Universitas Airlangga Official Website

Bersama Kompas, PPKK Jawab Tantangan Pekerja Media di Revolusi Industri 4.0

KRISTIANTO Hadisaputo saat memberikan materi mengenai big data. (Foto: Tunjung Senja)
KRISTIANTO Hadisaputo saat memberikan materi mengenai big data. (Foto: Tunjung Senja)

UNAIR NEWS – Berbicara tentang dunia media, tampaknya, selalu menarik untuk dibahas. Apalagi perkembangan dunia digital kini semakin maju. Adanya Revolusi Industri 4.0 menghadirkan tanda tanya besar, terutama bagi kaum pekerja.

Bila ditelaah lebih dalam, dampak revolusi industri bagi sumber daya manusia (SDM) tidak terlalu menguntungkan. SDM bisa saja tidak turut andil dalam capaian suatu pekerjaan. Problem itu menginisiasi Pusat Pembinaan Karir dan Kewirausahaan (PPKK) UNAIR menggelar seminar Kompas Saba Kampus pada Kamis (4/10). Seminar tersebut mengangkat tema “Peran Generasi Milenial Terhadap Industri Media yang Kekinian”.

Bertempat di Ruang Aula Kahuripun, Rektorat Kampus C UNAIR, seminar itu menghadirkan toga pembicara yang membahas media dalam tiga subtema. Sesi pertama, materi diisi Mohammad Bakir selaku managing editor Kompas.

Dalam sesi diskusinya, Bakir menjelaskan bagaimana mempertahankan kredibilitas dan kualitas jurnalistik dalam revolusi industri 4.0. Menurut dia, kualitas jurnalistik bisa dilihat dari seorang jurnalis dalam menulis berita. Makin paham seorang jurnalis tentang suatu persoalan, makin baik penulisannya.

”Semakin Anda mengetahui masalah, semakin mudah Anda menulis. Semakin Anda kesulitan menulis, semakin sulit Anda memahami masalah,” ujarnya.

Tak ayal jika Kompas membuka lowongan wartawan untuk lulusan S1 saja. Bakir berujar dalam masa pelatihan, Kompas akan mendidik jurnalis baru minimal satu tahun. Setelah itu, baru dia bisa menjadi wartawan. Satu tahun terdiri atas enam bulan materi di kelas dan enam bulan turun lapangan. Wartawan dituntut biasa bergaul dengan semua elemen masyarakat mulai tukang bersih sampai presiden.

Sesi diskusi kedua diisi Diah Ayu Kartika yang berprofesi sebagai HRD Manager Kompas. Diah menyampaikan ”Organisasi dalam Tantangan Perubahan (Revolusi Industri 4.0)”. Diah menjelaskan bahwa wartawan tidak berbeda dengan samurai, punya presisi untuk mengungkap kebenaran. Hal itu bergantung pada keputusan kita. Apakah ingin memosisikan diri terlibat dalam media atau di luar, sebagai penonton?.

Sementara itu, salah satu dampak revolusi industri 4.0, menurut data World Economic Forum (WEF), diperkirakan antara tahun 2015–2030, jutaan pekerjaan akan berkurang dan digantikan mesin, robot, dan perangkat komputasi lainnya. Diah ayu pernah membaca artikel Kompas terbitan 2017 bahwa pada 2060, manusia akan diambil alih oleh robot, termasuk kecerdasan manusia.

”Solusi permasalahan ini, kita harus punya kemauan belajar. Kemauan orang belajar tidak membatasi kompetensi seseorang untuk maju dan berkembang,” ujar Diah.

Pada diskusi terakhir, materi dijelaskan Kristianto Hadisaputro (manajer Data dan Informasi Kompas). Dia menjelaskan peran dan konsep big data dalam industri media. Dalam bidang jurnalistik, penulisan berita akan lebih valid bila disertai penggunaan dan analisis data yang kuat. Namun, harus diingat, perlu kejelian memilih data sebagai sumber informasi. Mengingat, berita akan menjadi konsumsi publik. (*)  

 

Penulis: Tunjung Senja Widuri

Editor: Feri Fenoria