
Gambar 1. A: Alligator weed; B: Ludwigia; C: Water lettuce; D: Floating fern; E: Frogbit; F: Parrot feather; G: Hydrilla; H: Ambulia; I: Lemna; J: Water chestnut; K: Cabomba ; L: Water hyacinth; M: Azolla. (Photo by: JBM Silitonga, J Sihombing, M Indah; and AR Wahid)
Sungai Brantas, sebagai salah satu sungai utama di Jawa Timur, memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. Namun, penelitian terbaru mengungkapkan ancaman baru yang tidak terduga: invasi tanaman alien atau non-native. Tanaman-tanaman seperti eceng gondok (Eichhornia crassipes), Lemna, hingga Azolla telah menciptakan “koloni asing” yang mendominasi area sungai dari hulu hingga hilir. Data penelitian menunjukkan bahwa eceng gondok, misalnya, memiliki kepadatan rata-rata 325 individu/m² di seluruh lokasi pengamatan, membentuk tikar tebal yang menghambat aliran air dan memblokir cahaya matahari. Ini berdampak langsung pada tanaman asli dan organisme air lain, menyebabkan penurunan biodiversitas dan mengubah struktur ekosistem secara signifikan.
Masalah ini diperburuk oleh aktivitas manusia, seperti perdagangan akuarium, pertanian, dan transportasi yang tidak sengaja menyebarkan spesies invasif ini. Tanaman alien ini tumbuh cepat dan sering kali lebih agresif dibanding tanaman lokal, memanfaatkan nutrisi dan ruang yang tersedia. Penelitian juga menemukan bahwa tanaman seperti Parrot feather dan Hydrilla tersebar luas di beberapa lokasi dan memiliki kemampuan reproduksi vegetatif yang membuat mereka sulit dikendalikan. Ancaman ini menunjukkan pentingnya pengelolaan terpadu, termasuk kontrol mekanis, biologis, dan kimiawi, untuk mencegah kerusakan ekosistem Sungai Brantas lebih lanjut. Ini adalah panggilan untuk kita semua menjaga keindahan dan keseimbangan ekologi sungai ini sebelum terlambat!
Penulis: Dr. Veryl Hasan, S.Pi., M.P.