Universitas Airlangga Official Website

Asap Rokok Elektrik dan Rokok Konvensional dapat Menurunkan Kualitas Spermatozoa

Foto oleh NPR

Setiap tahun, sekitar 225.700 orang di Indonesia meninggal karena asap atau penyakit lain yang berhubungan dengan tembakau. Indonesia merupakan negara yang menempati urutan ke tujuh negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia, yaitu sebesar 39,5%. Setiap batang rokok yang dibakar akan menghasilkan sekitar 4000 jenis bahan kimia. Sekitar 400 senyawa tersebut bersifat toksik, seperti karsinogen, tar, nikotin, nitrosamin, karbon monoksida, senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH), fenol, karbonil, klorin dioksin, dan furan.

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena rokok mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas. Asap rokok yang dihirup oleh seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel ini dapat menghasilkan radikal bebas, termasuk karbon monoksida, karbon dioksida, dan senyawa hidrokarbon. Penurunan kualitas spermatozoa dapat disebabkan oleh kondisi stres oksidatif yang disebabkan oleh jumlah radikal bebas yang berlebihan. Produksi radikal bebas atau Reactive Oxygen Species (ROS) yang berlebihan dapat merusak spermatozoa.

Saat ini, rokok telah berkembang dari rokok tembakau menjadi rokok elektrik (vaporizer). Penggunaan alat penguap dianggap sebagai alternatif yang dapat menggantikan rokok. Vaporizer adalah alat yang dapat mengantarkan nikotin melalui sistem kerja baterai ke dalam tubuh manusia. Produk cair standar mengandung nikotin, propilen glikol, perasa, dan air.

Asap yang dihasilkan dari vaporizer mengandung lebih sedikit zat berbahaya dalam konsentrasi yang lebih kecil, yaitu 450 kali lebih rendah dari rokok konvensional. Namun, penelitian lain oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2009 menemukan bahwa vaporizer mengandung racun Tobacco Specific Nitrosamins (TSNA) dan di-ethylene glycol (DEG), yang dikenal sebagai zat karsinogenik. Hingga saat ini, belum ada patokan internasional mengenai batasan pasti produksi, konsumsi, dan substansi standar yang baik untuk e-liquid atau vaporizer. Dengan menganalisa dan mengevaluasi hasil diameter tubulus seminiferus dan kualitas spermatozoa (motilitas dan viabilitas) mencit (Mus musculus) yang terpapar asap rokok dan rokok elektrik akan diperoleh hasil apakah rokok elektrik kurang berbahaya dibandingkan dengan rokok konvensional atau rokok elektrik.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas spermatozoa (motilitas dan viabilitas) dan diameter tubulus seminiferus mencit (Mus musculus) yang dipapar asap rokok dan rokok elektronik. Penelitian ini menggunakan 28 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi 7 kelompok. Kelompok perlakuan C terpapar udara, kelompok A1 diberi 1 batang/hari, kelompok A2 diberi 2 batang/hari, kelompok A3 diberi 3 batang/hari, kelompok B1 diberi 0,7 ml/hari, kelompok B2 diberi 1,3 ml/hari, kelompok B3 diberikan 2 ml/hari. Perlakuan dilakukan selama 36 hari. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) persentase motilitas spermatozoa antara C, A1, A2, A3, B3, tetapi pada B1 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05) dengan B2. Persentase viabilitas spermatozoa menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara kontrol dan semua kelompok perlakuan. Diameter tubulus seminiferus menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05) antara C, A1, A2, A3, B1, B3, tetapi pada B2 tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan A1 dan A2. Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa paparan asap rokok dan rokok elektrik dapat menurunkan kualitas spermatozoa dan diameter tubulus seminiferus. Kelompok paparan asap rokok elektrik menunjukkan kualitas spermatozoa yang lebih baik dan diameter tubulus seminiferus yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok paparan asap rokok.

Penulis: Eka Pramyrtha Hestianah

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di

Nama jurnal: Ecology, Environment and Conservation Journal

Link jurnal: http://www.envirobiotechjournals.com/EEC//EEC-22.pdf