Universitas Airlangga Official Website

Berhenti Merokok Menggunakan Aplikasi Digital, Munkinkah?

ILUSTRASI: asap rokok. (Foto: Istimewa)
ILUSTRASI: asap rokok. (Foto: Istimewa)

Kebiasaan merokok kerap kali dikaitkan dengan jutaan kasus penyakit kronis dan korban jiwa akibat rokok. Sebagai catatan, rokok membunuh 8 juta orang setiap tahunnya dengan 1,2 juta orang diantaranya adalah perokok pasif. Bahaya merokok sudah termasuk ancaman global dengan dampak terparah dialami oleh negara kecil dan berkembang. Bukan hanya itu saja, rokok menimbulkan dampak ekonomi kesehatan yang besar pula di negara maju akibat ledakan penderita penyakit tidak menular seperti kanker, diabetes dan gangguan pernafasan. Sayangnya hanya 19% perokok yang insyaf dan memilih untuk berhenti merokok, inipun banyak terjadi di negara maju. Oleh karena itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan penurunan angka kematian akibat rokok di tahun 2025, dengan salah satunya adalah mengurangi konsumsi rokok.

Perokok sebenarnya menyadari bahaya kebiasaan merokok. Namun faktor kecanduan menyebabkan sulitnya perokok untuk berhenti dari kebiasaan merokok. Kabar baiknya, penggunaan aplikasi digital disebutkan dalam beberapa pustaka mampu untuk membantu perokok mengurangi bahkan menghentikan kebiasaan merokok. Sayangnya belum ada telaah sistematis yang mengkaji efektivitas aplikasi digital dalam proses berhenti merokok. Pertanyaan inilah yang menjadi rumusan masalah dalam artikel ini.

Peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga bersama dengan peneliti dari Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Pakistan melakukan telaah sistematis (systematic review) di beberapa database internasional untuk mencari jawaban terkait efektivitas aplikasi digital dalam membantu menghentikan kebiasaan merokok. Hasilnya, sebanyak 25 artikel terpilih dari 9 negara dan melibatkan lebih dari 22.000 orang sebagai responden.

Angka pantang merokok tertinggi sebesar 70% ternyata melalui intervensi perilaku kognitif perokok menggunakan media sosial Facebook, disusul oleh aplikasi pada smartphone (60%), WhatsApp (59%) dan aplikasi Quit with US sebanyak 58%. Meskipun demikian, WhatsApp memiliki efektivitas lebih tinggi dibandingkan Facebook dalam mencegah perokok untuk kambuh Kembali. Aplikasi lain seperti WeChat juga mampu menurunkan jumlah perokok meskipun pada akhirnya sekitar 58% penggunanya kemudian aktif merokok kembali. Intervensi melalui telepon menghasilkan kepatuhan berhenti merokok yang paling yaitu antara 6-16%. Peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan media digital efektif membantu program  berhenti merokok dibandingkan dengan intervensi konvensional melalui telepon, sms atau penggunaan flyer.

Penulis: Andi Hermansyah

Artikel dapat diakses di https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/07853890.2023.2271942