Universitas Airlangga Official Website

Cachexia Jantung dan Hasil Klinis Gagal Jantung Kronis Akibat Rheumatik Penyakit Jantung

Foto by Hello Sehat

Penyakit Jantung Rematik (PJR) masih merupakan penyebab signifikan morbiditas dan kematian kardiovaskular di negara berkembang seperti Indonesia. Namun, meski menjadi salah satu penyakit kronis yang paling bisa dicegah, PJR masih ada kurang mendapat perhatian, terutama di Asia Tenggara. PJR yang tidak segera diobati dapat berkembang menjadi penyakit jantung kronis kegagalan. Ketika gagal jantung sudah memasuki tahap gagal jantung kongestif, terjadi aktivasi jaringan yang kompleks faktor metabolik, imun, dan karakteristik neurohormonal yang dapat menyebabkan cachexia. Cachexia bisa menjadi indicator penurunan kelangsungan hidup pada pasien dengan gagal jantung kronis karena RHD.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara cachexia dan luaran klinis gagal jantung kronis akibat PJR di RSUD Dr. Soetomo. Klinis hasil terdiri dari frekuensi rawat inap dan kematian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel dari pasien rawat jalan yang didiagnosis gagal jantung kronis akibat PJR di RSUD Dr. Soetomo.  Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada penderita gagal jantung kronis karena penyakit RHD, agar dapat lebih memperhatikan asupan gizi dan memeriksakan status gizi secara berkala, sehingga cachexia dapat dicegah.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kohort retrospektif. Data dikumpulkan oleh pengambilan data sekunder berupa rekam medis pasien. Ada 106 pasien yang diambil secara non-probability teknik sampling. Korelasi ditentukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Chi-square.

Sebanyak 106 pasien terdiri dari 53 orang dengan kaheksia dan 53 orang tanpa kaheksia, mewakili keduanya kelompok didominasi oleh perempuan (57,6%), dengan rentang usia terbesar adalah dewasa akhir (36-45 tahun) pada kedua kelompok (32,1%). Data tingkat pendidikan sebagian besar berasal dari sekolah menengah dengan jumlah 71 orang (66,9%) pada kedua kelompok. Yang paling Jenis lesi katup yang umum pada kedua kelompok adalah stenosis mitral (53,7%). Frekuensi rawat inap pada pasien dengan kaheksia lebih sering dengan rata-rata 1,25 kali dibandingkan pasien tanpa kaheksia dengan rata-rata 1,02 waktu. Mortalitas lebih tinggi pada pasien dengan kaheksia sebanyak 7 per 53 orang (13%) dibandingkan pasien tanpa cachexia sebanyak 3 per 53 orang (6%). Ditemukan bahwa tidak ada cachexia berpengaruh terhadap frekuensi rawat inap dan mortalitas.

Frekuensi rawat inap yang lebih tinggi pada pasien gagal jantung kronis akibat PJR di kelompok cachexia ini sejalan dengan penelitian dimana gagal jantung katup akibat RHD masih memberikan kontribusi yang besar morbiditas, salah satunya adalah frekuensi rawat inap. Hal ini dikarenakan selain otot rangka, pengecilan juga terjadi pada miokardium seperti yang ditunjukkan dalam studi klinis yang membandingkan massa ventrikel kiri pasien cachectic dan non-cachectic menggunakan MRI. Penurunan massa otot jantung ini akan berdampak pada berdampak pada penurunan kemampuan dan efektifitas kerja jantung, yang kemudian memperburuk klinis yang ada yang dapat mengakibatkan pasien lebih sering dirawat di rumah sakit.

Berdasarkan data rekam medis yang diamati peneliti, pasien gagal jantung kronis akibat RHD menunjukkan mayoritas pasien di RSUD Dr. Soetomo rutin kontrol sebulan sekali. Ini dari tentunya dapat meningkatkan status kesehatan pasien, sehingga menyebabkan frekuensi rawat inap pasien menjadi lebih tinggi lebih rendah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kontrol rutin dapat meningkatkan status kesehatan pasien.

Outcome klinis pada pasien gagal jantung kronis akibat PJR dengan cachexia ditemukan lebih tinggifrekuensi rawat inap dan kematian dibandingkan dengan pasien tanpa cachexia.

Penulis : Evelyn, Andrianto, Mahrus A Rahman

Link : https://ijrp.org/paper-detail/4366