Universitas Airlangga Official Website

Dampak Kejutan Panas pada Sel Telur Kambing Pasca Pencairan

Dampak Kejutan Panas pada Sel Telur Kambing Pasca Pencairan
Ilusterasi Kambing Lokal (sumber: sindo)

Keberadaan kambing lokal terancam akibat penerapan Teknologi Reproduksi Berbantuan (ART), seperti Inseminasi Buatan (IB), dan impor jenis kambing besar seperti kambing Boer dari Australia. Maraknya impor kambing besar telah meminggirkan populasi kambing lokal, diperparah dengan tidak adanya pusat pemulihan terpusat untuk kambing lokal. Tantangan yang signifikan adalah terbatasnya pemahaman tentang variasi genetik pada kambing lokal. Penguatan teknologi sangat penting untuk melindungi sumber daya genetik dan melestarikan populasi kambing lokal. Menjaga kemurnian genetik kambing ini melibatkan pengamanan tidak hanya sperma tetapi juga oosit dari kambing betina. Oosit memainkan peran penting dalam pembuahan dan keberhasilan kebuntingan selama perkawinan alami dan perawatan fertilisasi in vitro. Namun, kualitas oosit dapat terpengaruh secara negatif oleh proses pematangan in vitro. Setelah oosit matang, oosit dapat berguna untuk fertilisasi in vitro, transfer embrio, atau menjalani vitrifikasi.

Vitrifikasi adalah proses kompleks yang mencakup pemaparan oosit terhadap peningkatan konsentrasi krioprotektan, baik yang permeabel maupun yang tidak permeabel. Untuk mencegah pembentukan kristal es di dalam dan luar sel sebelum menyimpannya dalam nitrogen cair. Dalam konteks teknologi pematangan in vitro, tujuannya adalah untuk menghasilkan oosit matang sebagai sumber sel gamet untuk produksi embrio pada kambing lokal.

Krioprotektan sangat penting dalam proses pembekuan oosit untuk melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastis, yang mencapai suhu serendah -196°C. Ketika mengalami kejutan panas, oosit bergantung pada antioksidan endogen untuk melawan pelepasan radikal bebas yang terpicu oleh kejutan panas. Jika antioksidan endogen gagal menekan efek ini secara memadai, hal itu mengakibatkan peningkatan peroksidasi lipid dan pembentukan spesies oksigen reaktif (ROS). Hal itu menyebabkan peningkatan kadar Malondialdehid (MDA) dan peningkatan induksi 8-hidroksi-2-deoksiguanosin (8-OHdG). Akibatnya, proses ini menghambat proses metabolisme penting yang vital untuk pematangan oosit. Dua produk sampingan spesies oksigen reaktif (ROS) adalah malondialdehid (MDA), yang berasal dari kerusakan peroksida lipid, dan delapan hidroksi-2′-deoksiguanosin (8-OHdG). MDA telah berfungsi sebagai indikator kerusakan peroksidatif seluler. Di sisi lain, 8-OHdG merupakan penanda sensitif untuk kerusakan DNA yang diakibatkan oleh stres oksidatif. Senyawa ini muncul dari kerusakan DNA yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti radiasi, radikal hidroksil, superoksida, atau peroksinitrit.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan dampak guncangan panas pada proses pencairan oosit beku terkait kadar MDA dan 8-OHdG, serta kualitas dan morfologi oosit pascapencairan. Peneliti berharap penelitian ini dapat meningkatkan kualitas oosit sebagai bagian dari penyediaan embrio beku berkualitas tinggi dan mengatasi ketahanan pangan yang berasal dari hewan. Dengan membandingkan krioprotektan komersial (P1) dengan etilen glikol 30% dan sukrosa 1M (P2), hasilnya mengungkapkan perbedaan signifikan dalam kadar MDA antara P1 (0,081±0,023) dan P2 (0,421±0,053). Selain itu, tren menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan secara statistik dalam kadar 8-OHdG antara media komersial (7614,08±250,56) dan EG 30% + sukrosa 1M (7815,02±191,91). Sebagai kesimpulan, penelitian ini menggaris bawahi kompleksitas yang terkait dengan konsentrasi krioprotektan. Mengonfirmasi bahwa etilen glikol 30% dengan sukrosa 1M dapat secara efektif memvitrifikasi oosit kambing. Dengan paparan yang cermat selama pemanasan dan kepatuhan terhadap protokol vitrifikasi.

Penulis: Widjiati

Link artikel: https://www.ijvets.com/pdf-files/23-370.pdf

Baca juga: Mengenal Osteometri Tengkorak pada Domba Lokal Nigeria untuk Meningkatkan Keamanan Pangan