Universitas Airlangga Official Website

Desain dan Mekanisme Terapi Gene pada Kanker

ilustrasi kanker (foto: dok isitimewa)

Secara global, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 10 juta orang setiap tahunnya. Kanker penyumbang tersebar adalah kanker payudara, kanker paru-paru serta kanker usus besar dan rektum. Kanker merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan hilangnya kendali pada pembelahan sel (proliferasi) yang terjadi pada jaringan dan menimbulkan infiltrasi ke jaringan lainnya. Infiltrasi ini menjadi faktor penyebab utama yang berkontribusi terhadap kematian. Strategi terapi saat ini yang diterapkan adalah tindakan pembedahan, pemberian kemoterapi dan radiasi dengan capaian outcome yang cukup baik. Pemberian kemoterapi ataupun radiasi selain keberhasilannya masih lebih rendah dari harapan, juga menimbulkan berbagai efek samping yang serius dan menurunkan aktivitas pasien kanker. Oleh karena itu, sangat penting bagi untuk mengkaji secara utuh mekanisme yang mendasari perkembangan kanker dan upaya optimal dalam mendapatkan strategi terapi yang memadai dengan pendekatan mechanism-based therapy. Dengan pendekatan molecular genetic dapat dirancang suatu strategi terapi lebih spesifik dalam mengeradikasi sel kanker dan menekan timbulnya efek samping.

Dengan keunggulan terapi gen tersebut telah memberikan harapan dalam mengatasi permasalahan pengobatan kanker. Terapi gen ini menawarkan pengobatan untuk penyakit yang masih belum ada first line therapy, perawatan yang mempunyai outcome yang masih belum memadai, serta menggantikan perawatan yang memberikan efek singkat atau memerlukan pengulangan terapi. Pendekatan terapi gen yang berpotensi memberikan peningkatan outcome therapy yang bertahan lama bahkan mungkin bersifat kuratif setelah satu atau dua kali pengobatan. Meskipun desai dari konsepsi hingga eksekusi masih berbelit dan memerlukan kajian mendalam setiap kasus, namun terapi gen telah menyediakan pilihan pengobatan inovatif untuk mengatasi masalah medis ini. Terdapat 5 strategi terapi gen, (1) terapi gen bunuh diri dimana dalam strategi ini, obat akan berubah menjadi bentuk yang bersifat sitotoksik pada sel dan ditransfer ke sel kanker. (2) Aktivasi gen penekan tumor dimana terjadi penghambatan pada inisiasi fase awal pada siklus sel atau promosi apoptosis dengan mentransfer gen penekan tumor ke dalam sel kanker. (3) Imunoterapi yang ditujukan untuk peningkatan reaksi imunologi terhadap sel kanker. Limfosit T dapat mengenali dan berinteraksi dengan antigen spesifik yang ada pada permukaan sel kanker yang selanjutnya akan terjadi proses eradikasi sel kanker secara bertahap. (4) Penghambatan aktivasi onkogen melalui penekanan gen utama yang berkontribusi terhadap konversi sel normal menjadi sel kanker. Asam nukleat terapeutik seperti antisense oligonukleotida seperti molekul siRNA dan miRNA dapat menghambat sintesis protein. (5) Terapi gen dengan antiangiogenik dimana pada proses angiogenesis yang menyediakan nutrisi untuk proliferasi sel kanker. Proses ini dapat dilakukan dengan pemberian penghambat induksi angiogenik atau dengan menggunakan inhibitor angiogenik.. 

Terapi gen yang ditargetkan memberikan kesempatan untuk menyembuhkan secara permanen pada kelainan genetik yang diwariskan termasuk kanker dan imunitas. Untuk itu integrasi penggunaan material kefarmasian dan teknologi dapat membantu meningkatkan proses pengembangan produk kefarmasian dengan tujuan pengobatan baru dan lebih baik.  Demikian juga dengan kombinasi terapi konvensional dan terapi gen dalam mengobati kanker mungkin dapat menawarkan manfaat tambahan dan hasil terapi yang lebih baik. Meskipun masih banyak rintangan yang harus dihadapi untuk menerapkan terapi gen yang aman dan efektif, pendekatan pengobatan kanker ini suatu hari nanti dapat menjadi pilihan utama pengobatan. 

Penulis: Dhiyauddin Mohd Abas, Nur Anis Suffiah Yusafawi, Muhammad Fareez Mohd Asri , Nur Anis Zahra Rosman, Nur Arifah Zahidah Baharudin, Muhammad Taher, Deny Susanti, Junaidi Khotib

Jurnal : Pathology – Research and Practice 261 (2024) 155509

Laman : https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0344033824004205