Universitas Airlangga Official Website

Dampak Gender terhadap Usia, Fasilitas Toilet dan Bahan Bakar Memasak pada Infeksi Saluran Pernapasan Akut Balita di Indonesia dan Filipina

Foto by IbudanAku

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit yang berpengaruh langsung terhadap oksidasi jaringan, sehingga dapat menyebabkan komplikasi yang memerlukan perawatan intensif dan intervensi yang cepat. Sebagian besar kasus kematian akibat infeksi pernafasan terkait infeksi saluran pernapasan bawah akut, tetapi infeksi saluran pernapasan atas merupakan infeksi yang paling sering terjadi terutama pada anak-anak. Agen ISPA 90% berasal dari virus. Virus yang paling sering terdeteksi pada anak dengan ISPA adalah respiratory syncytial virus, virus influenza tipe A dan B, virus parainfluenza, adenovirus, human rhinovirus/enterovirus dan human metapneumovirus. Sindrom gangguan pernafasan dengan gejala yang lebih parah baru-baru ini muncul yaitu virus corona baru yang merupakan agen penyebab infeksi pernapasan COVID-19

Faktor resiko infeksi saluran pernapasan akut secara garis besar adalah faktor demografi, sosial ekonomi, lingkungan, dan nutrisi. Setiap negara memiliki pola tersendiri dalam demografi dan sosial ekonomi sehingga dapat terjadi perbedaan pola faktor resiko, terutama pada jenis kelamin balita yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor resiko ISPA pada balita di Indonesia dan Filipina, dengan tinjauan utama pada karakteristik anak dan karakteristik rumah tangga dari balita laki-laki dan perempuan di kedua negara.

Data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia dan Filipina tahun 2017 dianalisis variabel karakteristik anak, ibu dan rumah tangga dengan menggunakan bivariat dan multivariat dengan regresi logistik yang menjelaskan pengaruh signifikan antara  variabel. Data disajikan dalam rasio odds yang disesuaikan (AOR) dan interval kepercayaan 95% (CI) menggunakan Stata versi 15.

Distribusi dan presentase variabel anak dengan gejala ISPA di Filipina dan Indonesia pada tahun 2017. Persentase anak dengan gejala ISPA pada Filipina (1.51%) terlihat lebih rendah dibandingkan Indonesia (4,22%). Persentase anak laki-laki dan perempuan hampir serupa, Filipina (52.36%; 47.64%) Indonesia (50.78%; 49.22%). Data pendukung karakteristik ibu menunjukkan peningkatan persentase tingkat Pendidikan ibu kuliah di Filipina (29.5%) terlihat lebih tinggi dibanding Indonesia (15.21%). Data pendukung karakteristik rumah tangga menunjukkan persentase kuintil kekayaan sangat miskin di Filipina (28.1%) terlihat lebih tinggi dibanding Indonesia (20.08%). Rumah tangga yang menggunakan bahan bakar memasak kotor di Filipina (57.02%) terlihat lebih tinggi dibanding Indonesia (22.85%). Anggota keluarga merokok di rumah di Filipina (47.88%) terlihat lebih rendah dibanding Indonesia (76.26%). Persentase rumah tangga tidak tersedia fasilitas toilet hampir serupa, Filipina (8.5%) Indonesia (9.62%).

Indonesia dan Filipina merupakan negara serumpun terdiri banyak pulau-pulau. Tetapi terdapat perbedaan karakteristik penduduk, pendidikan ibu kuliah di Filipina lebih tinggi dibanding Indonesia, kuintil kekayaan sangat miskin di Filipina lebih tinggi dibanding Indonesia. Rumah tangga yang menggunakan bahan bakar memasak kotor di Filipina lebih tinggi dibanding Indonesia. Perbedaan karakteristik tersebut mengakibatkan perbedaan pengaruh terhadap ISPA pada balita.

Variabel usia anak dibawah 1 tahun berpengaruh signifikan menurunkan kemungkinan terjadinya ISPA pada anak laki-laki (data Indonesia) OR 0.54, 95% Cl (0.36-0.82). Variabel bahan bakar memasak kotor berpengaruh signifikan meningkatkan kemungkinan terjadinya ISPA pada anak perempuan (data Filipina) OR 4.01, 95% CI (1.02-15.83). Variabel fasilitas WC tidak tersedia berpengaruh signifikan meningkatkan kemungkinan terjadinya ISPA pada anak laki-laki (data Filipina) OR 2.67, 95% CI (1.15-6.16).

Perbandingan faktor resiko antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan menunjukkan hasil yang berbeda pada variabel usia anak dibawah 1 tahun, bahan bakar memasak kotor dan fasilitas WC tidak tersedia. Peran orang tua dan keluarga diperlukan untuk lebih memperhatikan balita perempuan, karena lebih berpotensi terkena ISPA pada usia dibawah 1 tahun, dan berpotensi terpapar polusi udara dalam ruangan dari bahan bakar memasak padat. Balita laki-laki dapat diberikan perhatian lebih pada saat berada dalam WC. Perlu dukungan pihak pemerintah khususnya dinas kesehatan dalam penyediaan WC umum yang lebih bersih dan layak sehingga mengurangi potensi penularan patogen penyebab ISPA.

Penulis: Lilis Sulistyorini

Link Jurnal: https://www.mdpi.com/1660-4601/19/21/14582/pdf