Pengungkapan informasi perusahaan harus disajikan secara berkualitas tanpa adanya kesenjangan pengungkapan dan tanpa menimbulkan kekeliruan yang akan menghambat proses pengambilan keputusan stakeholder. Integrated reporting diungkapkan untuk menyeimbangkan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan. Penekanan terhadap sifat materialitas harus diperhatikan perusahaan, hal ini disebabkan konsep materialitas berpengaruh terkait proses perumusan dan pelaksanaan strategi perusahaan agar aktivitas bisnis berjalan dengan baik dan memitigasi resiko yang akan dihadapi. Kualitas pengungkapan perusahaan perlu mempertimbangkan isi secara keseluruhan yang mencangkup judul, gaya penulisan, sifat informasi, cakupan dan periode waktu. Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa atribut tekstual dan aspek kualitatif dari bentuk pengungkapan perusahaan harus diperhatikan untuk menciptakan lingkungan informasi yang baik. Kualitas pengungkapan dapat didasarai oleh dua dimensi atribut tekstual, yiatu dimensi dari “jumlah” dan “gaya”. Dimensi jumlah mengarah kepada jumlah informasi apa yang diungkapkan oleh perusahaan, sedangkan dimensi gaya mengarah kepada penggunaan bahasa yang dapat menekankan gaya komunikasi dan keterbacaan. Keuntungan perusahaan dalam proses informasi yang diungkapkan melalui integrated reporting maka akan berpengaruh dalam memitigasi ketidakpastian risiko dan penilaian kinerja perusahaan. Urgensi penelitian ini adalah salah satu karakteristik pengungkapan integrated reporting adalah keringkasan informasi yang dapat mempengaruhi stakeholder dalam memahami informasi yang disajikan. Salah satu apek peningkatkan kualitas integrated reporting adalah keringkasan informasi yang disajikan.
Tingkat keterbacaan laporan merupakan pemahaman secara umum dari aspek tingkat kemudahan atau tingkat kesulitas dalam membaca suatu informasi. Pernyataan ini didukung oleh penelitian sebelumnya bahwa struktur kata atau panjang kata dapat mempengaruhi pengguna informasi dalam memahami suatu kalimat, khususnya berkaitan dengan laporan perusahaan. Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa textual atribut dari keringkasan informasi dapat mempengaruhi integrated reporting quality. Peneliti menyakini bahwa peningkatan karakteristik pelaporan harus diimbangi dengan atribut textual (kesulitan keterbacaan dan panjang kata) untuk memahami keringkasan informasi pada integrated reporting. Integrated reporting dikembangkan sebagai respon pontensial terhadap permintaan kebutuhan informasi bagi stakeholder. Textual atribut dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua dimensi pengukuran yakni dimensi jumlah dan dimensi gaya. Dimensi jumlah, peneliti menggunakan total kata dalam integrated reporting, sedangkan dimensi gaya peneliti menggunakan aspek kesulitan keterbacaan dari integrated reporting dengan mengkombinasikan ketiga pengukuran tingkat keterbacaan dari Flesch Kincaid Grade Level, Gunning Fog Index dan SMOG Index.
Penelitian menggunakan data dari Indonesia karena ini adalah satu-satunya pasar yang secara Data penelitian yang digunakan peneliti adalah laporan tahunan perusahaan di benua Asia-Eropa, yaitu integrated reporting. Periode sampel yang digunakan dalam penelitian ini pada tahun 2016-2019. Integrated reporting diperoleh dari dari website resmi yaitu integrated reporting examples data base dan website perusahaan. Peneliti menggunakan metode unbalance panel data. Dasar penentuan populasi perusahaan di benua Asia dan Eropa, dikarenakan kedua negara ini menyajikan integrated reporting yang masih bersifat sukarela serta merupakan negara yang cepat mengadopsi integrated reporting sesuai dengan IR framework dari IIRC. Data final yang digunakan peneliti sejumlah 973 integrated report.
Hasil ini penelitian menunjukkan tingkat kesulitan keterbacaan mengurangi peningkatan kualitas integrated reporting. Artinya adalah bahwa semakin ringkas informasi yang diungkapkan di integrated reporting dapat meningkatkan tingkat kesulitan keterbacaan. Kemudian penelitian juga menunjukkan bahwa panjang kata (naratif) dapat mengurangi peningkatan kualitas integrated reporting. Sama halnya dengan pernyataan sebelumnya bahwa perusahaan harus benar-benar memahami bahwa komponen dari informasi yang bersifat naratif disajikan sesuai dengan komposisi yang tepat. Peneliti mengakui terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yakni penelitian tidak menggunakan aspek penekanan kata (tone) untuk menilai kualitas informasi yang disajikan dalam integrated reporting.
Penulis: Prof. Dian Agustia, S.E., M.Si., Ak., CMA., CA
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
Wiwik Supratiwi, Dian Agustia, Wiwiek Dianawati & Tota Panggabean (2022) Textual attributes on integrated reporting quality: Evidence in Asia and Europe, Cogent Business & Management, 9:1, DOI: 10.1080/23311975.2022.2111848