Universitas Airlangga Official Website

Dampak Investasi Asing terhadap Pekerja Perempuan Indonesia

ilustrasi pekerja perempuan (sumber: liputan6)

Dampak adanya perusahaan multinasional (MNCs) di Indonesia pada ekonomi negara terus menjadi perdebatan sengit. Sebagian menyatakan bahwa adanya perusahaan multinasional ini akan mendorong adanya pertukaran pengetahuan dan inovasi di dalamnya, sehingga akan meningkatkan industri lokal, akan tetapi tidak sedikit yang kontra akan pendapat tersebut. Dalam hal ini, studi terbaru yang dilakukan oleh Dr. Miguel A. Esquivias, seorang peneliti dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Airlangga dan beberapa peneliti lainnya seperti dari Universitas Jember dan dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia mengkaji mengenai bagaimana kedekatan dan perkembangan industri mempengaruhi aliran produktivitas di negara-negara berkembang dengan mengeksplorasi hubungan antara keanekaragaman gender dan produktivitas di berbagai operasi manufaktur (misalnya, sektor-sektor dengan intensitas teknologi, kepemilikan, wilayah, dan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja).

Seperti yang diketahui, dampak langsung dari investasi secara langsung (FDI) terhadap perekonomian lokal dapat melalui empat saluran, diantaranya demonstrasi, persaingan, pengetahuan, dan mobilitas tenaga kerja. Dalam penelitian yang dilakukan ini akan difokuskan terhadap saluran mobilitas tenaga kerja. Mobilitas tenaga kerja menangkap bagaimana pengetahuan ditransfer melalui pertukaran informal antara pekerja. Perbedaan gender bisa sangat mempengaruhi efek aliran mobilitas tenaga kerja karena dinamika sosial dan lingkungan kerja yang beragam. Peran gender tradisional dan ekspektasi bisa membentuk jenis pekerjaan dan industri tempat pria dan wanita bekerja, sehingga mempengaruhi pola mobilitas mereka. Bias berbasis gender bisa mempengaruhi kesempatan yang tersedia bagi setiap gender, sehingga mempengaruhi kemampuan mereka untuk berpindah antar daerah atau industri. 

Dalam hal kesetaraan gender, perusahaan multinasional ini memiliki dampak positif karena umumnya, perusahaan multinasional di negara-negara seperti Indonesia mengikuti praktik terbaik internasional dalam hal kesetaraan gender di tempat kerja. Dalam hal ini, pekerja di perusahaan multinasional ini menjadi familiar dengan praktik-praktik kesetaraan gender, dan sebagai hasilnya, mereka dapat membawa pengetahuan, keterampilan, dan keahlian berharga ke pekerjaan masa depan mereka. Individu-individu ini memperkenalkan dan menerapkan praktik-praktik ini di tempat kerja baru mereka, berkontribusi pada peningkatan standar ketenagakerjaan secara keseluruhan. Studi empiris yang dilakukan di negara-negara lain telah menguji hubungan antara keragaman gender dan produktivitas, namun hasil yang didapatkan berbeda-beda untuk masing-masing negara. 

Indonesia bisa menjadi studi kasus menarik untuk mengkaji gender sebagai variabel mediasi dalam dampak aliran FDI. Meskipun tingkat partisipasi angkatan kerja pria tetap signifikan lebih tinggi (83,98% pada Februari 2023), tingkat partisipasi angkatan kerja wanita telah meningkat sejak pandemi, naik dari 53,13% pada Agustus 2020 menjadi 54,42% pada Februari 2023. Selain itu, sektor manufaktur memiliki penyerapan tenaga kerja perempuan yang relatif tinggi, mencapai 42,3%, dengan 91,3% dari mereka bekerja sebagai pekerja terkait produksi. Dua pertiga dari populasi perempuan Indonesia berada dalam kelompok usia produktif 15–64 tahun, yang memiliki potensi besar untuk mempercepat pertumbuhan, asalkan hambatan-hambatan terhadap partisipasi ekonomi dapat dihapus. 

Studi ini menggunakan data perusahaan Indonesia dari statistik industri manufaktur (BPS) untuk periode 2011 hingga 2015. Empat dari 23 subsektor dalam industri manufaktur yang dimasukkan dalam survei untuk studi ini memiliki angkatan kerja perempuan yang mewakili lebih dari 50% dari angkatan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki terus mendominasi posisi dalam sektor industri dan bahwa ketidaksetaraan gender masih berlanjut. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek penyebaran dari keragaman gender terhadap produktivitas (TFP). Para peneliti menangkap efek yang sebagian besar tidak signifikan dalam dimensi intra-industri dari penyebaran dari MNCs tetapi dampak positif dan signifikan pada penyebaran dimensi spasial. Temuan ini konsisten di seluruh subsample, seperti perusahaan domestik dan perusahaan di Jawa. Hasil kami memperkuat studi teoritis sebelumnya yang menyatakan bahwa penyebaran dari perusahaan asing terutama terjadi dalam dimensi spasial, seperti interaksi di antara pekerja perempuan yang memfasilitasi transfer pengetahuan dalam lokasi spasial. Hasil kami menyarankan bahwa penyebaran spasial dari MNCs di Indonesia memiliki potensi untuk memfasilitasi transfer pengetahuan dan teknologi, merangsang persaingan, dan berkontribusi pada pengembangan klaster industri. 

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti yang signifikan tentang efek penyebaran di dalam industri dari MNCs terhadap TFP. Ini berarti MNCs Indonesia tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan produktivitas dalam industri yang sama. Temuan ini menentang harapan umum bahwa kehadiran MNCs akan secara otomatis menghasilkan penyebaran pengetahuan dan teknologi yang positif. Para pembuat kebijakan mungkin perlu meninjau kembali strategi untuk meningkatkan penyebaran di dalam industri dari MNCs, seperti meningkatkan efisiensi transfer pengetahuan dan teknologi di industri tertentu. Hasil ini menyarankan bahwa peningkatan produktivitas oleh MNCs mungkin tidak langsung menguntungkan perusahaan domestik dalam industri yang sama, sehingga perlu memperhatikan saluran lain untuk kontribusi MNCs pada perekonomian lokal, seperti penyebaran antar industri, hubungan rantai pasokan, atau dampak tidak langsung pada industri yang mendukung.

Penulis: Dr. Miguel Angel Esquivias Padilla, M.SE.