Willughbeia merupakan salah satu genus dari famili Apocynaceae. Willughbeia merupakan tumbuhan memanjat, tumbuh dengan cara menempelkan batangnya ke tumbuhan yang lebih besar. Tumbuhan ini awalnya dibudidayakan karena menghasilkan kualitas getah yang baik sebelum karet Brazil ditemukan. Willughbeia coriacea merupakan salah satu tumbuhan endemik Kalimantan dan buahnya dikomsumsi oleh masyarakat. W. coriacea oleh masyarakat dikenal dengan nama ‘dangu’. Rebusan daun dan akarnya digunakan untuk pengobatan diare dan baru-baru ini rebusan daun tersebut digunakan untuk pengobatan kanker stadium awal. Group riset bahan alam FST Unair telah mengubah tanaman hutan tersebut yang memiliki lebih banyak manfaat untuk Industri sintetik melainkan memberikan terobosan sebagai alternatif obat herbal untuk penyembuhan penyakit kanker rahim.
Selain itu, telah dilakukan penelitian terhadap kandungan senyawa yang terdapat dalam tanaman ini. Ketertarikan peneliti terhadap tanaman ini karena Data fitokimia Willughbeia sangat terbatas, W. cochinchinensis asal Vietnam merupakan satu-satunya yang dilaporkan tentang kandungan senyawa metabolit sekundernya dan belum dilaporkan data aktivitasnya sebagai antikanker. Studi fitofarmakologi menginformasikan bahwa belum banyak senyawa metabolit sekunder yang telah dieksplorasi dari tanaman Dangu. Beberapa penelitian sebelumnya terhadap berbagai jenis tanaman Dangu, menunjukkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder jenis fenil propanoid dan diarilheptanoid. Namun Grup Riset bahan alam FST Unair telah menemukan senyawa turunan arilbenzofuran yang sebelumnya belum pernah ditemukan oleh peneliti sebelumnya. Selain itu, senyawa golongan fenil propanoid yaitu senyawa turunan lignan dari turunan diepoksilignan menunjukkan kemampuannya dalam menghambat perkembangan sel kanker rahim. Oleh karena itu, penelitian terhadap Willughbeia coriacea ini dapat membuka mata masyarakat Indonesia terhadap potensi tanaman sekitar kita yang ternyata memiliki manfaat sebagai obat.
Penelitian terhadap tanaman Dangu (Willughbeia coriacea) dilakukan terhadap kulit batangnya. Identifikasi tanaman dilakukan oleh Ismail Rachman, ahli botani dari Herbarium Bogoriensis, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor. Penelitian yang telah dilakukan oleh tim peneliti kimia bahan alam FST Unair ini berhasil menemukan senyawa aktif turunan diepoksilignan, yaitu (+)-pinoresinol (1) dan alyterinate A (2). Senyawa tersebut diujikan sel kanker rahim dan sangat poten dalam menghambat perkembangan sel kanker.
Hasil pengujian dengan sel kanker rahim, terhadap ekstrak dan senyawa murni dari kulit batang Willughbeia coriacea, menunjukkan bahwa senyawa aktif pada tumbuhan dangu ditemukan mempunyai aktivitas yang tinggi terhadap sel kanker rahim. Penemuan ini memberikan titik cerah bagi para wanita yang sangat rawan terhadap penyakit kanker rahim dan memberikan angin segar kepada pasien kanker rahim untuk mendapatkan pengobatan dari tanaman alami (herbal). Selama ini pengobatan terhadap kanker rahim dilakukan dengan menggunakan obat dari golongan senyawa pengalkilasi, antimetabolit, antikanker produk alam, hormon, dan golongan lain-lain. Diantara obat antikanker tersebut, obat kanker yang berbasis bahan alam lebih disukai oleh penderita kanker karena dianggap lebih aman.
Hasil penelitian memberikan prospek yang sangat bagus bagi dunia kesehatan dalam upaya penemuan obat anti kanker yang berbasis pada bahan alam yang lebih aman. Penemuan senyawa aktif turunan diepoksilignan, yaitu (+)-pinoresinol (1) dan alyterinate A (2). yang merupakan kandidat obat herbal untuk kanker rahim telah dipublikasikan pada jurnal “ Tropical Journal of Natural Product Research” Tahun 2023. Penelitian selanjutnya akan difokuskan pada eksplorasi Willughbeia Indonesia dari berbagai wilayah Indonesia dan berbagai aktivitas yang dimiliki, sehingga dapat dipetakan jenis-jenis Willughbeia yang dapat dijadikan sebagai sumber obat berbasis bahan alam.
Penulis: Mulyadi Tanjung