Universitas Airlangga Official Website

Citra 3D untuk Meningkatkan Keandalan Bukti Forensik

Ilustrasi forensik gigi (sumber: ResearchGate)

Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi kemajuan yang signifikan dalam penerapan metode citra 3D untuk identifikasi forensik. Salah satu bidang yang mengalami lonjakan penelitian yang signifikan adalah kedokteran gigi forensik, dengan fokus pada potensi teknik citra 3D. Studi-studi telah mencakup berbagai aplikasi, termasuk analisis bekas gigitan, kuantifikasi morfologi yang presisi, dan identifikasi fitur-fitur unik pada gigi. Keberadaan atribut-atribut khas dalam struktur gigi memberikan manfaat yang besar dalam identifikasi manusia.

Kedokteran gigi forensik mendasarkan diri pada penerapan metodologi ilmiah yang ketat dalam pengolahan, pemeriksaan, evaluasi, dan penyajian bukti gigi dalam konteks hukum. Ilmu forensik mencakup tiga domain utama: masalah hukum sipil atau non-kriminal, kasus kriminal, dan upaya penelitian. Berbagai teknik telah dikembangkan untuk identifikasi gigi, dalam konteks manajemen yang efektif dan penyajian bukti gigi dalam proses hukum. Teknik-teknik ini sangat bergantung pada keakuratan dan ketepatan teknologi citra 3D.

Perhatian besar telah diberikan untuk kemajuan metodologi citra 3D di bidang identifikasi forensik. Secara khusus, Evans dkk. (2010) melakukan penelitian yang menyelidiki penggunaan teknik citra 3D dalam kedokteran gigi forensik. Penelitian mereka difokuskan pada analisis citra 3D pada bekas gigitan, menggunakan sistem fotogrametri stereo MAVIS dan pemindai 3D Vivid 910. Membangun dari penelitian ini, penelitian ini juga menggunakan perangkat Vivid 910 dan mencapai hasil yang mencolok. Terutama dalam menciptakan gambar 3D yang sangat akurat dari cetakan gigi. Temuan Evans dkk. menegaskan potensi dan efektivitas pemindai Vivid 910 untuk citra 3D dalam kedokteran gigi forensik, sejalan dengan tujuan penelitian saat ini.

Sebuah penelitian dengan pendekatan 3D imaging telah dilakukan oleh Departemen Odontologi Forensik FKG Unair. Tujuan utama penelitian itu adalah untuk menentukan jumlah gigi anterior yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam identifikasi forensik. Untuk tujuan ini, cetakan gigi yang menunjukkan kerumitan gigi minimal, karies, atau gigi yang hilang di daerah anterior dipilih dengan cermat untuk dimasukkan dalam penelitian. Penerapan penumpukan data 3D dibatasi pada permukaan labial gigi, tanpa memasukkan mukosa gingiva. Mukosa gingiva dianggap tidak cocok untuk analisis komparatif dengan data yang ada karena efek gangguan gingivitis. Kondisi ini diketahui menyebabkan penyusutan inflamasi dan non-inflamasi dari waktu ke waktu, yang dapat lebih diperparah oleh tekanan berlebihan yang diberikan selama menyikat gigi rutin. Sebaliknya, gigi cenderung mempertahankan posisi dan struktur yang relatif stabil selama periode pendek, kecuali penggunaan intervensi gigi. Akibatnya, mereka menyediakan dasar yang lebih dapat diandalkan untuk perbandingan data yang konsisten.

Studi ini menggunakan software CloudCompare versi 2.12.4, sebuah perangkat lunak open-source yang dirancang untuk pemrosesan 3D point clouds dan mesh. CloudCompare dikembangkan untuk memungkinkan perbandingan langsung antara 3D point clouds yang padat. Sistemnya didasarkan pada struktur octree custom, yang secara luas diakui karena keefektifannya dalam melakukan tugas-tugas khusus. Selain itu, CloudCompare dirancang khusus untuk menangani awan titik besar. Hal ini menjadi masalah kunci dengan adopsi luas pemindai laser terrestrial untuk akuisisi awan titik, sering kali menghasilkan awan yang mengandung lebih dari 10 juta titik.

Hasil penelitian ini mengungkapkan perbedaan signifikan antara pasangan asli dan imposter dalam semua kelompok yang diperiksa. Namun, analisis lebih rinci menggunakan uji Bonferroni post hoc menunjukkan perbedaan yang signifikan. Terutama secara statistik di antara kelompok-kelompok tersebut, terutama untuk perbandingan pasangan imposter. Perbedaan ini terutama mencolok ketika membandingkan kelompok A, yang terdiri dari 2 gigi, dengan kelompok B dan C, yang masing-masing mencakup 4 dan 6 gigi, secara berurutan. Temuan menyarankan bahwa pemisahan yang jelas antara pasangan asli dan imposter menjadi jelas ketika pemeriksaan mencakup setidaknya 4 permukaan labial gigi anterior.

Penelitian ini menawarkan bukti yang mendukung efektivitas menggunakan minimal 4 permukaan labial gigi anterior untuk membedakan antara pasangan asli dan imposter. Penelitian ini berhasil menggunakan teknologi pemrosesan awan titik dan mesh sumber terbuka, seperti CloudCompare, untuk menunjukkan kegunaan program-program ini dalam identifikasi forensik. Selain itu, temuan menyoroti pentingnya teknik citra 3D dalam mengatasi tantangan terkait kondisi intraoral yang kurang terawat dengan baik dalam identifikasi forensik, terutama dalam kasus pembatasan pembukaan mulut.

Penulis: Arofi Kurniawan, drg., Ph.D

Dikutip dari artikel jurnal berjudul: Optimization of forensic identification through 3-dimensional imaging analysis of labial tooth surface using open-source software

Artikel dapat diakses pada: https://doi.org/10.5624/isd.20230218 

Baca Juga: Keberadaan Ikan Kecil Bermata Api di Belitung