikcom

Lebah merupakan salah satu jenis serangga yang banyak berperan dalam proses reproduksi tumbuhan. Dalam bidang pertanian menjadi salah satu komponen penting kontributor keberhasilan produk pertanian berupa buah dan biji. Keberadaan serangga satu ini juga berkaitan dengan produk madu yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Banyak hal menarik yang dapat dipelajari terkait dengan kehidupan lebah. Salah satunya perilaku keseharian lebah dalam membantu proses penyerbukan tumbuhan sangatlah menarik untuk diketahui.

Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena hidupnya berkelompok meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat demikian. Semua lebah masuk dalam suku atau familia Apoidae (ordo Hymenoptera: serangga bersayap selaput). Di dunia terdapat kira-kira 20.000 spesies lebah dan dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika. Sebagai serangga, ia mempunyai pasangan kaki dan dua pasang sayap. Lebah membuat sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari propolis (perekat dari getah pohon) dan malam yang diproduksi oleh kelenjar lebah betina yang masih muda terdapat dalam badannya. Lebah memakan nektar bunga dan serbuk sari.

Diantara ribuan species lebah, Apis nigrocincta dan Apis cerana merupakan penyerbuk penting bagi tumbuhan yang ada di pulau Sulawesi, namun dari penelusuran referensi dan penelitian-penelitian yang ada, tampaknya belum banyak terungkap pola aktivitas penerbangan lebah-lebah tersebut, selain itu juga terkait hubungannya dengan faktor-faktor lingkungan dan sumber pakan mereka berupa serbuk sari (polen) menarik untuk diungkap misterinya. Hal ini menarik dikaji agar keberadaan lebah tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk keberhasilan pertanian sehingga ketahanan pangan dapat lebih ditingkatkan.

Sulawesi merupakan salah satu pulau besar di Indonesia dan termasuk dalam wilayah yang kita kenal dengan wilayah Wallacea yang dibentuk oleh akresi dari tiga lempeng tektonik sekitar 50 juta tahun yang lalu. Pulau ini adalah rumah bagi keragaman penduduk asli yang tinggi dan spesies endemik, termasuk lebah madu asli A. nigrocincta dan lebah madu endemik A. dorsata-binghamii.  Distribusi A. nigrocincta terbatas pada Sulawesi, Sangihe dan pulau-pulau sekitarnya. Selain itu, spesies ini berkoloni dan bersimbiosis secara simpatrik dengan Apis cerana yang merupakan lebah madu Asia, yang tersebar luas di seluruh Asia.

Ketika lebah madu mengunjungi bunga untuk mencari nectar sebagai salah satu kebutuhan pangan, mereka mengumpulkan serbuk sari dan mengemasnya ke dalam keranjang serbuk sari (corbicula) di kaki belakangnya. Lebah cenderung mengasosiasikan sumber nektar dengan warna bunga secara individual; lebih-lebih lagi, serbuk sari dalam keranjang serbuk sari seringkali terutama berasal dari satu jenis. Mengingat bahwa serbuk sari memiliki warna tertentu, itu berpotensi digunakan untuk mengidentifikasi tanaman dari mana lebah memperoleh serbuk sari. Identifikasi sumber serbuk sari lebah madu sangat penting untuk menentukan jenis tumbuhan yang dibutuhkan lebah untuk menjamin kelestariannya peternakan lebah, serta untuk pengelolaan peternakan lebah lebih lanjut.

Perilaku lebah saat mengumpulkan serbuk sari selama periode penerbangan tertentu sangatlah menarik dan tentu dipengaruhi oleh kondisi lingkungan atau habitat sekitarnya. Salah satu contoh misalnya aktivitas mencari makan dari lebah A. cerana pada bunga mangga puncaknya adalah pada pukul 09.00 – 10.00 pagi. Aktivitas terbang A. cerana juga dipengaruhi oleh lingkungan faktor-faktor seperti intensitas cahaya. Suhu lingkunan ternyata  berpengaruh signifikan terhadap peningkatan aktivitas penerbangan, sedangkan kelembaban dan curah hujan berdampak negatif pada aktivitas penerbangan lebah. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas penerbangan dan pengumpulan sumber pakan lebah memang terdampak oleh kondisi lingkungan di sekitarnya.

Dari hasil penelitian Raffiudin et al. (2022) yang dilakukan di Sulawesi Tengah dinyatakan bahwa aktivitas terbang lebih tinggi dan sumber serbuk sari lebih beragam dijumpai pada lebah A. cerana daripada A. nigrocincta. A. nigrocincta hanya mengumpulkan satu jenis serbuk sari dari tumbuhan kelapa (Cocos nucifera), dimana kelapa merupakan sumber serbuk sari yang dominan untuk kedua spesies di daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan lingkungan adalah diperlukan untuk memastikan keberlanjutan peternakan lebah dengan keberadaan A. nigrocincta asli daripada A. cerana yang merupakan lebah pendatang. A. cerana juga mengumpulkan serbuk sari rerumputan (Gramineae), dengan 12 jenis serbuk sari dari 9 suku dan 3 jenis polen yang tidak teridentifikasi. Model linier umum mengungkapkan bahwa intensitas cahaya dan suhu berpengaruh negatif terhadap aktivitas penerbangan lebah tersebut. Di peternakan lebah Sulawesi Tengah, A. cerana memiliki penyebaran lebih luas dan mudah beradaptasi, serta memiliki aktivitas terbang yang lebih tinggi dan mengumpulkan beranekaragam serbuk sari yang lebih besar dibandingkan dengan A. nigrocincta asli Sulawesi.

Pengamatan aktivitas penerbangan dan identifikasi serbuk sari lebah menunjukkan bahwa A. cerana, yang merupakan introduksi spesies, menunjukkan kemampuan beradaptasi lingkungan yang tinggi dibandingkan dengan A. nigrocincta asli Sulawesi. Dipercaya bahwa A. cerana didatangkan ke Sulawesi pada tahun 1970-an dari Jawa untuk digunakan dalam peternakan lebah (data tidak dipublikasikan).  Hal ini menujukkan tingkat adaptasi A. cerana di Sulawesi sangat baik dan mampu bersaing dengan A. nigrocincta. Hal ini ditunjukkan juga  di peternakan lebah di timur laut Australia,  A. cerana mampu bersaing dengan A. mellifera. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan lingkungan untuk memastikan keberlanjutan peternakan lebah asli seperti A. nigrocincta yang harus bersaing dengan A. cerana. Hasil dari penelitian saat ini menunjukkan bahwa pemeliharaan nektar dan sumber serbuk sari membutuhkan perhatian yang cermat. Di peternakan lebah perlu diperhatikan jumlah populasi koloni dari lebah pendatang agar lebah asli dapat terus dikembangkan dengan baik. 

Penulis: Hery Purnobasuki

Sumber referensi: https://li01.tci-thaijo.org/index.php/anres/article/view/254978/174153