Universitas Airlangga Official Website

Analisis Tren dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Asia Tenggara dalam 30 tahun (1990–2019)

Analisis Tren dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Asia Tenggara dalam 30 tahun (1990–2019)
Sumber: RS Columbia Asia

Diabetes melitus (DM) merupakan kondisi darurat kesehatan global dengan pertumbuhan tercepat abad ini dimana terjadi peningkatan substansial dalam prevalensi, kematian, dankecacatan. Prevalensi  DM pada tahun 2021 adalah sebanyak 537 juta kasus dan diperkirakan mencapai 783 juta kasus pada tahun 2045. Penyakit Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) menyumbang lebih dari 90% dari kasus seluruh diabetes, menjadikannya jenis DM yang paling umum. Asia Tenggara (SEA) merupakan kawasan yang memiliki peningkatan kasus T2DM tertinggi ketiga dalam beberapa dekade mendatang.  Lebih dari 50% orang dewasa yang menderita DM di wilayah ini tidak terdiagnosis.

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh perubahan gaya hidup di wilayah tersebut disertai denganmeningkatnya prevalensi obesitas, yang merupakan faktor risiko diabetes yang signifikan. Kawasan Asia Tenggara ini juga sebagian besar terdiri dari negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah. Hal ini menjadi sangat penting mengingat DMT2 secara signifikan mengurangi harapan hidup hingga 6 tahun. Selain hal tersebut penderita DMT2 menghadapi peningkatan risiko penyakit berat yang mengancam jiwa serta berbagai komplikasi, baik makrovaskuler (misalnya stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, ulkus kaki diabetes) dan mikrovaskuler (termasuk komplikasi pada saraf tepi, ginjal dan retina mata).

Berbagai komplikasi DMT2 berkontribusi pada biaya pengobatan yang lebih tinggi, penurunan kualitas hidup, dan peningkatan angka kematian dan kecacatan. Biaya yang terkait dengan diabetes tidak hanya mencakup biaya medis, tapi juga biaya lain seperti hilangnya produktivitas, perawatan, dan transportasi. Dampak biaya terkait diabetes terutama ditemukan di negara-negara berkembang, yang merupakan mayoritas negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Pada Kawasan Asia Tenggara didominasi oleh negara-negara berkembang dengan pergeseran gaya hidup akibat urbanisasi, pengelolaan DMT2 memerlukan pendekatan holistik

termasuk perubahan gaya hidup dan pembuatan kebijakan yang mendukung pencegahan diabetes.

Kawasan Asia Tenggara meskipun menjadi rumah bagi hampir seperempat penduduknya populasi diabetes global, kawasan ini hanya menghabiskan 1% dari total pengeluaran yang dihabiskan di seluruh dunia. Kekurangan dana ditambah dengan tantangan sosial ekonomi seperti gizi buruk, kurangnya aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat, mendukung perlunya data yang akurat dan spesifik wilayah ini agar bisa mengembangkan program dan kebijakan yang ditargetkan menuju strategi pencegaha untuk mengurangi beban T2DM secara komprehensif.

Meskipun studi populasi sudah ada, namun studi yang dilakukan masih kurang menyeluruh terutama masalah analisis tren regional terkini dalam prevalensi DMT2, mortalitas, dan dampak disabilitas di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, penelitian sebelumnya tidak mengkaji pengaruh faktor risiko terhadap beban DMT2 di wilayah tersebut. Pada kondisi saat ini dimana prevalensi DMT2 diproyeksikan meningkat sebesar 68% pada tahun 2045 maka  hal ini mendesak untuk dilakukan penelitian dan analisis trend prevalensi morbiditas, mortalitas dan disability di Kawasan Asia Tenggara sejak tahun 1990-2019, sehingga bisa didapatkan data yang akurat untuk Menyusun kebijakan dalam pencegahan DMT2 dan komplikasinya.

Penelitian ini adalah studi pertama yang menganalisis secara komprehensif status dan tren beban penyakit DMT2 di kawasan Asia Tenggara. Studi ini memberikan perkiraan kuat pengaruh faktor risiko terhadap T2DM di wilayah Asia Tenggara, yang tidak dibahas pada publikasi sebelumnya. Studi ini menyelidiki tren terkini beban regional dan nasional DMT2, yang terdiri dari ASPR (age-standardized prevalence rates) atau prevalensi berdasar standar umur, ASMR (age-standardized mortality rates) atau angka mortalitas berdasar standar umur, dan DALYs (disability-adjusted life years ) atau usia berdasar angka kecacatan pada sebelas negara di kawasan Asia Tenggara. Pada tahun 2019, terdapat sekitar 4,8 juta kasus T2DM di kawasan Asia Tenggara, jumlah yang mengalami peningkatan signifikan sebesar 59,75 % dalam waktu 30 tahun. Peningkatan substansial terjadi pada biaya ASPR, ASMR, dan DALY, dengan peningkatan maing-masing sebesar 59,75%, 17,33%, dan 26,97%.

Selama masa studi 30 tahun, Singapura menunjukkan penurunan DALY dan ASMR paling signifikan serta peningkatan ASPR terendah. Sebagai satu-satunya negara maju di kawasan ini, Singapura diketahui punya pendekatan komprehensif untuk manajemen diabetes yang menargetkan khalayak yang lebih luas di luar petugas kesehatan. Pemerintah Singapura mengatur industri makanan dan minuman untuk mengurangi produksi minuman yang terlalu manis dan mendorong reformulasi resep untuk menciptakan makanan yang lebih sehat. Selain itu, merokok sebagai kegiatan yang menurut penelitian ini adalah salah satu kontributor signifikan terhadap tingkat DALY di kalangan laki-laki, dibatasi secara ketat. Strategi efektif ini telah menghasilkan pengurangan sebesar 86 %.prevalensi ASMR.

Intervensi berbasis komunitas berjalan efektif terutama di daerah pedesaan dengan sumber daya yang terbatas di negara lain Kawasan Asia Tenggara. Program seperti klinik perawatan diabetes oleh para tenaga Kesehatan berperan pada pengendalian HbA1c di beberapa negara seperti Indonesia, Kamboja, dan Thailand. Tenaga Kesehatan di negara-negara tersebut berkontribusi pada pendekatan kesehatan masyarakat dengan memberikan pengetahuan, Kesehatan, program pendidikan, dan pelatihan, khususnya bagi masyarakat pedesaan. Dukungan yang diberikan ini adalah faktor paling signifikan dalam menentukan intervensi berbasis komunitas dan dalam meningkatkan indikator hasil perawatan DMT2.

Penulis: Dr. Hermina Novida, dr., Sp.PD.

Link: https://scholar.unair.ac.id/en/publications/trends-and-disability-attributable-risk-factors-of-type-2-diabete

Baca juga: Dampak Obat Penyakit Jantung Terhadap Peningkatan Gula Darah dan Diabetes