Universitas Airlangga Official Website

Analisis Sistematis dan Meta-analisis tentang Pengaruh Edukasi Gizi terhadap Pengetahuan tentang Anemia dan Kadar Hemoglobin

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah individu yang berusia antara 10 hingga 19 tahun. Anemia merupakan isu serius dalam kesehatan masyarakat dan berdampak pada siklus kehidupan remaja, terutama remaja perempuan. Remaja yang mengalami anemia mengalami keterbatasan dalam pertumbuhan, kapasitas belajar, kemampuan untuk fokus pada aktivitas sehari-hari, menjadi rentan terhadap infeksi, cenderung untuk putus sekolah, mengalami penurunan tingkat kebugaran fisik, dan memiliki dampak negatif pada produktivitas kerja.

Anemia memiliki dua elemen yang terdiri dari kadar hemoglobin atau jumlah sel darah merah yang rendah. Jenis anemia yang paling umum terjadi disebabkan oleh kurangnya zat besi. Berdasarkan kadar hemoglobin, anemia dapat dikelompokkan sebagai berikut: non-anemia (kadar hemoglobin ≥12 g/dL), anemia ringan (kadar hemoglobin 11,0-11,9 g/dL), anemia sedang (kadar hemoglobin 8,0-10,9 g/dL), dan anemia berat (kadar hemoglobin <8 g/dL). Klasifikasi kadar hemoglobin ini berlaku untuk wanita yang tidak sedang hamil, termasuk wanita usia subur dan remaja perempuan.

Masa pertumbuhan dan perkembangan, terutama saat remaja, adalah waktu yang ideal untuk melakukan intervensi guna mengurangi risiko anemia. Kehilangan intervensi gizi dan suplementasi zat besi dapat memperburuk kondisi anemia dan defisiensi zat besi. Oleh karena itu, remaja perempuan seharusnya mengonsumsi cukup zat besi sebelum hamil, karena tubuh kita tidak dapat memproduksi zat besi sendiri, dan zat besi sangat penting bagi kesehatan tubuh. Sebagian besar zat besi dalam tubuh kita terdapat dalam bentuk protein mirip hemoglobin, yang merupakan komponen utama sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Wanita, secara umum, lebih rentan terhadap anemia daripada pria karena menstruasi meningkatkan kebutuhan zat besi untuk mengganti kehilangan darah selama periode tersebut. Remaja perempuan, termasuk remaja putri, memiliki risiko tinggi menderita anemia karena mungkin mengonsumsi makanan atau energi yang rendah dan kehilangan nutrisi yang tinggi selama menstruasi.

Edukasi gizi adalah proses untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan serta memiliki tanggung jawab atas perilaku pribadi guna mencapai status gizi yang baik. Edukasi gizi memiliki peran penting dalam masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi dan mengurangi risiko anemia. Kekurangan protein, zat besi, dan zat gizi mikro lainnya pada remaja putri dapat menyebabkan anemia, yang dapat diperparah oleh ketidaktahuan tentang edukasi gizi. Faktor seperti aksesibilitas, kualitas, efek samping, dan kontinuitas edukasi gizi dapat meningkatkan pengetahuan dan merangsang perubahan perilaku remaja terkait gizi.

Penelitian ini berfokus pada remaja putri berusia 12-19 tahun yang menerima edukasi gizi dalam studi terkontrol acak dan semi-acak. Metode edukasi gizi yang digunakan termasuk video, pamflet, dan diskusi kelompok. Penelitian mencakup kelompok intervensi dan kontrol, dengan hasil yang diukur berdasarkan kadar hemoglobin (Hb) dan pengetahuan tentang anemia pada remaja putri. Penelitian dipilih berdasarkan karakteristik demografis dan geografis yang relevan, sementara penelitian yang melibatkan ibu hamil, bayi, atau yang memodifikasi metabolisme zat besi secara signifikan tidak termasuk. Kadar hemoglobin dan pengetahuan tentang anemia adalah hasil utama yang dianalisis.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dalam pengetahuan terkait anemia antara kelompok yang menerima edukasi dan kelompok kontrol (P<0,05), dan tidak terdapat perbedaan signifikan dalam konsentrasi kadar hemoglobin (Hb) antara kedua kelompok tersebut. Namun, pendekatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) terbukti memiliki dampak positif pada pengetahuan remaja tentang anemia. Hasil yang mempengaruhi menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata nilai kurang dari 0, yang mengindikasikan bahwa intervensi pada kelompok perlakuan lebih efektif daripada kelompok kontrol. Visualisasi hasil analisis terlihat pada diagram “forest plot” dengan estimasi efek yang berada di sebelah kiri garis vertikal.

Metode PAKEM juga dinilai memberikan hasil yang signifikan terhadap pengetahuan remaja putri tentang anemia dan konsumsi tablet Fe. Pendekatan program PAKEM tersebut bermanfaat dalam membangun keakraban dan minat dari partisipan. Namun, metode yang dianalisis pada penelitian ini tidak memiliki hubungan dengan kadar haemoglobin.

Penulis: Trias Mahmudiono, SKM., MPH., GCAS., Ph.D

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di:

Febrianti, K. D., Ayu, W. C., Anidha, Y., & Mahmudiono, T. (2023). Effectiveness of Nutrition Education on Knowledge of Anemia and Hemoglobin Level in Female Adolescents Aged 12-19 Years: a Systematic Reviews and Meta-Analysis: Efektivitas Edukasi Gizi Pada Pengetahuan Terkait Anemia dan Kadar Hemoglobin Remaja Putri Usia 12-19 Tahun: Tinjauan Sistematis dan Meta Analisis. Amerta Nutrition, 7(3), 478–486. https://doi.org/10.20473/amnt.v7i3.2023.478-486