Universitas Airlangga Official Website

Deteksi Pertama Tuberkulosis Sapi di Peternakan Sapi Perah

Sapi Perah
Ilustrasi sapi perah. (Sumber: merdeka.com)

Tuberkulosis pada sapi (TB) adalah penyakit menular yang telah menjadi tersebar luas di seluruh dunia. Mycobacterium bovis adalah agen penyebab TB pada sapi, yang dapat menginfeksi hewan ternak, hewan liar, dan manusia (zoonosis). M. bovis termasuk dalam kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang juga mencakup M. tuberculosis, Mycobacterium africanum, dan Mycobacterium microti. Deteksi infeksi Mycobacterium pada sampel sapi sangat penting. Susu adalah sumber utama protein dan nutrisi lainnya yang dapat terkontaminasi oleh patogen dan dapat menularkan TB dan infeksi Mycobacterium lainnya dari hewan ke manusia.

Varian TB manusia dan sapi antigeniknya sama karena reaksi silang dapat terjadi. Dalam dua dekade terakhir, infeksi M. bovis telah menginfeksi manusia sebanyak 0,5% -7,2% dari semua pasien dengan diagnosis TB yang dikonfirmasi secara bakteriologis di negara-negara maju. Sedangkan di negara-negara berkembang, infeksi M. bovis masih merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat. Prevalensi TB tertinggi pada manusia ditemukan di wilayah Asia, di mana Tiongkok, India, Bangladesh, Indonesia, dan Pakistan bersama-sama menyebabkan lebih dari 50% dari beban global. Dua pertiga dari total beban TB global berada di delapan negara: India (26%), Indonesia (8,5%), Tiongkok (8,4%), Filipina (6,0%), Pakistan (5,7%), Nigeria (4,4%), Bangladesh (3,6%), dan Afrika Selatan (3,6%).

Meskipun infeksi M. bovis, yang menyebabkan TB pada manusia, sangat rendah dibandingkan dengan infeksi M. tuberculosis. Risiko sangat tinggi di kalangan orang yang sering berinteraksi dengan hewan ternak harus dipertimbangkan. Hewan yang terinfeksi M. bovis berpotensi menginfeksi manusia (TB zoonotik). Infeksi M. bovis pada hewan dan manusia adalah risiko kesehatan potensial. Mencegah penyakit zoonotik dengan mengendalikan dan mengelola infeksi yang disebabkan oleh M. bovis pada sapi memerlukan upaya yang tepat. Deteksi dini infeksi M. bovis pada sapi adalah langkah awal dalam pencegahan. Uji tuberkulin pada sapi dapat dilakukan sebagai langkah awal untuk mendeteksi TB. Deteksi lesi TB di rumah potong hewan atau peternakan harus diikuti dengan pemeriksaan di area asal sapi untuk mengidentifikasi kasus lebih lanjut.

Uji tuberkulin, yang berguna untuk identifikasi awal TB pada sapi, hanya merupakan tindakan keberadaan infeksi kompleks M. tuberculosis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih akurat berbasis molekuler yaitu Polymerase chain reaction (PCR) untuk menentukan apakah itu M. bovis atau Mycobacterium spp. lainnya. Tidak ada data informasi atau program surveilans tentang penyebaran TB sapi pada sapi perah di Jawa Timur padahal populasi sapi perah terbesar ada di Jawa Timur (sekitar 296,3 ribu ekor, atau 50,68% dari total populasi sapi perah Indonesia). Oleh karena itu, Jawa Timur mungkin memiliki potensi terbesar untuk kasus TB pada sapi. Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah kasus TB kedua tertinggi setelah provinsi Jawa Barat.

Jumlah kasus TB di Jawa Timur mencapai 41.404 kasus, sedangkan di Jawa Barat mencapai 62.563 kasus. Surabaya memiliki jumlah kasus TB tertinggi di Provinsi Jawa Timur (3990 kasus). Selain itu, Kabupaten Pasuruan adalah kontributor terbesar terhadap populasi sapi perah di Provinsi Jawa Timur dan memiliki jumlah kasus TB manusia terbesar kelima. Risiko penularan TB zoonotik (M. bovis) dapat terjadi pada hewan ternak, sapi perah, dan produk-produknya. Tidak ada informasi pasti mengenai prevalensi TB (M. bovis atau M. tuberculosis) pada sapi di Indonesia. Perbedaan antara M. bovis dan M. tuberculosis masih berdasarkan pada kultur dan metode biokimia.

Meskipun metode ini sangat sulit, memakan waktu, dan kurang akurat, PCR dapat menjadi metode alternatif terbaik untuk membedakan spesies mycobacterial dengan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi TB pada sampel susu sapi dari Surabaya dan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, menggunakan pewarnaan asam-fast Ziehl-Neelsen dan PCR.

Sampel susu diambil secara aseptik dari 50 ekor sapi di Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, dan 44 ekor dari peternakan sapi perah di Kecamatan Lakarsantri, Kecamatan Wonocolo, Kecamatan Mulyorejo, dan Kecamatan Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur. Untuk mendeteksi Mycobacteria pada tingkat spesies, setiap sampel dinilai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen dan PCR menggunakan gen RD1 dan RD4. Hasil penelitian menunjukan pemeriksaan PCR terhadap 50 sampel di Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan terdapat 30 sampel (60%) positif Mycobacterium tuberculosis dan dua sampel (4%) positif Mycobacterium bovis, meskipun tidak didapatkan hasil pewarnaan Ziehl-Neelsen. kehadiran Mycobacterium spp. Di wilayah Surabaya, 31 sampel (70,45%) positif M. tuberculosis dan tiga sampel (6,8%) positif M. bovis. Enam sampel (13,63%) dari seluruh sampel PCR-positif dapat dideteksi secara mikroskopis dengan Ziehl–Neelsen.

Terdapat kasus TB pada sapi di peternakan sapi perah di Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Surabaya yang memerlukan tindakan lebih lanjut. Selain itu, penelitian menuntut pengujian yang teliti pada kawanan untuk pemantauan terus menerus terhadap TB guna mencegah penyebarannya lebih lanjut. Ini menekankan perlunya tindakan lebih lanjut dan pengujian yang teliti terhadap kawanan sapi untuk memantau dan mencegah penyebaran TB. Temuan dari penelitian ini menegaskan potensi zoonosis dari M. tuberculosis dan M. bovis, menyoroti pentingnya mengevaluasi antarmuka manusia-hewan dalam penularan TB.

Untuk menjelaskan jalur penularan potensial, upaya penelitian lebih lanjut harus berfokus pada karakterisasi demografi dan perilaku individu yang berkontak erat dengan hewan. Selain itu, analisis molekuler yang lebih luas terhadap isolat Mycobacterium diperlukan untuk meningkatkan pemahaman epidemiologi penyakit dan memberikan informasi untuk langkah-langkah pengendalian yang ditargetkan. Jika kesenjangan pengetahuan ini ditangani, kemampuan untuk mengurangi penyebaran TB antara hewan dan manusia dapat ditingkatkan. Dengan demikian memastikan kesehatan masyarakat dan kesejahteraan hewan.

Penulis : Yulianna Puspitasari

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di: https://www.veterinaryworld.org/Vol.17/March-2024/9.html

DOI: 10.14202/vetworld.2024.577-584

Baca juga: https://unair.ac.id/post_fetcher/fakultas-kedokteran-hewan-kolaborasi-mahasiswa-ppdh-fkh-unair-bersama-kud-kertajaya-sukseskan-program-vaksinasi-virus-pmk-sapi-perah/